Teman-teman pembelajar di Persaudaraan Matahari (PM) ada sedikit yang sudah berhasil sesuai dengan kapasitasnya untuk menjadi jiwa yang murni. Berdasarkan parameter kuantitatif, Level of Consciousness (LoC) mereka adalah 500, minimal ada di dimensi 12. Yang ada dalam capaian tersebut hanya sedikit, meskipun murid di PM banyak sekali. Ada juga yang di dimensi 6 dengan LoC 300 sebagai orang baik, kadang bahagia kadang merana. Ada juga yang kelas arwah gentayangan dengan LoC 200, mereka belajar kemurnian tapi kesambet terus dan trauma tidak sembuh. Ada pula yang sudah belajar lama, tapi masih jadi teman demit, yaitu ada di dimensi 1 dan 2. Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD) dan para pembimbing memaklumi perjalanan setiap jiwa, tetapi selayaknya, ini jangan dibiarkan, karena semua harus bertumbuh. Setidaknya yang semula ada di dimensi 1 bisa naik ke dimensi 4. Yang dimensi 4 bisa naik ke dimensi 6. Yang dimensi 6 ke dimensi 12. Ini baru pembelajaran yang benar, ada progress.
Parameter Kualitas Hening
Untuk membantu para pembelajar, saat ini dikembangkan satu parameter untuk mengetahui kualitas dari proses keheningan teman-teman yang ada di dalam naungan Persaudaraan Matahari. Kita gunakan 0 sampai 100%. Ada teman-teman yang rajin merem, tetapi tingkat keheningannya ini cuma 1%. Kualitas hening 1% ini menandakan orang tersebut tidak menjalankan teknik keheningan yang benar. Kelihatan merem, tapi pikirannya ke sana ke mari, atau dia sibuk dengan Pineal Gland (mata ketiga), sibuk melihat fenomena metafisika.
Lalu bagaimana skor kualitas hening ini didapat? Skor ini diperoleh pembimbing yang telah bisa mendayagunakan Rasa Sejatinya. Angka ini dipakai untuk mengukur tercapainya kondisi hening yang tepat (sesuai ajaran SHD), yang dominan atau paling banyak tercapai dalam durasi 1 sesi hening/meditasi. Misalnya dalam 10 menit meditasi, kondisi hening yang banyak dicapai saat diukur adalah 5%, maka kualitas hening kita adalah 5% meskipun selama sesi meditasi tersebut kita sempat berada pada momen hening yang mendalam hingga di atas 10% selama beberapa detik. Satu sesi meditasi bisa berupa meditasi formal maupun meditasi informal.
Berikut angka kualitas hening beserta penjelasannya:
- Skor kualitas hening 0-5% berarti kita belum rileks atau spanneng.
- Skor kualitas hening 5%-10% menunjukkan kita sudah rileks dan mulai bisa menyadari nafas naturalnya.
- Skor kualitas hening di atas 10% menandakan kita sudah menikmati keterhubungan dengan Diri Sejati.
Apa saja faktor yang menurunkan kualitas hening kita?
Sebetulnya banyak sekali kondisi yang bisa mengurangi kualitas hening dan pada setiap orang penyebabnya bisa berbeda bergantung karakter meditasinya masing-masing. Ada yang merasa nyes dan damai, tapi ternyata malah hanyut oleh rasa nyes damai lalu lepas kesadaran akan aliran nafasnya, atau ada yang menjadi mengantuk dan tertidur. Tidur adalah kondisi kita tidak mampu menyadari aliran nafas kita sendiri, sehingga disebut bukan hening walaupun kita diam saja.
Ada juga pembelajar yang muncul luka batinnya saat meditasi, lalu hanyut dalam kesedihan dan menangis sehingga secara tidak sadar terlepas dari kesadaran akan aliran nafasnya di dada. Hal ini juga menurunkan angka kualitas hening. Apalagi bagi mereka yang melamun dan terlalu fokus dengan berbagai sensasi di fisik, atau terbawa dengan aktivitas pineal gland (mata ketiga), sehingga lepaslah kesadarannya akan aliran nafas di dada. Pada sebagian orang juga merasakan sensasi-sensasi yang suka digambarkan sebagai sensasi keterhubungan, bahkan merasakan damai dan haru, tetapi setelah dicek sebenarnya itu sensasi palsu, akibat tubuh spiritnya disusupi kuasa kegelapan.
