Skip to main content

TIM SHD

Ay Pieta

Pamomong di Persaudaraan Matahari
Corporate Secretary PT Bumi Nusantara Gemahripah
Direktur Keuangan Avalon Consulting
Wakil Sekjen Pusaka Indonesia Gemahripah

Ada yang pernah terkena sabetan selendang sutranya  yang memedihkan?  Ada yang tercabik-cabik egonya karena mendapat kata-kata darinya yang tak sesuai harapan? Jika ada boleh curhat di kolom komentar.

Kasih murni cenderung dipahami sebagai tindakan yang “lembut” atau “memanjakan ego”.  Orang-orang pasti sulit memahami kata-kata pedas yang keluar dari hati yang murni sebagai manifestasi dari kasih.  Tapi saya dalam kesadaran saat ini tentu bisa membedakan mana kata-kata manis yang berbisa, mana kata-kata yang jujur tapi pahit yang menumbuhkan jiwa.   Maka saya jelas memberi kepercayaan besar pada orang-orang yang tulus dan punya kasih otentik.  Termasuk kepada Keisari Pieta yang akrab dipanggil Mbak Ay.  Selain tulus, ia juga ahli dalam membaca watak dan emosi orang yang tersembunyi.  Maka saya sering sebut ia sebagai “Scanner Bandara”; orang-orang yang punya niatan tersembunyi saat mendekati saya atau bergabung dengan Persaudaraan Matahari pasti terdeteksi olehnya.

Keisari Pieta secara akademik adalah Sarjana Arsitektur dari Universitas Trisakti Jakarta.  Tapi ia justru bekerja di dunia minyak dan gas.  Terakhir ia bekerja di Santos (Sampang Pty. Ltd).  Tapi mengikuti petunjuk semesta, ia pensiun dini di tahun 2020.  Ia lalu fokus mendarmabaktikan hidup dan kemampuannya untuk pergerakan Persaudaraan Matahari.

Selain pekerjaan profesional di beberapa lembaga yang saya dirikan, Keisari Pieta juga memiliki peran sebagai komunikator interdimensi/penangkap pesan semesta.  Saat ini ia juga menjadi Pamomong dalam program bimbingan intensif yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Matahari.

Ada yang bertanya, memgapa Pamomong di Persaudaraan Matahari kok perempuan semua.  Jawaban saya tegas: saya tidak punya bias gender.   Saya penganut patriarki kosmik, tapi saya mengerti betul bahwa pencerahan bisa datang pada laki-laki maupun perempuan.   Kesempatannya benar-benar setara.  Kepemimpinan profetik/spiritual juga bisa diemban oleh perempuan yang memang tercerahkan.

Selamat berjuang dan memberikan yang terbaik untuk hidup ini.  Bumi Surgawi adalah visi ilahiah kita bersama dan itu pasti terjadi.

Agus Haryono

Leader di Persaudaraan Matahari

Agus Haryono, lelaki yang kental dengan tradisi religi Islam sejak kecil. Kehidupannya sangat dekat dengan pondok pesantren. Lelaki kelahiran 5 Agustus 1966 ini termasuk seorang pencari Tuhan hingga ia mendalami dunia tasawwuf. Saat itu temannya merekomendasikannya untuk membaca buku Setyo Hajar Dewantoro (SHD), yakni Medseba, Suwung, dan Sastrajendra. Agus tersentak saat membaca Suwung karena Guru SHD dengan gamblang membabarkan tentang Tuhan.

Sekitar Juni 2020, Agus Haryono mengikuti workshop Guru SHD yang ada di Jakarta. Saat itulah, kali pertama Agus mengikuti meditasi. Karena Agus masih mencari keberadaan Tuhan, Agus terus mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Matahari. Mulai dari workshop, retreat, hingga program kepamomongan.

“Saat ada program kepamomongan batch 2 saya ikut, dan bersyukur berjatah. Kemajuan yang sangat berarti saya dapatkan di batch 5, setelah mendapatkan bimbingan yang meluluhlantakkan ego saya. Disinilah saya mengalami bahagia. Disini saya menemukan Tuhan lewat pengejawantahannya di dalam diri yang disebut Diri Sejati/Guru Sejati/Roh Kudus/Atman/Dewa Ruci/Nur Muhammad.”

Eko Nugroho

Leader di Persaudaraan Matahari
CEO PT. Bumi Nusantara Gemahripah
Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia Gemahripah

Eko Nugroho, saya memanggilnya Mas Eko, menjadi tandem saya di berbagai lini kegiatan, di PT. Bumi Nusantara Gemahripah, Pusaka Indonesia Gemahripah, Avalon Consulting dan sangat niscaya di lembaga/perusahaan lain yang segera didirikan.

Ia telah menjadi murid saya sejak 2018.  Saat saya masih menjalankan metoda ritual seperti kungkum dan semacamnya.   Sebagai orang yang pernah sangat relijius, tindakan kungkum lalu meditasi di depan patung, adalah kegilaan.   Ternyata ia harus menjalani kegilaan itu gara-gara jadi murid saya.

Tapi itu belum seberapa dibandingkan kegilaan selanjutnya.  Satu momen yang dalam kacamata umum pasti disebut gila adalah saat ia memutuskan tidak menerima tawaran perpanjangan jabatan sebagai VP di Freeport Indonesia seiring dengan tibanya masa pensiun.  Siapa sih yang gak mau jadi pejabat di Freeport dengan gaji besar dan fasilitas wah?

Tapi waktu membuktikan bahwa itu bukan pilihan yang salah.  Ia mengaku saat ini jauh lebih bahagia karena menemukan sumber bahagia di dalam diri.  Ia juga menemukan makna hidup dalam karya sebagai trainer dan entrepreneur, yang berjuang untuk memberdayakan manusia dan mendukung kedaulatan pangan di negeri ini.

Eko Nugroho menyelesaikan pendidikan Master (S2) di The Wichita State University, Kansas. Dengan bekal pengetahuan dari latar akademik ini, plus pengalaman berkarya selama puluhan tahun di korporasi a.l. PT. Freeport Indonesia, mulai dari bidang Finance & Accounting, Supply Chain akhirnya menggeluti secara intens bidang pengembangan sumber daya manusia (HR) dan pengalaman sejak 2018 menekuni meditasi dan spiritualitas,  ia siap mengembangkan dan mempraktikkan model kepemimpinan dan manajemen berbasis kesadaran spiritual. Lewat PIG ia berkiprah lebih luas guna menginspirasi banyak orang agar kembali pada nilai-nilai luhur bangsa yang terumuskan dalam Pancasila.

Fajar Prihattanto

Leader di Persaudaraan Matahari
Ketua Pusaka Indonesia Gemahripah Wilayah Jawa Tengah

Ksatria saya tak hanya ada di perkotaan, tapi juga ada di pedesaan.  Ksatria yang satu ini tinggal di Batuwarno Wonogiri Jawa Tengah.  Meski lumayan terpencil, rumahnya termasuk yang paling sering saya kunjungi.   Profesi sehari-hari dari pria yang saya panggil Mas Fajar ini adalah Guru SMP/PNS.

Kiprahnya dalam belajar ilmu berlabel spiritual terbilang panjang.  Tapi sebelum berjumpa saya, orientasinya lebih kepada kadigdayan, mengutamakan pengembangan kekuatan supranatural.   Demikian juga teman-teman di lingkungannya yang  ikut bergabung di Persaudaraan Matahari.  Maka secara bercanda saya dan tim sering melabeli mereka sebagai  “gank  dukun/pendekar”.   Uniknya, gank ini terbilang loyal, mereka tetap bertahan jadi warga Persaudaraan Matahari sejak pertama bergabung di permulaan 2019.  Ada beberapa gank sejenis yang rontok meski awalnya sangat ngefans pada saya dan kalau sungkem ke saya sangat serius.

Tantangan yang dihadapi Mas Fajar dan teman-temannya saat menekuni ajaran saya sebenarnya sangat tidak mudah.  Kasus yang paling umum adalah dianggap sesat, menyalahi ajaran agama.  Sampai issue yang lebih detail: Persaudaraan Matahari mengajarkan manusia jadi Tuhan; guru di Persaudaraan Matahari sok jadi Tuhan karena bisa mengungkap realitas jiwa yang tersembunyi.  Butuh keteguhan sikap untuk bertahan di jalan hening di tengah pergunjingan di desa.

Dalam 2 bulan terakhir ini, Mas Fajar mengalami akselerasi dalam hal kemurnian jiwa dan peningkatan kesadaran.  Ia sukses melepas siluman ular yang dibawa dari kehidupan lampau yang membawa kemampuan supranatural dan kecerdasan tertentu.  Dia di kehidupan lampaunya adalah “dukun sakti” yang diberi kesempatan di kehidupan saat ini untuk menjadi jiwa yang murni dan ksatria cahaya.   Memang Mas Fajar telah melepas status Ksatria Popok Suci saat mengikuti retreat di Semarang dengan segala dinamikanya.

Saat ini Mas Fajar yang punya kemampuan melukis sangat membantu kerja kosmik saya.   Dengan metoda melukisnya ia bisa menyingkapkan realitas jiwa yang tersembunyi.   Dengan metodanya ia juga bisa mengungkapkan realitas di balik tubuh fisik saya.   Karyanya menghiasi buku-buku terbaru saya.   Bakat lain yang mulai tumbuh adalah bakat menulis.  Cerbungnya dengan tokoh utama bernama Samidera sangatlah keren.

Di luar itu ia juga tengah belajar bertani organik.  Ia mulai digerakkan untuk menjalankan gerakan pemuliaan tanah/Ibu Bumi dalam wadah Pussaka Indonesia Gemahripah.

Saatnya bekerja dengan jiwa ksatria, berlandaskan ketulusan paripurna.  Bangkitlah para ksatria yang masih tertidur.

Galih Setyawan alias Komeng

Leader di Persaudaraan Matahari
Staf Serbaguna: Keamanan, Penyembuhan

Ksatria yang bekerja bersama saya untuk membangun karya yang agung, bukan hanya mereka yang sekolah tinggi di luar negeri seperti 3 ksatria yang saya ceritakan sebelumnya.  Ada juga yang betul-betul merepresentasikan rakyat jelata.   Saya ceritakan yang satu ini: Mas Komeng alias Galih Setyawan.   Dia ini alumnus kebun kopi, kebun tembakau, dan hutan tempat berburu celeng di kawasan Temanggung.  Katanya sih punya ijazah SMP tapi masih tertahan.  Saya sempat tanyakan, punya akta lahir apa tidak? Katanya ya jelas ada he he he.  Kirain dia muncul begitu saja di kebun bambu sehingga tidak punya akta lahir.  Hi hi hi.

Mas Komeng mulai jadi murid saya pada 2018.   Awalnya tidak sengaja dia berjumpa saya saat jadi tukang dekor dalam acara yang saya gelar di kampung saya: Pasamuan Agung.  Setelah bertahun- tahun belajar, pada 2021 saya ajak dia ikut bersama saya.  Tugas pertamanya, secara mendadak harus menemani saya ke Palembang dan Lampung.

Ternyata, dia jadi satu-satunya yang bertahan menjadi pengiring saya.  Yang lainnya terlepas dengan beragam alasan.  Tentu tidak mudah bagi Mas Komeng, karena dia harus memilih antara loyal kepada saya atau mengikuti teman-temannya.   Ternyata dia berhasil melampaui kemelekatan dalam pertemanan dan bisa mengambil keputusan yang tepat untuk keselamatan jiwa dan kesejahteraannya.

Tugaa Mas Komeng bukan memimpin perusahaan atau lembaga.  Tapi ia menjadi elemen penting dalam pergerakan saya.  Terlebih kini ia bisa menangkap pesan semesta tentang apa yang harus dilakukan dan kemana mesti bergerak. Ia juga menjadi penanggung jawab peralatan di berbagai acara.  Dia juga kini semakin ahli dalam menjalankan spiritual healing.  Dalam berbagai perjalanan melaksanakan tugas semesta terutama saat keliling-keliling dengan mobil di Pulau Jawa, Mas Komeng pasti ikut serta.

Untuk sampai ke titik sekarang, banyak proses yang telah dialami.  Ada beberapa peristiwa dan penanda penting.  Ia melepas dua makhluk astral yang selama ini menyatu dengan badannya: siluman celeng dam siluman harimau.  Menandai kelahiran sebagai jiwa yang murni, ia mencukur habis rambut gimbalnya jadi gundul, dan melepas semua assesoris: kalung dan gelang, yang kalo ditimbang bisa 1 kg beratnya he he.

Ke depan, saya terus dukung dia untuk menjadi verso terbaiknya.  Jika saatnya tiba, saya mau kirim dia ke Israel atau Russia hi hi hi.

Iin

Administrasi

Indarwati atau biasa yang dipanggil dengan Iin bergabung dengan pembelajaran spiritual murni ala metode SHD ini sejak Juli 2018. Wanita kelahiran 30 Januari 1968 kini berdomisili di Surabaya ini mengaku bahwa jiwanya bertumbuh bersama Guru SHD.

Iin bertutur, “Hening yang diajarkan Guru SHD memang nampak sederhana sekali, tapi untuk praktiknya tidak sesederhana itu. Sungguh-sungguh sangat dibutuhkan ketekunan, ketulusan, tekat kuat, dan pantang menyerah menjalaninya, tidak boleh ceroboh, selalu waspada, bersedia menjalani prosesnya, dan pasrah total pada hasil. Satu lagi kuncinya dengan kerendahan hati mau membuka diri untuk menerima metode belajar yang menjadi ketentuan bergabung belajar di Persaudaraan Matahari.”

Nenden Novianti Fathiastuti

Leader di Persaudaraan Matahari
CEO Avalon Consulting
Ketua Bidang Media & Kampanye Pusaka Indonesia Gemahripah

Saya adalah pembangun pergerakan menuju Indonesia yang jaya dan Bumi yang surgawi.  Maka saya harus mengumpulkan orang-orang terbaik di bidangnya yang punya hati murni dan memang terpanggil untuk berbakti melampaui sekadar kebutuhan untuk bekerja dan mendapatkan uang.

Ksatria yang satu ini perempuan.   Ia baru saja ditetapkan menjadi CEO di PT. Avalon Semesta Konsultama (Avalon Consulting) menggantikan CEO sebelumnya yang mengundurkan diri.  Meski perempuan, ia tidak lemah gemulai.  Ia justru perkasa dan kadang galak.  Dan senyatanya ia termasuk yang paling sering saya marahin.  Saya menggemblengnya untuk menjadi ksatria dan pemimpin yang tangguh.    Saya menjalankan tugas saya mengembangkan setiap orang menjadi versi terbaik dari dirinya secara adil tanpa diskriminasi.

Permulaan saya bertemu (kembali) dengan Nenden Fathiastuti sebetulnya lucu.  Ia menghubungi saya di 2017 untuk menangani kasus anaknya yang sering sakit secara aneh.  Maka bertemulah kami, dan saya laksanakan tugas saya sebagai Spiritual Healer untuk memulihkan anaknya yang sakit.  Ternyata bukan hanya anaknya yang sakit, ibunya juga sakit.  Jadi sekalianlah saya tangani dengan hasil ia membatalkan jadwal operasi kelenjar tiroid yang semula membengkak, karena mendadak kempes dan sembuh.   Setelah beberapa waktu saya baru tahu kalau Nenden ini adalah adik kelas saya di SMA Negeri 8 Bandung, beda satu angkatan dan sebetulnya kami dulu saling tahu karena sama-sama aktif di bidang seni.

Ringkas cerita, Nenden menjadi salah satu dari sedikit murid lama yang masih bertahan.  Ia menjadi saksi dari pertumbuhan spiritual yang saya alami; ia mengerti bagaimana dinamika yang terjadi dalam komunitas.   Ia juga mengalami sendiri keajaiban dari cara hidup mengalir – sesuatu yang semula sangat ia tidak mengerti karena sepanjang hidup selalu berusaha merencanakan dan mengatur hidup.

Lalu apa keahlian profesional dan peran dari Nenden dalam pergerakan yang saya bangun?

Berlatar belakang pendidikan Master of Art from Ohio University, Communication and Development Studies,  Nenden punya pengalaman kerja yang panjang sebagai wartawan dan media officer di berbagai lembaga. Atas dasar itu pertama-tama  ia diberi mandat mengelola program kampanye dan media di PIG.  Buah karyanya adalah web pussaka.com dan Channel Youtube Bumi Surgawi. Pengalaman sebagai wartawan dijalani di Detikcom dan Vivanews. Ia juga pernah jadi penulis lepas di berbagai Majalah Femina, More Indonesia, Majalah Hai. Sebagai media officer ia pernah bekerja di Kantor Presiden era Presiden SBY dan beberapa NGO yang didanai donor internasional, PR Manager WWF Indonesia dan juga pernah di Johns Hopkins Center for Communication Programs. Di dunia tulis menulis, ia mulai menjalankan peran spesialnya dengan nama pena Josephine Phoenix. Ia menekuni meditasi dan spiritualitas sejak 2017 – lewat proses panjang ia menjadi terlatih untuk hidup mengalir selaras dengan gerak semesta. 

Kini ia juga memimpin Avalon Consulting yang memposisikan diri sebagai kawah candradimuka bagi para pemimpin di berbagai sektor, dengan tawaran iilmu kepemimpinan berbasis spiritualitas yang transformatif, progressif dan revolusioner.

Niniek Febriany

Leader di Persaudaraan Matahari

Berlatar belakang pendidikan arsitektur, ia bekerja sebagai konsultan sustainable architecture, sembari menggerakkan yayasan pendidikan kontekstual untuk generasi muda desa, serta mendirikan start-up yang mengawinkan jamu dan teknologi untuk mendapatkan racikan jamu terpersonalisasi.

Niniek secara random bertemu dengan audio meditasi SHD melalui Spotify di awal tahun 2021, namun saat itu ia belum mendalami meditasi maupun spiritualisme. Di Oktober 2021, di tengah konflik yg terjadi di start-upnya saat itu, Niniek menyadari pentingnya meluruhkan hasrat egoistik untuk mencapai visi yang ia cita-citakan — visi yg selaras bagi Bumi dan sesama manusia. Saat itu, ia kemudian memohon kepada Tuhan agar dipertemukan dengan jalannya. Keesokan harinya, salah seorang temannya mengajak Niniek untuk mengikuti kajian SHD.

“Pertama kali bertemu dengan Mas Guru, saya ada rasa dejavu dan ada kerinduan akan rasa yg muncul dr dalam hati. Dan, begitu tahu tentang misi Bumi Surgawi— itu rasanya langsung ‘klik’. Misi ini juga yang sehari-hari bikin saya tergerak dan bergerak di jalan ini.”

Nyoman Suwartha

Leader di Persaudaraan Matahari
Sekretaris Jenderal Pusaka Indonesia Gemahripah

Saya tidak sedang bercanda ketika menyatakan “Bumi Surgawi”. Merealisasikan Bumi Surgawi adalah missi kelahiran saya saat ini. Saya bekerja keras untuk hal ini, termasuk dengan mendirikan beberapa lembaga dan mendidik orang-orang agar punya mentalitas ksatria untuk menjalankan lembaga-lembaga itu.

Salah satu lembaga itu adalah Perkumpulan PUSAKA INDONESIA GEMAHRIPAH yang punya tagline ” Untuk Indonesia Raya yang Jaya”. Lembaga ini dalam keseharian dikomandani oleh Nyoman Suwartha. Ia ditetapkan sebagai Sekjen pada Februari 2022 menggantikan Sekjen sebelumnya, Irma Rachmi.

Nyoman Suwartha berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil dan Lingkungan. S2 diselesaikan di UGM sementara S3 dituntaskan di Hokaido University Jepang. Sejak 2010 hingga sekarang masih bertugas sebagai dosen di Universitas Indonesia. Selain mengajar pengalaman kerjanya antara lain mengelola jurnal sebagai managing editor International Journal of Technology, wakil ketua UI GreenMetric world university rankings, pernah menjabat sebagai Kaprodi Teknik Lingkungan, dan saat ini mengemban tugas sebagai Manajer Mendidikan FTUI.

Nyoman Suwartha menjadi murid saya sejak 2018, menjadi salah satu dari sedikit orang yang bertahan hingga menjadi bagian dari lingkaran inti di Persaudaraan Matahari. Ia menjadi salah satu leader dalam Grup Kepamomongan di Persaudaraan Matahari.

Sebelum ditetapkan sebagai Sekjen, sebelumnya ia mengemban tugas sebagai Sekretaris PIG Wilayah Jawa Barat, lalu Kepala Divisi Riset dan Kajian PIG.

Retno Sulistyowati

Acaraki alias Tukang Jamu
Spiritual Healer

Mbak Retno, demikian namanya, punya perjuangan berat untuk bertahan menjadi murid saya.   Mata Ketiganya yang terlalu aktif secara visual membuatnya malah susah hening dan gampang kesambet.  Sangat sulit baginya untuk terlepas dari watak angkara dan jeratan Dark Force.   Tapi kerja keras pastilah membuahkan hasil.  Ketekunan hening selalu berdampak pada purifikasi dan transformasi.  Untuk membantunya lebih aman saya juga menggeser peran, ia tidak lagi jadi komunikator interdimensi guna menangkap pesan semesta.  Kemampuan di aspek ini sekarang khusua dipergunakan untuk mengakses formula ramuan jamu yang dulu dipergunakan para leluhur kita, dan menscanning keadaan orang yang sakit secara detail.

Lebih jauh ssya justru akan mengungkap tulisan Mbak Retno sendiri.  Pertama saat ia mengatasi kesulitan dalam bisnis dan hidup.

“Usaha saya Ayam Geprek Tomang pernah mengalami masa sulit saat PSBB diperpanjang berkali – kali. Dana cadangan habis, biaya operasional beberapa outlet sudah menguras tabungan, tagihan supplier packaging belum terbayar beberapa bulan.Saya tidak ada pengurangan karyawan tapi ada beberapa karyawan yang mengundurkan diri.

Saat sudah bingung dan mulai panik dengan kondisi usaha yang mulai kembang kempis saya WA Guru minta petunjuk saya harus bagaimana.

Jawaban Guru singkat, terima konsekwensi terburuk.  Saya merenung, konsekwensi terburuknya adalah bangkrut, tutup semua outlet.

Ya sudah apapun itu saya siap, masa iya saya tidak bisa cari makan.  Ternyata salah satu pembelajarannya adalah saya sedang dilatih Semesta untuk melampaui kemelakatan terhadap harta.

Suami sudah mulai panik gak bisa bayar karyawan & biaya operasional lainnya.Saya bilang, gak usah mikir jauh² daripada stres, melangkah satu per satu dan per hari ini saja, hari esok biarkan saja gak usah dipikirin.

Saya belajar mengalir.  Tiap mau gajian / bayar biaya operasional lainnya, saya hening dulu, muncul tuntunan untuk jual perhiasan, sepeda, dll (bertahap) saya manut.  Gaji karyawan saya berikan mingguan.

Tiba saatnya bayar THR, tuntunan yang muncul jual motor ninja anak saya.Saya ngomong kondisi usaha apa adanya ke anak bujang saya, dia santai saja mengijinkan motornya dijual.  Lah bapaknya yang nangis gak tega ke anaknya, trus mau jual mobil saja daripada jual motor anaknya.

Saya berikan pengertian dan akhirnya merelakan.

Dan ini juga pembelajaran buat anak saya.

THR karyawan aman, dibayar tepat waktu.

Tiap awal tahun biasanya selalu ada kenaikan gaji karyawan.  Tahun lalu saya tidak berikan kenaikan gaji.   Beberapa karyawan menanyakan kenaikan gaji, saya kasih pengertian bahwa bisa bertahan tidak ada outlet yang tutup saja sudah bersyukur banget.  Dan saya bilang belum bisa berikan kenaikan gaji tahun ini (2021).  Saya ajak karyawan untuk berjuang bersama menghadapi situasi saat itu.  Mereka mengerti kondisi usaha yang sedang menurun & masih mau setia bekerja bersama, berjuang bersama.

Semesta bekerja dengan caraNya.

Perlahan kondisi mulai pulih kembali.

Anak bujang minta ijin buka cabang Ayam Geprek Tomang dan kuliah sambil belajar usaha, bisa beli motor sendiri.  Bapaknya senang.

Banyak pelajaran yang bisa saya ambil saat melalui masa sulit tahun kemarin.  Sekarang usaha Ayam Geprek dihandle suami, saya hanya bantu back office dan secara energi.     Yang saya lakukan support energi untuk Ayam Geprek Tomang dengan sering memberkati : tim AGT, pemasok barang, rekan kerja, pembeli

Saya mulai menjalankan peran saya mengikuti panggilan sesuai jatah sebagai peramu Jamu Warisan.  Guru sering panggil saya dengan sebutan Panoramix (salah satu tokoh dukun peramu dalam komik Asterix Obelix) yang selalu bikin saya ngakak🤣🤣

Semesta bekerja dengan caraNya yang ajaib”

Satu lagi yang saya ungkap, pesan semesta tentang Acaraki/Peracik Jamu:

“Acaraki merupakan sebuah panggilan untuk memuliakan Ibu Bumi dengan menggunakan bahan² herbal yang berasal dari tanaman yang tumbuh di tempat sekitar wilayah dimana Acaraki berada.

Bahan² herbal digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.  Seorang Acaraki sejati bekerja mengikuti tuntunan Diri Sejati.  Kemampuan meramu berbagai jenis tanaman herbal menyesuaikan kondisi tubuh pasien mengalir dari keheningan yang senantiasa terus dijalankan dengan penuh kesungguhan jiwa dan raga.  Seorang Acaraki tidak akan bekerja tanpa tuntunan Diri Sejati.

Hasrat keinginan egoistik untuk dapat membantu siapapun yang datang meminta bantuan dilebur melalui keheningan.  Tidak semua yang datang ataupun meminta bantuan dapat terpenuhi keinginannya.

Seorang Acaraki menjalankan tugasnya mengikuti tuntunan Sang Roh Kudus yang bertahta di pusat hati.  Bagian² tubuh yang membutuhkan pengobatan baik secara energi maupun dengan berbagai tanaman herbal akan diberikan menyesuaikan kebutuhan bagian tubuh yang membutuhkan pengobatan tanpa membahayakan bagian / organ dalam tubuh lainnya.

Seorang Acaraki sejati bertindak dengan penuh ketulusan menjalankan tugas yang diterima melalui keheningan.  Seorang Acaraki sejati sangat menghargai tubuh manusia sebagai mahakarya yang agung dari Sang Maha Pencipta.

Ramuan herbal yang muncul melalui keheningan akan bekerja sebagaimana mestinya mengikuti kesiapan tubuh yang berjatah mendapat ramuan herbal.Ada energi murni yang bekerja melalui ramuan herbal.”

Vernanda

Leader di Persaudaraan Matahari

Gede Vernanda Satria Dita adalah lelaki kelahiran Denpasar-Bali pada tahun 1991. Kini ia tinggal di Singaraja-Bali sebagai General Practitioner. Lelaki yang akrab disapa Bli Vernanda ini mengaku bahwa kali pertama mengetahui sosok Setyo Hajar Dewantoro (SHD) pada tahun 2018 melalui 3 buku, yakni Medseba, Suwung dan Sastrajendra. Saat itu dia sedang semangat menjadi pencari kebenaran melalui buku dan video yang banyak tersebar di youtube. Baginya, spiritualitas itu tentang menumpuk pengetahuan spiritual, bukan sebuah laku meditasi.

Setelah membaca buku SHD yang menjelaskan tentang laku dasar menyadari napas, Bli Vernanda mulai mantap untuk belajar kepada Guru SHD. Hal itu direalisasikannya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan komunitas, seperti kajian, retreat, workshop, dan program kepamomongan. Kini ia menjadi leader yang membantu pembelajar lain untuk mempelajari teknik hening yang tepat ala SHD Method untuk memurnikan jiwa dan raga.

Meski Vernanda mengalami jatuh bangun sebagai pembelajar di Persaudaraan Matahari, ia tetap melanjutkan pembelajarannya. Jika ditanya mengapa masih bertahan? Jawabnya, “Karena saya ingat betul manfaat hening yang saya rasakan, tentang bagaimana rasa bahagia benar-benar bisa muncul dari dalam diri dan menyelarasakan semua aspek diri saya.”

Dudik Dwijatmiko

Leader di Persaudaraan Matahari

Aku mulai mengenal dan masuk Persaudaraan Matahari Agustus 2020. Pertama kali tahu dari facebook karena tertarik ada Guru Spiritual mau mendirikan partai politik (Parpol). Ini gila pikirku karena secara lapangan aku tau betul ini sangat tidak mudah. Selain itu juga ada harapan bila spiritualis ikut berpolitik, kekusutan bangsa ini bisa diurai. Yang ternyata di kemudian hari, ini juga ilusi karena spiritualis bila tidak berjiwa murni, maka masih akan menuruti ego yang tebal pula. Seiring berjalannya waktu kondisi di lapangan belum memungkinkan untuk mendirikan partai dan organisasi lebih fokus untuk berjuang menyalakan api Pancasila dan mengamalkan Trisakti Pancasila untuk membuat Indonesia surgawi.

Aku senang sekali belajar di Persaudaraan Matahari. Aku merasa menemukan harta karun, mutiara kehidupan yang terpendam ribuan tahun dibangkitkan kembali. Inilah yang aku cari, tidak ada ajaran yang sekeren ini yang aku kenal sebelumnya. Ajaran yang mengajarkan kenyataan hidup. Ini ilmu kasunyatan yang menggabungkan kritisisme, daya upaya maksimal, dan kepasrahan total kepada Tuhan YME.
Di sini dilarang percaya sembarang percaya, juga dilarang menolak sembarang menolak. Semua harus dicermati dengan saksama, hal yang tidak aku temukan di lain tempat. Dengan belajar di PM aku jadi mengerti bahwa hidup ini begitu berharga, sebuah anugerah yang sangat besar dan mengikuti hukum Semesta yang adil, pasti, presisi, dan tidak pernah salah.

Tidak mudah belajar di Persaudaraan Matahari. Aku pun mengalami jatuh bangun di dalam pembelajaran di sini. Tidak lempeng-lempeng saja. Ini terjadi karena prasangkaku dan juga karena kadang ego memberontak ketika di toel-toel. Aku lama bergelut dengan prasangka terhadap sosok SHD.

Bagaimana kalau aku ditipu, jangan-jangan dia manipulatif? Jangan-jangan ajarannya sesat. Tapi ketika aku cermati dengan saksama aku tidak menemukannya. Misal, dalam hal belajar berbayar, adalah hal yang wajar karena toh selain ajaran yang dibabar gratis di berbagai platform medsos, karena dalam belajar apalagi tatap muka juga memerlukan sewa tempat, makan dsb. Dengan harga yang sangat murah dibandingkan ilmu yang didapat dan juga ada skema beasiswa bagi yang tidak mampu, tidak ada unsur manipulatif yang aku temukan.
Berikutnya sosok SHD juga memberikan teladan secara nyata terhadap ajaran yang diajarkan. Ini juga tidak banyak yang bisa. Aku juga mencoba menyelami secara rasa, yang aku temukan di dalam diri beliau hanyalah kasih dan kasih. Maka akhirnya dengan mengikuti dorongan hatiku yang terdalam aku memilih untuk melanjutkan dan bertahan di Persaudaraan Matahari apa pun resikonya. Walaupun berdarah-darah, tetapi pembelajaran ini penuh sukacita.

Berdarah-darah karena kita harus meluruhkan ego. Penuh sukacita karena selalu diingatkan untuk selalu ingat dan terhubung dengan Gusti, Sang Sumber Sukacita. Maka belajar di sini sungguh tidak mudah, yang ngeyelan dan cemen pasti out dalam waktu yang tidak lama. Setelah 3 tahun belajar di sini aku baru bisa menghargai dan berterima kasih kepada diriku sendiri, bahwa aku ulet dan tidak cemen. Bestie-bestieku seperjalanan di jalan ini banyak yang sudah rontok karena mengikuti prasangkanya. Aku sangat sadar pembelajaran dan perjalananku masih jauh.

Banyak PR pribadiku yang harus aku selesaikan. Banyak sisi gelap diri yang harus aku bereskan. Aku mempunyai tujuan kelak ketika meninggal aku berada di alam cahaya, dan ini harus bisa aku alami ketika aku masih hidup di dunia dengan badan bernama Dudik ini. Aku harus bisa bahagia konstan. Meskipun masih jauh dari bahagia konstan, parameter pribadi sudah menunjukkan hal-hal yang positif. Secara kesehatan aku lebih baik. Dulu aku mudah sekali masuk angin, pusing, dan sakit pinggang, sekarang nyaris tidak pernah. Secara emosi juga lebih baik dulu suka ngamukan, sekarang teman-teman dekatku pada heran, kok tidak ngamukan lagi.

Hubungan dengan orang tua juga menjadi sangat baik. Saya menjadi berhati-hati dalam bertindak, jangan sampai saya melakukan hal-hal yang tidak selaras. Saat ini juga jadi jauh lebih mudah untuk bersyukur tanpa babibu. Parameter-parameter ini menunjukkan saya telah banyak berubah. Dan saya sangat bersyukur di PM sistem support-nya, sangat canggih dan detail. Saya berharap semakin banyak orang belajar dan mempraktikkan ajaran super keren ini. Dunia ini sungguh-sungguh memerlukan manusia-manusia berhati murni, manusia yang bebas dari ilusi, bebas dari luka batin, watak angkara, dan sisi gelap yang lain. Hidup saling memancarkan kasih, saling menolong dalam kasih murni. Maka menjadi nyatalah Bumi Surgawi. Indonesia Surgawi bukanlah hal yang utopis lagi, tapi itu nyata bisa dicapai.
Demikian sharing pembelajaran saya di Persaudaraan Matahari.

*) Dudik Dwijatmiko menyelesaikan pendidikan S1 di ITN Malang. Pekerjaan saat ini adalah sebagai petani yang mempraktikkan Sigma Farming. Ia juga aktif di Pusaka Indonesia sebagai Ketua Pengurus Wilayah Jawa Timur.

Pande Made Oka

Leader di Persaudaraan Matahari

Saya mulai bergabung di PM (dulu namanya Mahadaya Institut) pada bulan Mei tahun 2018, tepatnya adalah momen Mas Guru SHD mengadakan kajian/bedah buku Sastrajendra: Ilmu Kesempurnaan Jiwa di Denpasar, Bali. Dan, saya beruntung dapat ketemu langsung dengan Mas Guru SHD pada momen tersebut.

Sebelumnya saya tertarik baca buku Suwung yang ditulis Mas Guru SHD tahun 2017 dan kemudian baca juga Medseba. Suwung adalah buku masterpiece tentang spiritual Nusantara yang dicari dan pas bagi saya pribadi (istri juga, ding). Dan, saya langsung kagum sama Mas Guru SHD.

Pemahaman saya terhadap ajaran Mas Guru SHD di PM masih di skor 35%. Lumayan ada progres dari semula 15% – 25% saat ikut program Kepamomongan Batch 6.

Poin utama ajaran Mas Guru SHD adalah laku HENING di mana pun, kapan pun menyadari nafas alami, menikmati nafas saat ini di sini.
Ada 10 Ajaran pokok Mas Guru SHD yang secara utuh masih perlu saya pahami di dalam laku hening untuk terus meningkat hingga mencapai pemahaman 100%. Secara singkat ajaran beliau meliputi:

  1. Setiap jiwa berasal dari realitas Kekosongan Absolut; hal ini saya dapat pertama kali pada buku Suwung.
  2. Free will itu nyata
  3. Nasib bahagia dan menderita, surga dan neraka adalah realitas dualitas yang nyata; PR saya adalah melampauinya dalam keheningan yang dalam.
  4. Setiap jiwa pasti menginginkan kebahagiaan yang sejati.
  5. Hidup di Bumi adalah kesempatan istimewa bagi setiap jiwa yang bertumbuh, bertransformasi, mencapai kesempurnaan.
  6. Kematian adalah gerbang kehidupan baru bagi Sang Jiwa.
  7. Penyebab manusia terjerat dalam roda samsara dalam kehidupan di Bumi maupun setelah mati adalah adanya 5 faktor pengeruh jiwa: luka jiwa/batin, watak angkara, ilusi, jejak dosa dan jeratan Dark Force.
  8. Hening yang tekun
  9. Ilusi yang harus disirnakan (prasangka sendiri, institusi agama-adat, termasuk juga oleh pemikir spiritual yang belum tercerahkan).
  10. Selalu datang pembaharu, pemandu Agung atau juru selamat.

Suka duka saya selama belajar di PM, justru banyak sukanya, hehehe. Faktor Agama yang saya anut (Hindu) tidak banyak pengaruh dan bertentangan dengan ajaran Mas Guru SHD karena bagi saya yang lama hidup di luar Bali, agama Hindu yang saya anut adalah tidak mendogma dan mengandung ajaran universal. Sebagaimana asal katanya adalah ajaran Sanata Dharma (ajaran kebenaran).

Justru ilusi yang cenderung mendogma datang dari pengaruh adat istiadat Bali yang kuat. Lagi-lagi saya mendapatkan keberuntungan karena lama hidup di luar Pulau Bali, sehingga banyak tidak paham dengan detail adat istiadat Bali yang banyak varian di setiap wilayah di Bali. Dan, lebih mudah membongkar ilusinya sesuai esensi ajaran Mas Guru SHD.

PR buat saya adalah lebih membongkar ilusi adat yang tidak saya sadari dengan laku hening yang konsisten.
Nah, kebetulan dan keberuntungan yang bertubi-tubi pula, bahwa saya bersama dengan pasangan seiring belajar keheningan dalam asuhan Mas Guru SHD, sehingga tidak ada hambatan dalam belajar Hening. Justru pasangan mendukung sebagai partner sekaligus sebagai pen-trigger keluarnya sisi gelap-sisi gelap diri saya untuk pembelajaran dan bertumbuh dalam laku hening.

Dari awal ketemu Mas Guru SHD dan mengikuti ajaran beliau tiada pernah ada keraguan, apalagi berpikir ajaran yang sesat karena hal ini merupakan panggilan jiwa saya. Yang saya rasakan secara otentik dari hasil buah pikiran, perkataan, dan perbuatan Mas Guru SHD sangat konsisten. Hal ini tercermin juga dalam tulisan-tulisan dalam buku-buku Mas Guru SHD.

Sangat produktif menghasilkan buku-buku yang mencerahkan. Kagumku tak henti, hehehe. Kini telah banyak juga wedaran Mas Guru SHD di sosmed: FB, YT, IG, Telegram, maupun link audio meditasi.

Hal-hal di atas yang mencerahkan yang membuat saya memilih bertahan berjuang berkarya bersama Mas Guru SHD dan PM. Istilah kerennya NO TURN BACK.

Saya termasuk murid yang langka (maksudnya usia >60 th), tidak banyak secara kritis mempertanyakan hal apa pun yang diwedarkan Mas Guru. Saya lebih menerima, meresapi, dan melakukan dengan ketulusan, menikmati proses bertumbuh tanpa berorientasi hasil yang serba instan. Maka dari itu terasa progresnya gradual. Namun saya tetap yakin suatu saat akan tiba momentum keajaiban dalam perjalanan spiritual saya.

Hal-hal yang paling sulit saya alami selama mempraktikkan ajaran Mas Guru SHD adalah menjaga konsistensi diri dalam laku hening. Masih saja ada bolong-bolong, menjadikan kalah prioritas HENINGnya dibanding beraktivitas yang lain, seperti menunda dan tidak menyegerakan hening padahal sinyal diri memerlukan, semisal nonton film, terlena euforia, menggembala pikiran aktif/liar, dan cenderung sliut ngelamun, dan tak lekas menyadari, justru terkadang hanyut perasaan. Tiba sadar kembali, maka sadari nafas natural kembali.

Membongkar sisi gelap diri adalah pekerjaan paling sulit yang saya alami. Sisi gelap-sisi gelap dengan rapi ngumpet dalam diri dan di bawah sadar saya. Namun, saya yakin dengan laku hening yang dalam akan mampu memunculkan limpahan Kasih Murni tanpa batas dari Gusti yang Maha Agung, mampu mengikis meluruhkan segala sisi gelap diri. Saya niatkan saja dengan sungguh-sungguh.

Membongkar ilusi juga PR bagi saya selama ini, terbukti dengan hasil evaluasi diri saya perihal kejernihan tubuh persepsi yang 80% (menyisakan 20% ilusi). Bila saya petakan ilusi saya masih kental di wilayah adat istiadat Bali dan hubungan dengan istri (kemelekatan).
Pembelajaran saya dalam naungan PM lumayan cukup lama, yaitu lima tahunan. Retreat pertama yang saya ikuti adalah Retreat Umejero-Bali di bulan Agustus 2019. Tergerak ikut karena pas diadakan di Bali, dan meniatkan diri untuk melanjutkan belajar meditasi, memperoleh ketenangan, kedamaian, dan bahagia. Sesederhana gitu.

Nah, baru ngeh setelah berjatah ikut kepamomongan Batch 4 di tahun 2021. Saya baru mengerti bahwa betapa penting berguru pada orang yang tepat. Pada momen inilah bagi saya terjadi pertemuan antara murid dan guru secara intens baik lewat WA, sosmed FB/IG/YT maupun ketemu langsung bila sempat ikut workshop. Bersyukur saya gak pernah nyasar menemukan guru dan langsung dihantarkan Semesta ketemu Mas Guru SHD Sang Pemandu Agung.

Kemudian saya berjatah kembali ikut program Kepamomongan Batch 5 dan 6. Maka terkoreksilah tujuan hidup saya, nggak hanya mencari damai bahagia, nyaman berkecukupan saja. Namun bertekad kuat demi keselamatan jiwa dengan laku hening, memurnikan jiwa raga dengan luruhkan, sirnakan sisi gelap, merealisasikan bahagia sejati dan turut memuliakan Ibu Bumi dalam karya nyata berkebun. Menjadi versi terbaik diri sendiri sesuai Ràncangan Agung Semesta.

Selama ikut di jalan keheningan dalam naungan PM, saya mampu merasakan proses transformasi dalam diri saya. Hal yang nyata saya rasakan hingga saat ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi terutama pada diri sendiri. Saya semakin sehat, bahagia, tenang, nggak rewel, mendekati zero komplain, dan selalu mencoba bersikap netral yang berkesadaran.

Momen istimewa bagi saya di bulan Agustus 2023 yang lalu, saya diberi tantangan, digembleng Mas Guru SHD agar keluar dari zona nyaman, dititahkan menjadi COO PT BNGR. Apa dikata saya mesti patuh atas titah Gusti Hyang Maha Agung. Ini saya terima sebagai ujian trust saya ke Mas Guru SHD. Sebagai ujian naik tingkat saya dalam belajar keheningan.

Saya ambil sikap bahwa peran yang dititahkan adalah kehormatan dan bukan beban. Ibarat lahir kembali, maka dibukakan momentum kepada saya untuk memurnikan jiwa raga. Hanya dengan ketulusan, kepasrahan dan tetap semangat menapaki jalan keheningan ini.
Kini, saat ini saya berjatah ditugaskan menjadi leader pada program kepamomongan Batch 7. Saya sanggupi dan siap. Hal ini justru menjadi wahana ujian praktik hening yang nyata bagi saya. Sebuah petualangan tugas Semesta, mulai patuh pada Hingsun, perjalanan keheningan berlanjut tanpa henti dan tak terbatas. Kini, ajaran Mas Guru SHD di bawah naungan PM semakin meluas, tidak hanya sebatas meditasi, namun mewujudkan karya nyata, keberdayaan, keberdikarian mewujudkan Bumi Surgawi di Bumi Nusantara dan Dunia.

Ajaran PM sangat layak dan relevan untuk juga dipelajari oleh banyak orang, untuk mewujudkan kemakmuran bersama, menuju Negara yang gemah ripah loh jinawi. Dalam wadah Pusaka Indonesia Gemah Ripah yang berada di dalam Persaudaraan Matahari (PM), kami bergerak membangkitkan jati diri bangsa, berdikari, berdaulat. Adapun cakupan kegiatan meliputi, Riset dan Kajian, Ngaji Pancasila, Sigma Farming Academy, Social Entrepreneur Academy, dan Seni Budaya. Semua anggota dapat menyalurkan bakat dan talentanya untuk memenuhi panggilan jiwa sesuai Rancangan Agung Semesta.

Sungguh bahagia menjadi bagian dari keluarga Persaudaraan Matahari. Memunculkan rasa optimisme saya terhadap masa depan bangsa, negara, dan dunia setelah bergabung bersama PM. Tanpa muluk-muluk, dan jauh dari ambisi dan obsesi, ini adalah wujud karya nyata. Dengan laku hening yang konsisten di segala bidang, terus menerus dengan penuh ketulusan paripurna, akan memampukan menebar vibrasi energi positif yang dahsyat ke segala penjuru dengan jangkauan tak terbatas.

Spiritualitas murni yang diajarkan Mas Guru adalah spiritualitas yang PROGRESIF-TRANSFORMATIF-REVOLUSIONER. Bagi diri saya pribadi, sifat revolusioner menunggu momen yang tepat sesuai rancangan Agung Semesta.Tetap HENING, HENING, dan HENING.
Rahayu Sagung Dumadi.

*) I Pande Made Oka menyelesaikan pendidikan di S1 Sarjana Teknik Geologi-ITB dan S2 Magister Ekonomi, MPKP, FE-UI. Ia pernah bekerja sebagai Geologist di Pertamina hingga pensiun di tahun 2018. Kini ia berkarya sebagai petani yang konsisten menerapkan Sigma Farming. Sejak 2023 ia menjalankan peran sebagai Chief Operating Officer di PT. Bumi Nusantara Gemahripah.

Arif Fajar Nugroho (Fajar Way)

Leader di Persaudaraan Matahari

Saya kenal ajaran Guru SHD sejak 2019 karena dikenalkan oleh Mas Fajar Prihattanto. Tapi baru memutuskan bergabung di PM tahun 2021 – waktu itu masih bernama Mahadaya Institute. Selama 2 tahun sebelum memutuskan masuk, saya menolak ajaran Guru SHD dengan segala macam alasan yang berasal dari prasangka dan ilusi yang bercokol di kepala. Sampai pada bulan Maret 2021 berada pada kondisi yang sangat rendah dalam hidup, kemudian teringat dengan audio meditasi Guru SHD, mempraktikannya, dan ada satu pengalaman dalam meditasi tersebut yang membuat saya memutuskan untuk masuk dan mulai belajar kepada Guru. Merasakan rasa damai dalam kondisi yang sedang tidak kondusif. Niat pertama saya memang masih salah, tapi akhirnya itulah yang kemudian membawa saya mengerti banyak hal.

Menurut saya pokok ajaran Guru SHD ini adalah laku keheningan, dari laku keheningan kita diajak mengerti realitas sebenarnya tentang perjalanan kita sebagai Sang Jiwa. Perjalanan dalam satu fase kehidupan saat ini jadi manusia, dan perjalanan keseluruhan Sang Jiwa yang terbingkai dalam koridor hukum Semesta, mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi dan dibimbing untuk menyikapi dan menjalaninya.
Belajar di PM tentu tidak selalu mulus, salah satunya adalah keluar dari ilusi yang bercokol di kepala, selain dari agama juga spiritualitas. Kebetulan saya tidak dekat dengan agama sejak kecil, namun tidak berarti bisa lebih mudah menyirnakan ilusi tersebut, ditambah ilusi-ilusi yang lain yang saya dapat dari belajar di beberapa aliran kepercayaan.

Salah satu dari sekian banyak yang membuat menolak ajaran Guru sebelum tahun 2021 adalah karena salah satu murid Guru pernah menggambar realitas jiwa saya, di situ digambarkan ada entitas bawah yang menjerat dan dia bilang itu salah satu dari leluhur. Hal ini sempat bikin ego meronta-ronta, dalam kepala sudah tertanam bahwa leluhur harus dihormati, yang disampaikan tersebut adalah salah satu tindakan yang tidak menghormati dan bisa bikin kualat. Tapi kemudian saya mulai diajak berpikir logis, dengan sebuah pertanyaan, “Apakah semua leluhur bisa kita pastikan orang baik?” Itu kemudian cara yang saya gunakan. Sekarang lebih memilih untuk bersikap netral dari hal-hal yang blm bisa dibuktikan. Tantangan dari keluarga sudah banyak berkurang setelah melihat perubahan yang terjadi pada diri saya, walaupun saya sempat dianggap sesat sama pakde saat ikut workshop di Bali. Setelah memutuskan masuk PM, saya sudah memutuskan untuk melabuhkan perjalan saya di sini.

Yang paling susah mempraktikkan laku hening ini adalah menjaga konsistensi, mengerti bahwa ini laku seumur hidup, hanya saja mengubah sebuah kebiasaan yang sudah dibentuk puluhan tahun ini sungguh tidak mudah. Tapi, sudah banyak bukti dan keajaiban yang saya rasakan. Banyak juga dampak dan perubahan yang terjadi, sekarang lebih selow, lebih bahagia, lebih berdaya. Menjadi sangat nyata perbedaan pada diri saya saat menghadapi tantangan. Salah satu contohnya adalah saat menghadapi kematian anak saya. Di situ justru banyak disingkapkan realitas atas ilusi di balik kematian. Bagi kebanyakan orang mungkin dianggap aneh karena saya tidak terlihat sedih, merasakan secara otentik yang dirasakan anak waktu itu dan memang tidak ada alasan untuk saya bersedih dan meratapi sebuah kematian. Mengerti bahwa ini proses natural bagian dari sebuah perjalanan yang memang harus terjadi. Terima kasih Guru.

*) Fajar Way bernama asli Arif Fajar Nugroho, menyelesaikan pendidikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Kini ia berkarya sebagai seniman dengan berbagai keahlian: melukis dengan teknik dot painting, bermain musik dengan menjadi bagian dari Genta Mahakarya. Ia juga berwirausaha dengan membuka Warung Angkringan SHD di Batuwarno Wonogiri, dan mengelola Bisnis Kaos SHD Style/Mandala T Shirt. Selain itu, ia bertanggung jawab terhadap Divisi Seni Budaya di Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Tengah.

Wening Fikriyati

Leader di Persaudaraan Matahari

Pertama belajar spiritual dengan Guru SHD bulan Januari 2021 saat mengikuti kajian di Jogja. Bermula dari adanya dorongan dalam diri untuk memulihkan luka batin dan berupaya menjadi pribadi yang lebih baik secara profesional supaya bisa berhasil mencapai hal-hal yang dicita-citakan atau diinginkan. Sempat belajar meditasi secara otodidak untuk pemulihan luka batin, justru membuat saya memasuki pengalaman metafisika yang tidak saya mengerti. Jadilah saya mencari guru meditasi. Singkat cerita saya tiba-tiba melihat postingan teman saya di Instagram. Dia sudah ikut belajar meditasi bersama Guru SHD. Setelah itu saya penasaran dan sempat ngobrol dengan teman tersebut. Yang membuat saya tertarik saat itu karena ajarannya universal, bisa menjawab hal-hal yang selama ini saya anggap tidak masuk akal dalam dogma agama dan tidak terlalu menonjolkan hal-hal supranatural. Dari obrolan tersebut saya mantap untuk ikut kajian jika ada jadwal terdekat di Jogja.

Tak lama setelah pertemuan dengan teman tersebut saya mendapat info akan ada kajian di Jogja. Waktu itu komunitas spiritual yang diasuh Guru SHD masih bernama Mahadaya Institute (MI). Saya pun ikut kajian tersebut dan mengalami pengalaman meditasi yang luar biasa. Pulang dari meditasi itu rasanya enteng, plong, bahagia. Saya mencicipi momen surgawi dan baru beberapa waktu kemudian paham kalau itu namanya di-boosting. Sejak itu saya rutin ikut kajian sebulan sekali di Jogja.

Di awal-awal belajar saya memang menyimpan banyak niatan egoistik, antara lain ingin karier sukses, rumah tangga harmonis, anak tumbuh sehat dan bahagia, bisa membahagiakan orang tua sampai ingin punya kemampuan supranatural. Saya yang waktu itu sempat mengikuti dan belajar ala fashion spiritualist mengira ajaran Guru SHD bisa membuat saya mencapai hal-hal tadi dengan mudah dan cepat. Belum lagi saya juga menganggap Guru SHD seperti dukun yang bisa membereskan segala masalah saya. Waktu itu saya tidak mengerti pemurnian jiwa, hanya tahu secara teori.

Setelah beberapa bulan hanya ikut kajian dan menyimak WAG, akhirnya saya tergerak untuk mulai konsultasi pada Mbak Ay dan Mbak Irma. Setelah itu saya tergerak untuk mendaftar Pusaka Indonesia Gemahripah. Sejak itu saya mulai mendapat pertentangan dari orang-orang terdekat. Tetapi, berbekal pengalaman surgawi sebelumnya saya berusaha untuk terus melangkah maju.

Saya kemudian juga berjatah untuk ikut program pamomongan. Sejak ikut pamomong itu saya seperti diakselerasi dengan berbagai dinamika yang sebetulnya menggembleng mental saya, menyingkap ilusi, kesombongan dan kengeyelan saya. Umpan balik dari Semesta memang memedihkan, dan saya sempat anjlok kesadarannya selama beberapa bulan. Kejernihan tubuh energi stagnan di 40% dan hidup rasanya sungguh tidak asyik. Saya amnesia sampai tidak tahu cara rileks.

Setelah beberapa bulan akhirnya saya belajar hening dari nol. Ternyata saya salah memahami ajaran guru sehingga berdampak pada kemandegan bahkan kemunduran proses belajar spiritual saya. Proses jatuh bangun ini yang membuat saya belajar untuk rendah hati, tidak ngeyel, dan bersyukur atas apa pun jatah pembelajaran yang diberikan Semesta pada saya. Pengalaman kejedot berkali-kali juga menyadarkan saya pentingnya memahami ajaran Guru SHD dengan bimbingan orang lain yang lebih paham. Sebelum ikut pamomongan, saya belajar sendiri dalam memahami ajaran spiritual murni ala SHD. Dampaknya hidup saya makin ruwet dan syaraf saya malah rusak, kadang suka blank tidak ngerti orang ngomong apa.

Di masa-masa amnesia berkepanjangan tadi keraguan pada ajaran Guru SHD dan sosok SHD sangat kuat. Saya takut bertanya karena ambrolnya saya saat itu juga akibat saya kebanyakan protes, hehe. Ternyata saya ngambek dan tidak sadar kalau lagi ngambek. Saat itu yang saya lakukan berusaha melawan dengan akal sehat bisikan-bisikan iblis yang terus mengajak saya menyerah dan menjauh dari Guru SHD sambil berupaya bangkit. Tetapi karena sikap sombong, ngambek dan ngeyel, berminggu-minggu saya tidak ada kemajuan. Padahal Guru SHD dan pamomong sudah membantu saya dengan maksimal. Saya pun berusaha ingat-ingat kembali pesan Semesta yang pernah saya terima saat masih lebih waras untuk menguatkan tekad. Hingga akhirnya saya bisa bangun dan mengerti bahwa kuncinya ada di laku hening dan niat yang tepat dalam belajar.

Dengan mengikuti program pamomongan berkali-kali, saya fokus memperbaiki kemampuan hening sehingga bisa memahami ajaran guru dengan tepat dan berdampak nyata pada peningkatan kesadaran saya. Berulang kali ikut batch pamomong juga membuat saya mengerti tentang hening dan bagaimana seharusnya menjalankan laku spiritual murni yang tidak kayak fashion spiritual. Saya belajar dari pengalaman pamomong dan sesama pembelajar juga bagaimana aplikasi hening dalam keseharian.

Dari pengalaman saya belajar di Persaudaraan Matahari ini saya menemukan ajaran Guru SHD ini berbeda dari yang lain. Selalu ada perubahan dan tidak seperti jalan spiritual lain yang pakemnya sudah mapan. Di PM meski inti ajarannya tetap, tetapi aplikasinya bisa terus berkembang karena Guru SHD juga selalu bertumbuh kesadarannya. Ini membuat sebagian murid sulit untuk beradaptasi. Tetapi, jika mampu melampaui hal ini kita justru seperti dibukakan pada pengetahuan tentang Jagat Raya yang seru dan semula tidak masuk akal. Belajar spiritual murni seperti berpetualang tanpa akhir.

Transformasi Diri Sejak Belajar di PM
Rasanya saya baru mulai mengalami pertumbuhan yang agak lumayan sejak Retreat Jogja tahun 2022 lalu. Baru ngeh rasanya bersyukur dari dalam, baru ngeh rasanya bahagia sejati. Dan, sudah tidak jadi tukang nangis bombay tiap meditasi formal (medfor) di kajian. Mental saya lebih kuat dari sebelum belajar spiritual bersama Guru SHD. Dulu saya gampang patah semangat dan suka males-malesan. Sekarang saya jadi pribadi yang lebih gigih, lebih rajin, lebih mandiri dan dewasa dalam menyikapi dinamika kehidupan. Cara pandang saya lebih luas sehingga lebih bisa memaklumi orang lain.

Sejak belajar di PM juga jadi belajar menghadapi kenyataan apa adanya, tidak kabur, ngayal, atau ngumpet. Sisi gelap saya pelan-pelan dikikis lewat latihan hening menghadapi dinamika sehari-hari. Rasanya roller coaster banget diakselerasi pertumbuhan jiwanya lewat gemblengan Semesta. Unbelievable bagi saya bisa melaluinya. Tapi hasilnya nyata, jadi tidak gampang melempem kayak dulu, habit drama berkurang, baperannya juga berkurang, keruwetan akibat kebanyakan ilusi juga berkurang meskipun ini masih banyak PR juga.

Belakangan kemampuan diri yang ikut ter-upgrade adalah kemampuan memimpin, produktivitas, dan kualitas kerja. Syaraf saya pelan-pelan dipulihkan. Saya menjadi lebih kreatif dan mampu mengerjakan banyak hal yang tadinya tidak bisa saya lakukan. Saya tadinya merasa tidak bisa multitasking, tapi sejak belajar hening ternyata saya bisa meng-handle pekerjaan dan peran yang berlipat-lipat.
Tapi perjalanan masih jauh, belum stabil warasnya, jadi habit buruk tadi kadang masih muncul juga. PR sisi gelap masih banyak. Masih harus ditingkatkan lagi ketekunan, tekad, konsistensi, dan ketulusannya.

Kalau mulai banyak mengeluh jadi inget-inget lagi hidup saya sebelum kenal hening, sebelum kenal kasih murni Gusti. Dulu walaupun merasa baik-baik saja dan nyaman, ternyata jiwa menderita. Lewat pembelajaran spiritual murni di Persaudaraan Matahari saya belajar bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan Gusti melalui nafas. Saya lebih punya daya dan semangat hidup karena dengan hening saya bisa menyadari bahwa setiap hari selama masih ada nafas, saya diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Lewat hening juga saya betul-betul mengalami realitas Tuhan dengan terhubung para Guru Sejati.

Inti Ajaran Spiritual Murni ala Guru SHD yang Saya Pahami
Ajaran Guru SHD jika dirangkum dalam satu kalimat adalah tentang hening menikmati nafas. Dari menikmati nafas itu saya mampu untuk bersyukur atas anugerah hidup yang saya dapatkan. Terapan inti ajaran Guru SHD sangat luas dan tidak sederhana. Kita baru bisa memahami segala pengetahuan yang diajarkan Guru jika kemampuan hening dan kesadaran meningkat. Saya mulai mengerti kebenaran tentang Tuhan yang realistis. Tuhan bukanlah sosok, sehingga sikap dan pandangan kita terhadap Tuhan harus dibenahi agar kesadaran kita bertumbuh. Selain itu saya jadi paham bahwa kasih murni Gusti itu nyata ada, dan dengan kasihNya kita dikasihi, diampuni dan diselaraskan sehingga jiwa kita semakin cemerlang. Kasih murni bukan kata-kata manis dan sikap lembut. Kasih murni Gusti hadir dalam berbagai bentuk, termasuk lewat peristiwa yang tidak menyenangkan. Lewat peristiwa itu jiwa kita dipacu untuk semakin sempurna.

Guru SHD juga mengajarkan spiritualitas yang progresif. Kita tidak diajak menjadi orang yang hanya duduk diam bertapa tanpa punya kontribusi nyata bagi kehidupan. Meski ada perubahan yang bisa diwujudkan dalam tataran energi, kita juga harus bergerak secara materiel untuk mewujudkan visi Bumi Surgawi. Maka Guru SHD bergerak melalui berbagai lembaga yang beliau inisiasi. Di lembaga-lembaga tersebut juga saya belajar bagaimana spiritualitas diterapkan.

Tantangan Belajar di PM
Hal paling sulit belajar spiritual di PM adalah menghadapi tantangan dari orang-orang terdekat. Dalam hal ini pasangan dan keluarga. Sejak memutuskan secara sadar untuk tidak lagi memakai jilbab, tidak lagi mengikuti dogma agama, saya semakin tidak didukung untuk belajar di PM. Saya dianggap sesat dan dianggap telah didoktrin oleh Guru SHD. Tetapi seiring latihan hening yang saya lakukan, disingkapkan kebenaran dan semakin bertambah pengalaman otentik yang membuktikan ajaran Guru SHD. Saya semakin diteguhkan dan menemukan bahwa jalan ini yang selama ini memang saya cari. Saya juga mulai membuktikan kesetiaan pada Gusti itu menyelamatkan. Bahkan, ketika hidup saya saat ini tidak seperti yang saya duga dan tidak sesuai norma orang kebanyakan, nyatanya saya malah lebih bahagia dan jiwa saya lebih merdeka. Kalau dulu saya merasa sudah bahagia, tetapi terbelenggu banyak dogma dan konsep yang membatasi diri untuk bertumbuh. Hidup saya banyak diliput ketakutan dan kekhawatiran.

Selain tantangan dari orang terdekat, sulitnya belajar di PM adalah melampaui ego yang maunya berada di zona nyaman. Bagian ini terus menerus diuji setiap hari. Tekad, ketulusan, dan ketekunan juga diuji terus menerus. Maka konsistensi dalam laku harus terus dijaga semampunya. Bersyukur ada Guru, Mbak Ay, para leaders dan teman-teman seperjalanan yang juga membantu saya untuk tetap di jalur yang benar ketika mulai oleng.

Dari pengalaman otentik yang saya dapatkan dan transformasi yang terjadi pada diri saya, saya sungguh berterima kasih pada Gusti atas anugerah bisa berkesempatan mengenal ajaran spiritual murni bersama Guru SHD. Saya semakin optimis ajaran ini bisa membawa perubahan pada kehidupan manusia di planet ini berdasarkan pengalaman transformasi pada diri saya dan banyak murid-murid Guru SHD lainnya. Jika pun ada pertentangan dari orang sekitar adalah hal yang wajar. Guru SHD selalu mengajak muridnya untuk fokus berbenah diri dan menjadi teladan manusia yang bahagia dan berhati murni, lalu berkarya nyata untuk perbaikan kehidupan yang lebih luas.

*) Wening Fikriyati menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi di UII Yogyakarta dan S2 Studi Agama & Lintas Budaya di UGM Yogyakarta. Kini ia menjalankan multiperan, selain menjadi entrepreneur, ia berkarya sebagai content creator untuk berbagai lini lembaga Persaudaraan Matahari. Ia juga aktif di Pusaka Indonesia sebagai Kepala Departemen Seni Budaya.

Marie Yosse Widi Hapsari

Leader di Persaudaraan Matahari

Di tahun 2017, saya disarankan oleh psikolog untuk melakukan yoga dan meditasi di samping serangkaian terapi lain. Saya pun mencoba melakukan sarannya, di studio yogalah saya baru mencicipi yang namanya meditasi. Ketika fisik saya mulai pulih lewat olahraga, jiwa saya belum, emosi dan pikiran saya masih belum terkendali. Terasa masih ada yang kurang dalam hidup. Di saat-saat itu ada dorongan dalam hati untuk bermeditasi, “meditasi, meditasilah”. Dorongan itu saya negasi lagi dengan pikiran saya sendiri, “Memang bagaimana caranya meditasi? Saya tidak mengerti, tidak bisa meditasi, bagaimana sih meditasi itu? Saya tidak suka, meditasi itu kan semacam klenik gitu”. Begitulah hingga dorongan itu tidak pernah saya tanggapi dengan serius.

Sampai suatu hari ketika saya sedang jalan-jalan bersama keluarga di Gramedia, dorongan itu kembali terdengar, dan saya tetap menegasi dengan pikiran yang sama. Namun kali ini karena di toko buku, saya menawar “Okelah, barangkali ada petunjuk cara meditasi”. Ajaibnya begitu menengok, di depan saya terpampang buku “MEDSEBA” Meditasi Sehat Bahagia – Setyo Hajar Dewantoro.
Jreng, jreng, ehmmm.

Tapi kok cover-nya hitam, ada ukiran-ukiran emasnya, agak menakutkan juga ya. Duh, dasar pikiran manusia memang ruwet. Lalu, saya telusuri area buku-buku spiritual untuk mencari buku penuntun meditasi yang lain. Ternyata, nyaris tidak ada, jika ada pun malah lebih “menyeramkan”.

Hmm, Medseba, ini sudah paling benarlah. Meditasi untuk sehat dan bahagia, bukan untuk melihat makhluk halus. Maka saya pinanglah buku itu. Selesai membaca Medseba, saya merasa belum cukup paham dalam mempraktikkannya. Dari situlah saya mulai mencari dan akhirmya berteman dengan Setyo Hajar Dewantoro di facebook dan menghubungi beliau melalui wa untuk mendapatkan informasi workshop meditasi. Pada November 2017, akhirnya saya bisa mengikuti workshop meditasi Medseba di sanggar Prativi, Jakarta. Workshop kali ini dihadiri oleh lima orang peserta dan dua orang EO, saya peserta wanita satu-satunya. Dan dari situ saya mengalir mengikuti perkembangan pergerakan seorang SHD dari berbagai grup WA Medseba Jakarta, Sastrajendra Hayuningrat, Mahadaya Suwung, Mahadaya Institute, sampai Persaudaraan Matahari.

Ada cerita yang agak unik, sewaktu awal saya bergabung di grup WA “Sastrajendra Hayuningrat”, sebelum mulai mewedarkan suatu materi, Mas Guru sempat menyarankan agar kami mandi dengan air kembang atau air garam. Ya, saya sempat juga melakukannya, tidak ada pikiran macam-macam saat itu, saya coba saja, he he he. Demikianlah dari lima orang tak butuh waktu lama, workshop-workshop berikutnya jumlah peserta terus bertambah hingga saat ini, murid Mas Guru telah mencapai ribuan yang terhimpun dalam wadah Persaudaraan Matahari yang solid. Saya mengamatinya, saya gelagapan mengikutinya, tapi saya terus membaca buku-bukunya, ada banyak pertanyaan terjawab, banyak juga pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak berani saya tanyakan saat itu. Saat itu saya lebih banyak jadi penonton, penggemar (fans), penyaksi transformasi seorang SHD dan dinamika di sekitar para pengikutnya. Suatu hari di bulan Maret 2021 saya “dicemplungin” (karena tidak pakai pendaftaran dan pemberitahuan) ke dalam grup pamomongan batch pertama, dengan Mbak Ay Pieta sebagai pamomong saya. Di saat itulah saya seolah-olah ditarik masuk dari emperan kursi penonton agar lebih sungguh-sungguh belajar hening.

Pemahaman terhadap Pokok Ajaran PM
Sebagai seseorang yang pernah ingin mati saja, saya sering mempertanyakan buat apa hidup ini. Mengapa hidup ini begini dan begitu. Semua pertanyaan saya terjawab di ajaran spiritual murni SHD. Pokok ajaran SHD/PM yang saya mengerti adalah bagaimana manusia menjalani evolusi jiwa menjadi jiwa Ilahi, Jumbuh Kawula lan Gusti. Caranya dengan hening. Hening dengan terus menerus merasakan dan menyadari kasih Gusti dalam setiap nafas kita, bersyukur senantiasa dan membiarkan energi kasih murni itu bekerja menyelaraskan diri kita seutuhnya hingga akhirnya kita bisa merealisasikan kualitas keilahian. Dengan hening inilah kita memurnikan jiwa, membereskan lima faktor pengeruh jiwa (watak angkara, luka batin, ilusi, jejak dosa, dan jeratan dark forces). Hidup adalah anugerah, kesempatan untuk membereskan, mengakselerasi pertumbuhan jiwa, sekaligus juga berkarya memberikan sumbangsih bagi peradaban di tempat kita hidup saat ini.

Hening sendiri dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dengan pose apa pun, selama nafas masih ada, pasti bisa hening. Hening formal dilakukan dengan mendedikasikan waktu khusus untuk hanya menyadari nafas, sedangkan hening informal berarti menyadari nafas sembari melakukan kegiatan lain. Gerbang keheningan dimulai dengan rileksasi, kemudian diikuti dengan terjadinya koneksi dengan Diri Sejati, diikuti dengan purifikasi 5 faktor pengeruh jiwa di semua lapisan kesadaran, transformasi, dan realisasi kualitas keilahian.

Suka Duka Belajar di PM
Dalam proses pembelajaran, saya sangat mensyukuri adanya program kepamomongan. Saat Kembali “dicemplungin” menjadi murid pamomongan batch 2 di grup Himalaya, saya semakin memaknai perjalanan belajar di PM ini, ya seperti mendaki Gunung Himalaya. Ada Sang Penuntun Agung yang menunjukkan jalan, ada pamomong yang jewer kalau kita belok – kelamaan main-main atau kelamaan melamun lihat-lihat pemandangan, ada juga teman-teman seperjalanan untuk bergandengan tangan selama pendakian. Meskipun demikian, rasanya aduhai, ya. Bagaimana sisi gelap dalam diri ini terbuka kemudian dikuliti. Aduh pedihnya. Belum lagi menghadapi rasa pakewuh saat menanyakan “obat” pedihnya. Saat kita jatuh (kesadaran), disuruh bangun sendiri (no boosting-boosting, no manja-manja), yah masih bersyukur saat jatuh itu saya dicari, (untuk kemudian disuruh bangun sendiri, miris ya..? hehehe.. ). Ada kalanya, ingin istirahat setelah selesai menumpas satu sisi gelap, eh sisi gelap berikutnya sudah ngantri di belakangnya, seperti tidak dikasih istirahat oleh Semesta, tantangan hadir selalu setiap saat. Harus eling lan waspada setiap saat.

“Duh disuruh jadi manusia sempurna, nih” sempat saya mengeluh begitu. Belum lagi saya saat itu belum sepenuhnya keluar dari zona nyaman, menganggap Mas Guru sebatas “tokoh idola”.

“Saya nggak perlu fans” ujarnya ketus. “Kamu mau ikutan jadi Jiwa Ilahi atau cuma mau nge-fans?” tegurnya lagi. Wah, ya saya ikut dong, ditawari jadi jiwa Ilahi masa nggak mau? Memang kadang-kadang perlu dijitak juga saya, terima kasih jitakannya Mas Guru.

Dengan adanya program pamomongan itu betul-betul menjembatani pertanyaan-pertanyaan saya, kebingungan saya dalam memahami bahasa langitan Mas Guru. Saat kemajuan terasa lambat bahkan stagnan, teguran dari Mas Guru kembali menghentak kesadaran saya, “Kamu ini, masalahmu apa, sih? Mau dikasih masalah yang lebih besar lagi?” Alahiyung, ampun Mas Guru.

Segera saya bertobat, betapa saya tidak bersyukur atas begitu banyaknya anugerah yang terlimpah. Itulah titik awal yang memecut saya lepas dari gelar juara spaneng. Belajar di PM tidak selalu mudah, dielus-elus kepala, ditepuk pundak, atau dipeluk. Pecutan dan sabetan, meski pedih tapi itulah yang kadangkala diperlukan untuk menghentak kesadaran kita. Hening kita selalu diuji setiap saat setiap waktu seumur hidup. Diperlukan niat yang bulat, ketekunan, konsistensi, dan daya tahan. Inilah yang saya cari. Di PM inilah kawah candradimuka, tempat penggemblengan untuk menumbuhkan kualitas-kualitas seorang Ksatria Cahaya. Memang prosesnya tidak mengenakkan, namun semuanya harus dihadapi jika mau memurnikan jiwa dan mencapai kebahagiaan sejati.

Meluruhkan Dogma Agama
Sedari awal saya memang tidak terlalu fanatik pada agama yang saya anut. Momen plandemi menjadi momentum yang memudahkan saya melepaskan ilusi atas segala dogma dan keharusan ritual dalam agama yang saya anut, juga memudahkan memberi pengertian secara logis pada suami. Sehingga suami pun sedikit banyak paham akan esensi kegiatan keagamaan yang saya maksud. Pun demikian, saya tentu saja masih menghormati suami dan keluarga besar jika ada momen keagamaan, namun kali ini saya mengikutinya dengan kesadaran berjangkar pada napas dan menangkap esensinya saja.

Kadangkala tidak semua acara PM tidak dapat saya ikuti karena keterbatasan waktu, materi, dan perizinan. Namun dalam hening, saya berupaya menemukan win-win solution. Saya bersyukur karena suami saya dapat menerima penjelasan saya sedikit demi sedikit. Sepanjang saya dapat membuktikan bahwa saya menjadi pribadi yang lebih baik, menjalankan tugas-tugas saya dengan baik, sedikit banyak suami juga dapat menerima kelakuan saya. Memang dampak laku meditasi harus dapat dibuktikan dalam perilaku sehari-hari.

Mengapa Saya Masih Bertahan?
Selama mengikuti PM, saya menyaksikan anggota yang datang dan pergi. Beberapa teman yang pernah belajar dengan Mas Guru karena saya referensikan ada yang kemudian berbalik dan mengingatkan saya untuk hati-hati. Saat fenomena black campaign muncul, saya mempertanyakan kembali pada diri saya, “Apakah saya ditipu atau dirugikan oleh sosok SHD?”

Saya menyatakan dengan jelas, bahwa semua kegiatan di PM yang saya lakukan adalah atas dasar kemauan saya sendiri yang saya lakukan dengan sadar sesadar-sadarnya. Saya kembali pada niat saya semula adalah untuk belajar meditasi. Saya tidak pernah dirugikan oleh Mas Guru. Saya kembali pada niat awal saya dulu adalah untuk belajar meditasi. Maka itulah yang saya pegang teguh.

Pengalaman saya bertemu dengan sosok SHD sejak tahun 2017 telah memberikan kesempatan pada saya untuk melihat sendiri transformasi yang nyata terjadi pada sosok SHD. Semakin bersinar, semakin powerful. Satu hal yang pasti dari dulu beliau selalu konsisten akan perkataan dan tindakannya. Semua penjelasannya sangat gamblang, mudah dimengerti, konsisten, dilihat dari sisi mana pun. Saya yakin hanya orang jenius yang bisa melakukannya. Seumur hidup, baru Mas Guru seoranglah yang bisa menjadi teladan konsistensi dan kejeniusan tanpa ada tandingannya.

Kesulitan Terbesar Dalam Mempraktikkan Ajaran SHD
Kesulitan terbesar adalah menghadapi sisi gelap diri sendiri, salah satu komponen terberat yang saya rasakan adalah mengendalikan pikiran. Cara berpikir yang telah terbentuk dalam puluhan tahun hidup di masa sekarang ini sangat otomatis dalam sepersekian detik sudah pergi ke mana-mana, ke masa lalu dan ke masa depan sehingga spaneng tak berkesudahan. Efeknya saya sempat tidak tahu rileks itu seperti apa. Apa yang saya anggap rileks selama ini ternyata belum rileks. Untungnya parameter penilaian di PM sangat membantu niteni kondisi rileks atau belum. Menjadi rileks sangat penting sebagai pintu gerbang keheningan. Perlu niat yang sungguh-sungguh dan ketekunan untuk bisa menyadari arah gerak pikir diri sendiri dan menggembalanya untuk kembali mengamati nafas.

Dampak Pembelajaran
Sekarang saya lebih awas ketika mulai kemrungsung, saya tidak lagi perfeksionis dalam segala hal yang mengakibatkan tubuh saya tersiksa. Masih ada kekhawatiran ekonomi, tapi beberapa kali juga selalu dapat rezeki di waktu yang tepat, yang jelas perekonomian keluarga membaik. Saya juga bisa berdamai dengan orang tua dan berbakti pada mereka. Sungguhlah saya meneladan kasih murni yang selalu dilimpahkan dengan tulus oleh Mas Guru.

Dampak nyata yang saya rasakan, antara lain kondisi fisik yang semakin sehat, hidup sehari-hari semakin bahagia karena selalu ada banyak hal yang patut disyukuri. Ketika ada hal-hal yang tidak enak yang terjadi dalam hidup — orang bilang kesialan— saya dapat memaknainya sebagai umpan balik atas dosa/karma buruk saya, dan saya punya pilihan untuk memanfaatkannya sebagai momen pertumbuhan jiwa dengan menerima dan menghadapinya tanpa menggerutu.

Satu hal yang paling saya syukuri adalah saya terwujudnya kerinduan saya untuk bisa berbuat sesuatu bagi Bumi ini. Sebagai orang yang pernah berpikir ingin mati saja, saya selalu mencari makna hidup, untuk apa saya lahir, apa ultimate goal saya? Saya mencoba merumuskan suatu tujuan yang itu tidak akan berubah sampai saya mati, terlepas dari jenis pekerjaan yang saya lakukan. Pencarian itu berhenti pada frasa “Hamemayu Hayuning Bawana” – memperindah Bumi yang sudah indah ini.

Dulu saat selesai kuliah, saya merasa ada yang kurang atau bahkan hilang dari dunia bisnis dan ekonomi yang saya pelajari di bangku kuliah. Ketika teman-teman berbondong-bondong mencari lowongan pekerjaan di bank, BUMN dan multinational company — saya mencari lowongan kerja di NGO, tapi tidak kesampaian. Sekarang cita-cita saya tercapai. Saya bekerja di NGO keren yang pergerakannya berbasis spiritual, bernama Pusaka Indonesia. Saya sangat bersyukur dapat membaktikan segenap talenta saya dan berkarya di bawah naungan lembaga yang dipimpin oleh Mas Guru ini. Saya bahagia hidup saya bisa bermakna. Yang jelas hidup ini indah.
Apakah ajaran PM ini layak dan relevan untuk juga dipelajari oleh banyak orang?

Dengan semua manfaat ini, menurut saya ajaran ini harus diketahui oleh banyak orang yang merindukan kebahagiaan yang sejati. Memang rasanya tidak nyaman ketika kita harus berproses dalam pembelajaran dan laku seumur hidup ini, namun hasil tidak akan mengkhianati proses. Dengan semakin banyak orang yang memurnikan jiwa raganya, semakin tinggi tingkat kesadarannya, maka cita-cita Negeri Surgawi dan Bumi Surgawi juga akan segera terwujud. Di tengah carut marutnya kondisi saat ini yang mengarah pada ketiadaan harapan, kehadiran PM seperti mata air yang mengalirkan harapan akan adanya perbaikan yang nyata. Dan, perbaikan itu dimulai dari memperbaiki diri sendiri dulu.

Terima kasih tak terhingga saya haturkan kepada Mas Guru, Setyo Hajar Dewantoro yang tak pernah lelah membimbing saya.

*) Marie Yosse Widi Hapsari menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen (UNPAR-Bandung) dan S2 Magister Manajemen (UGM – Jogja). Ia hobi menari sehingga sering menjadi penari dalam berbagai acara yang digelar Persaudaraan Matahari. Selain itu sangat serius mempraktikkan Sigma Farming. Ia juga menjadi Ketua Pengurus Wilayah Pusaka Indonesia DKI-Banten.

Robertus Suprobojati

Leader di Persaudaraan Matahari

Permulaan belajar di PM
Dimulai saat menyadari bahwa hidup ini tidak sekadar memperbaiki semua instrumen fisikal saja. Dalam menjalani hidup ini untuk meraih kebahagiaan, maka dimulailah pencarian akan hal-hal yang sifatnya spiritual mulai dari belajar meditasi, laku semedi di tempuran dan makam, doa kontemplasi, pelayanan umat, mengikuti pelatihan pelatihan, dan baca buku yang dianggap bisa memenuhi rasa haus akan kebahagiaan jiwa.

Namun, semakin mencari jiwa ini malah semakin kering dan tidak mengerti sebenarnya maksud Sang Ilahi ini bagaimana? Sampai pada saat diperkenalkan istilah dualitas dalam suatu komunitas pure consciousness bahwa ada dua sisi kehidupan yang saling bertolak belakang, yaitu hal-hal baik yang mewakili sifat-sifat keilahian dan hal-hal buruk yang mewakili angkara murka dan kawan-kawannya yang sifatnya negatif dan egoistik, yang membuat kita harus terus memilih dalam tarik-menarik, maka kita harus berdamai dengan dua sisi tersebut sebagai realitas kehidupan. Dalam hati kecil kok hal yang negatif dan destruktif diajak berdamai?

Dalam pencarian pengertian dualitas yang masih abu-abu tersebut saya dipertemukan pada video wedaran Mas Guru yang menjelaskan pengertian dualitas yang secara logis, gamblang, dan cerdas menjelaskan apa dualitas itu, bahwa makna melampaui dualitas adalah semakin mengikis hal-hal dalam diri yang sifatnya negatif untuk menjadi semakin memperbesar potensi-potensi keilahian dalam diri dan dari situ akan ditemukan kebahagiaan yang sejati. Kemampuan menjelaskan hal rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami menunjukkan kecerdasan Mas Guru yang membuatku sangat mantap bergabung dengan Mahadaya Institute waktu itu di akhir tahun 2019 – komunitas ini lalu berubah nama menjadi Persaudaraan Matahari pada 2021.

Pemahaman Terhadap Ajaran SHD/PM.
Pengertian Pokok ajaran SHD adalah pemurnian jiwa melalui laku hening untuk mengalami Jumbuh Kawula Gusti, ajaran spiritual transformatif progresif revolusioner, di mana kita diajak mengalami transformasi secara jiwa dan berkarya secara nyata

Suka Duka Belajar di PM
Masuk dalam pembelajaran spiritual di Persaudaraan Matahari berbekal konsep spiritual dari berbagai macam bentuk dan dogma yang kuat sebagai penganut agama Katolik Roma sejak kecil dan selalu berada di ring satu sangat tidak mudah bagi saya. Konsep bahwa belajar spiritual itu membuat kita adem damai, bahwa Tuhan bukanlah sosok dan Yesus adalah Kristus sebagai salah satu Jiwa Ilahi tetapi bukan Tuhan, sangat mengguncang keyakinan saya. Ada perasaan insecure bahwa saya ini akan dibawa ke mana oleh lembaga ini, mengingat bersamaan dengan itu banyak aliran yang dianggap sesat dibubarkan oleh pemerintah. Dari wedaran ke wedaran dengan pembelajaran dari Mas Guru yang mampu menjelaskan secara gamblang, membongkar berbagai ilusi dengan bukti yang autentik perlahan membuka wawasanku dan kebekuan otakku untuk menerima dan mengakui bahwa inilah jalan yang selama ini aku cari.

Tantangan yang aku hadapi adalah dianggap mulai melenceng karena sudah tidak lagi banyak melakukan ritual keagamaan yang berasal dari lingkungan dan bahkan ibu saya. Jalan tengah yang aku jalankan, yaitu tetap menjalankan ritual agama hanya saja dengan cara hening dan terhubung dengan Diri Sejati sebagai esensi dari spiritualitas agama apa pun.

Tantangan selanjutnya adalah konsep spiritualitas yang akan membuat kita tenang, syahdu, damai justru diaduk-aduk. Purifikasi jiwa yang menuntut kita untuk melebur semua sisi gelap yang berasal dari luka jiwa, watak angkara, ilusi, dosa dan dark force sungguh tidak mudah. Ego yang digenggam erat membuat saya lambat bertumbuh, dosa, watak angkara dan dark force yang kadung nempel karena laku spiritualitas yang keliru sebelumnya sangat melekat, mau menyerah kadung nyemplung membuat saya jadi galau, agama tidak dijalankan serius tapi belajar spiritualitas tidak segera bertumbuh.

Beruntung melalui program kepamomongan saya mendapatkan banyak bimbingan secara intensif, masukan, arahan bahkan teguran keras mulai membuat saya ngeh bagaimana menjalankan laku ini dengan lebih serius dan benar, perlahan aku mulai merasakan dampak baik dan membahagiakan membuat saya bersyukur dan yakin untuk tetap bertahan mengikuti jalan ini.

Apa Yang Paling Susah Dalam Mempraktikkan Ajaran SHD?
Hal yang paling susah dalam mempraktikan ajaran SHD adalah meluruhkan ego yang kadang sangat halus, tetapi tidak diakui alias ngeyel. Kesulitan lainnya adalah melampaui ilusi atas nama dogma, tradisi, science, sejarah yang kadung melekat, sehingga menurut norma secara umum dianggap aneh, bahkan melenceng.

Dampak pembelajaran: Apa sebenarnya kegunaan yang nyata dari pembelajaran spiritual dari SHD melalui PM bagi diri dan kehidupan Anda? Transformasi apa yang benar-benar terjadi pada diri Anda? Apa bedanya hidup Anda saat ini dan dulu? Apakah ajaran PM ini layak dan relevan untuk juga dipelajari oleh banyak orang? Apa optimisme Anda menyangkut masa depan setelah bergabung bersama PM?
Manfaat paling nyata adalah BAHAGIA, sesuatu yang dirindukan oleh setiap jiwa yang tidak bisa ditukar dengan apa pun padanannya di dunia ini, berbekal bahagia terjadi transformasi kesadaran, perilaku dan cara menjalani hidup. Perubahan ini dirasakan oleh istri sehingga alasan bergabungnya adalah karena melihat perubahan dalam diriku. Dari saya yang dulu brangasan, emosian gebrak sana sini, mudah putus asa, bloon karena pikiran yang ruwet, merasa selalu menjadi korban berubah menjadi lebih tenang, optimis, semakin semangat berkarya dan ceria.

Saya optimis jika ajaran ini diikuti dan dijalankan oleh semakin banyak orang, kesadaran kolektif semakin meningkat maka visi Mas Guru untuk menjadikan Bumi ini menjadi BUMI SURGAWI akan segera terwujud. Terimakasih yang tak terhingga Mas Guru.

*) Robertus Suprobo Jati menyelesaikan Pendidikan S1 Pendidikan Akuntansi Sanata Dharma Yogyakarta. Pekerjaan saat ini Karyawan di RS Swasta. Ia juga aktif di Pusaka Indonesia, sebagai Ketua Pengurus Wilayah Yogyakarta.

Aryanti Dragona

Leader di Persaudaraan Matahari

Permulaan belajar di PM
Awal mula mengetahui nama Mas Guru SHD pada tahun 2019 akhir, saat itu saya mengetahui dari suami saya yang memang memiliki ketertarikan pada dunia spiritual. Saat saya browsing di Instagram, saya menemukan korelasi antara Mas Guru SHD dengan organisasi bernama Mahadaya Institute, dan entah bagaimana tersambung ke workshop tentang ‘parenting’ yang diadakan di Bali. Saya dan suami mendaftar pada workshop tersebut karena bagi peserta pendaftar akan mendapatkan bonus berupa pembacaan past life. Singkat cerita, kami mengikuti workshop tersebut dan bergabunglah di WAG Mahadaya Institute (saya lupa tepatnya nama WAG saat itu apa).
Pertama kali bertatap muka dengan Mas Guru SHD saat beliau mengadakan kajian di Sanur, Bali, di penghujung tahun 2019. Mulai tahun 2020, saya mulai ikut kajian-kajian utamanya apabila diadakan di Bali dan workshop atau retreat yang Beliau adakan. Hal ini terus berlanjut sampai 2021 akhir sepanjang 2 tahun, saya mengikuti kajian, workshop, live streaming di Facebook/Instagram, dan lain-lain, namun saya sama sekali tidak mengerti benar-benar apa itu keheningan yang beliau sampaikan. Tidak ada keraguan sama sekali mengikuti ajaran Mas Guru SHD, namun hal ini bukan karena saya mengerti tentang ajarannya, tapi karena tujuan saya mengikuti Mas Guru SHD saat itu adalah agar bisa bersama-sama/barengan sama suami saya yang memang menyukai spiritualitas. Walaupun tidak ada penolakan apa pun dari dalam diri saya tentang ajaran Mas Guru SHD, saya lebih khawatir kalau tidak nyambung sama suami saya tentang spiritualitas, makanya mengikuti kegiatan pengajaran Mas Guru SHD menjadi hal yang lumrah saya jalani.
Titik balik saya mulai serius belajar spiritualitas murni ala SHD terjadi saat dibuka program kelas Pamomongan Batch 2 pada Desember 2021 dan saya mendapat kesempatan menjadi salah satu peserta program. Saat itu saya masuk ke dalam grup yang dimomong oleh Mbak Keisari Pieta (Ay Pieta) yang saat ini menjadi Direktur Persaudaraan Matahari. Melalui program pembelajaran tersebut, dasar-dasar pemahaman mengenai spiritualitas murni digembleng, dan saya baru benar-benar mulai paham tentang apa itu spiritualitas murni.
Suka Duka Belajar di Persaudaraan Matahari
Belajar di Persaudaraan Matahari itu susah atau gampang? Pertanyaan ini sulit saya jawab. Di satu sisi ingin menjawab sulit/tidak mudah. Namun teori atau pemahaman yang diberikan Mas Guru SHD tidak ada teori yang langitan. Pemahaman yang diberikan sangat logis, ditambah lagi Mas Guru SHD selalu bisa memberikan penjelasan dan membeberkan secara runtut dan berkesinambungan, tidak ada satupun pengajaran yang diberikan yang saling bertentangan satu sama lain (kontradiktif). Namun, dalam memahami ajaran spiritualitas murni yang diajarkan oleh Mas Guru SHD, tidak cukup hanya mengandalkan kepintaran otak (kognitif) saja, namun perlu disertai dengan kerendahan hati, keterbukaan, dan keberanian untuk me-reset semua konsep/ilusi yang kadung terprogram ada di dalam otak kita selama puluhan tahun sejak lahir ke Bumi ini. Selain itu, diperlukan juga ‘Rasa Sejati’ sebagai perangkat kecerdasan nonragawi untuk teraktivasi supaya dapat memahami ajaran spiritual murni ini dengan akurat dan menyeluruh.
Sepanjang saya belajar di Persaudaraan Matahari, jatuh bangun telah saya alami secara autentik. Saat masuk di Program Pamomongan Batch 2, LoC (tingkat kesadaran) saya berada di 120, di akhir program saya berhasil meningkatkan ke 200, dan beberapa bulan kemudian saya ingat sempat mencapai pencapaian 300. Dengan keteledoran dan sikap saya yang menyepelekan, pada awal tahun 2023, LoC saya nyungsep dengan paripurna ke 95, kondisi yang lebih menyedihkan dibanding saat saya pertama kali ikut program Pamomong di akhir 2021. Pada saat itu, kualitas hening yang tadinya sudah bisa mencapai 10% bahkan sempat juga mencicipi 12% atau 15% terjun payung ke 2-3% saja.
Perjalanan/pencapaian di ranah spiritual murni ini sifatnya sangatlah dinamis dan presisi. Sedikit saja tidak waspada dan lengah, maka kejatuhan dengan pasti akan menyertai. Sangat berbeda dengan prestasi yang biasa kita dapatkan di bangku sekolah maupun perusahaan. Nilai/pencapaian yang diraih sifatnya statis, melekat sepanjang masa. Nilai Ujian Nasional yang gemilang tetap akan melekat sepanjang hayat. Namun, hal ini tidak berlaku bagi perjalanan di dunia spiritual murni.
Lebih ketatnya lagi, tidak hanya pencapaian yang melorot, semua pengetahuan dan pemahaman juga ikutan hilang. Amnesia. Saya tidak ingat caranya hening, lupa rasanya bersyukur, teori dan pemahaman yang sudah saya dapatkan terasa seperti menguap begitu saja entah ke mana perginya. Hal ini sangat menyentak bagi saya dan menjadi titik balik lagi untuk menerima dan dengan rendah hati belajar lagi dari awal.
Tahun 2023 menjadi tahun di mana saya kembali mengulang semua pembelajaran tentang laku hening dari awal/nol. Saya kembali berlatih dan mendaki tangga-tangga kesadaran. Kualitas hening yang tadinya 2% perlahan naik ke 3% — 4% — 5%. Saat tulisan ini dibuat, rasanya senang sekali minggu lalu sempat mendapat evaluasi kualitas hening sampai 8%.
Belajar spiritual murni di Persaudaraan Matahari, bagi saya adalah sekolah tempat di mana saya ditempa menjadi pribadi yang tangguh, tidak cemen, dan berjiwa murni. Menurut saya, ujian terberat dalam menjalani laku spiritual murni menjernihkan jiwa, adalah tentang “kerendahan hati” dan “kejujuran”. Merupakan hal yang sangat memedihkan untuk mengakui kebobrokan diri ini. Sebut saja tentang watak angkara kompetitif, kepalsuan (pencitraan), kesombongan. Mengakui bahwa di dalam diri ini memiliki watak-watak angkara tersebut sangatlah tidak mudah. Ego disenggol dan dikikis habis. Saya yang selama ini, lewat seluruh pencapaian akademik dan karier saya yang gemilang, harus mengakui dengan rendah hati bahwa saya adalah orang yang kompetitif, penuh dengan pencitraan, dan sangat sombong. Jangankan mengakui, untuk mengetahui/menyadari bahwa watak-watak tersebut bersemayam di dalam diri saya saja rasanya sangat menyayat. Ingin rasanya ngumpet di balik lemari atau berteriak untuk ‘jangan usik saya’ karena hal tersebut terlalu buruk untuk dilihat.
Selanjutnya tentang luka batin. Sepanjang hidup saya merasa baik-baik saja, namun dengan menjalani laku hening ini, munculah luka batin-luka batin yang ada di dalam diri ini. Luka batin dengan orang tua, saudara, pasangan, partner kerja, karyawan, dan lain-lain. Saya ingat sekali salah satu momen di mana saya dibukakan tentang luka batin saya terhadap ayah saya. Suatu kejadian saat saya berusia mungkin 5 tahun yang sama sekali tidak pernah saya ingat, tiba-tiba muncul ke permukaan di salah satu sesi meditasi formal saya.
Saya seperti menonton video; saya melihat ruangan, posisi tempat ayah saya dan saya berdiri, baju yang kami kenakan, situasinya, sampai pembicaraan yang terjadi – semua sangat jelas di video tersebut. Di situ saya dimarahi habis-habisan bahkan sampai dipukul oleh ayah saya hanya karena saya menanyakan, “Papa mau ke mana?” (ayah saya sedang bersembahyang di altar nenek moyang dan berpakaian rapi). Saya merasa diperlakukan tidak adil dan rupanya rasa sedih dan tidak terima itu tersimpan dengan sangat rapi sepanjang 30 tahun ke depan. Tanpa laku hening yang saya jalani, luka batin tersebut tidak akan pernah dimunculkan dan saya tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk melampaui luka batin tersebut.
Perihal ilusi/konsep, beruntung saya tidak terlalu memiliki konsep/dogma tentang Tuhan dan agama, ditambah lagi sebagian besar waktu saya selepas SMA saya habiskan di luar negeri (Jepang-China-Swiss) yang tidak agamis, sehingga tidak terlalu sulit bagi saya untuk memahami pendekatan agama yang universal atau spiritualitas. Ilusi/konsep yang saya miliki lebih banyak mengacu ke ilusi/konsep sosial dan konsep moral; seperti konsep orang baik, konsep bertutur kata-bertingkah laku di depan orang-orang tertentu, dan lain-lain. Bagi saya, mengenali ilusi/konsep yang ada di dalam diri ini sangatlah sulit karena sudah terlalu bercampur dengan pikiran yang ada.
Saya sempat ragu juga belajar spiritual ini karena saya takut dengan hal-hal supranatural. Saya sempat mengira bahwa belajar spiritual itu seperti belajar perdukunan, dan bagi saya itu hal yang mengerikan. Setelah belajar lebih dalam tentang perbedaan spiritualitas dan supranatural, barulah saya bisa menghela nafas lega dan mantap berjalan tanpa keraguan di jalan spiritualitas murni ini.
Dampak Belajar Spiritual Murni Dalam Hidup
Dampak belajar spiritual murni ini sangat nyata dan jauh lebih keren dibanding apa yang bisa saya bayangkan. Secara fisik, memang tidak se-imajinatif yang saya bayangkan (pakai baju ala orang suci, lalu melayang-layang seperti naik awan), namun secara kondisi yang dirasakan itu terasa sekali perbedaannya.
Dulu sebelum belajar di Persaudaraan Matahari, saya merasa hidup saya menyenangkan, tapi tidak membahagiakan. Sebagai contoh, tahun 2014-2018, saat itu di usia yang sangat muda (26 tahun) diberi kepercayaan dan kesempatan menjadi ekspatriat di beberapa negara dengan fasilitas mewah yang luar biasa. Saya tinggal di hotel Bintang 5 setiap harinya sepanjang beberapa tahun, difasilitasi mobil dan supir, naik pesawat (kalau dinas kantor) selalu dengan kelas bisnis, dan lain-lain. Namun, ironisnya, saya sering mendapati diri ‘kesepian’, ‘galau’, ‘sedih’ saat sepulang kerja dan bahkan pernah ada beberapa waktu di saat saya bangun pagi saya berpikir, “Apa yang sedang saya lakukan di sini?”. Saya merasa seperti orang yang kehilangan kebahagiaan dan arah hidup. Dengan seluruh kegemilangan karier dan kemewahan hidup, rupanya saya tidak bahagia.
Memasuki era belajar di Persaudaraan Matahari, hidup saya malah terasa semrawut. Bukan dalam tataran materi, karena sejauh ini saya belum memiliki masalah finansial yang menyulitkan. Hari demi hari berjalan selalu ada saja drama yang terjadi, dengan emosi saya yang naik turun seperti roller coaster, saya merasa hidup tidak damai dan tidak ada juntrungan. Saya sempat mau menyerah juga karena saya merasa tidak mampu menghadapi fluktuasi emosi yang muncul di dalam diri saya. Ada hari-hari, di mana tiba-tiba saya merasa marah yang luar biasa (karena hal-hal sepele) namun tidak bisa saya bendung, dan saya juga tidak tahu bagaimana mengatasinya. Hari ke hari saya jalani rutinitasnya, mengejar satu target ke target (pekerjaan) yang lain, namun tidak terlalu ada makna/arti yang mendalam dari yang saya lakukan.
Sejak belajar lebih serius dan di saat-saat kesadaran saya bertumbuh, barulah saya mulai merasakan bahagia yang nyata itu seperti apa. Dinamika emosi yang bergejolak mulai dapat diminimalisasi dan saat muncul pun dapat saya sadari dan tangani tanpa perlu menjadi drama kumbara berhari-hari. Selain dari sisi emosi, saya juga merasa hidup saya lebih berdaya guna dan berwarna. Hal sesederhana berjumpa dengan sapi, ayam, bebek, dan memegang kotoran sapi menjadi hal-hal sederhana yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Namun lewat wadah Persaudaraan Matahari dan organisasi afiliasinya (Pusaka Indonesia), saya mendapat kesempatan untuk mengalami secara autentik bepergian ke lokasi yang lingkungannya sangat jauh dari kenyamanan kota dan berinteraksi dengan kesederhanaan serta alam Bumi. Bahkan, lewat wadah Persaudaraan Matahari ini pula, saya diajari dan diberi kesempatan untuk bisa berbaur dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Dosen, wirausahawan, supir, teknisi, guru, petani, satpam, dan lain-lain semua bisa duduk bareng ngobrol di tempat yang sama, tanpa pemisahan dan diskriminasi apa pun.
Selain itu, perubahan yang sangat signifikan saya rasakan juga dalam tataran diri saya sendiri. Dulu saya merasa lelah dengan diri sendiri (dulu sih tidak terasa, ya), baru setelahnya saya tahu, bahwa saya tidak menjadi diri saya sendiri apa adanya. Pencitraan. Saat di kantor, saya ingin dicitrakan seperti ini atau saya membuat sebuah standar atas citra yang ingin saya capai, sehingga saya bersikap atau berkata-kata seperti citra yang saya ciptakan itu. Saya tidak bisa apa adanya, tidak autentik. Dengan menjalani laku hening, pelan-pelan watak tersebut luruh dan saya lebih bisa mengalir menjadi diri saya sendiri apa adanya. Selain pencitraan, watak ambisi dan obsesi juga membuat saya selalu lelah dalam mengejar ini dan itu. Saat ini, watak-watak tersebut mulai luruh dan saya merasakan adanya perbaikan.
Pembelajaran spiritualitas murni di Persaudaraan Matahari ini unik, karena saya diajak untuk tidak hanya peduli dengan hidup bahagia diri saya sendiri saja, namun juga melebarkan sayap ke kepedulian terhadap