Maka setiap pembelajar perlu memperbaiki tekniknya terlebih dahulu. Dengan begitu kualitas hening kita akan meningkat secara bertahap. Kalau tekniknya tepat, nanti kualitas keheningan itu akan meningkat dari 5% menjadi 10%. Ini berarti kita sudah masuk ke fase rileks. Kalau kita pakai teori gelombang otak, kondisi ini sudah mulai masuk di kondisi Alfa. Semakin kita bisa betul-betul menyadari, menikmati napas, lalu perhatian tenggelam menikmati kasih murni itu, maka meditasi kita akan semakin dalam. Selanjutnya keheningan kita semakin meningkat, semakin bagus. Semakin kita bisa melampaui gejolak pikiran, kita bisa tidak hanyut oleh pikiran yang ke sana ke mari, kita akan betul-betul tenggelam di dalam keheningan itu. Pada titik ini, ketika kita betul-betul hening itulah kekuatan Ilahi bekerja secara optimal dalam diri kita. Proses pemurnian jiwa berjalan dengan optimal dan efektif.
Ketekunan dan konsistensi diperlukan untuk mampu meningkatkan kualitas hening. Selain itu pembelajar perlu melakukan upaya-upaya tambahan sebagai bahan mengobservasi diri. Caranya dengan bersedia berbagi pengalaman heningnya secara detail kepada pembimbing untuk dievaluasi. Dengan begitu kita bisa mengamati dan memahami kebiasaan atau karakter meditasi kita. Maka semakin kita tekun, skor kualitas hening kita akan naik. Sebaliknya jika intensitas latihan hening kita makin kendor, skor kualitasnya juga akan menurun.
Apakah kejernihan akan mempengaruhi kualitas hening?
Tentu saja sangat berpengaruh. Latihan hening akan jauh lebih sulit dengan adanya kuasa kegelapan (dark force) yang ikut campur di dalam diri. Mereka akan mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak, dan berbicara. Sesuatu yang harusnya sederhana bisa menjadi makin rumit. Kalau sudah kesambet (disusupi kuasa kegelapan), kita seperti di lingkaran setan. Semua hal bisa terlupakan tidak pernah terjadi. Kita bisa lupa cara hening, bingung dengan nafas kita sendiri, belum lagi kita spaneng karena tahu sedang kesambet dan tidak kunjung jernih.
Sebaliknya jika kita sangat yakin heningnya sudah tepat, merasakan damai, bahagia, haru, yang tidak nyaman mendadak jadi nyaman, lalu ternyata ini semua sensasi yang dipalsukan oleh kuasa gelap yang mampu mengubah unsur kimiawi dalam tubuh kita. Maka akan selalu disarankan untuk menjernihkan dulu tubuh energinya dibantu audio sambil terus latihan hening. Kalau sudah jernih 100% latihannya akan lebih mudah.
Hubungan Kualitas Hening dan Proses Purifikasi
Kalau kita duduk memejamkan mata tetapi kualitas hening kita 1% tentu saja itu tidak ‘ngangkat’ (kurang berjalan efektif). Angka kualitas hening yang demikian tidak akan membuat kita mengalami purifikasi karena sebetulnya kita tidak hening walaupun matanya terpejam, dan kita bersila.
Tapi kalau kita mulai rileks, kualitas hening kita bertumbuh dari 1%, 3%, 5% apalagi bisa sampai 6% 7%, berarti kita mulai bisa merasakan kasih murni. Saat kita mampu menyadari yang Ilahi dalam diri, maka proses pemurnian itu akan berjalan semakin efektif. Apalagi kalau kita kualitas heningnya meningkat menjadi 10%, 15%, dan seterusnya, otomatis pemurnian diri akan berjalan semakin efektif, bahkan terjadi akselerasi.
Sumber:
- Kajian Surabaya, 17 September 2021
- Webinar Jalan Pasti untuk Terbebas dari Penderitaan 10 Oktober 2021
- Webinar Penggemblengan Diri 1, 27 November 2022
- Materi belajar yang dirangkum pamomong
Reaksi Anda: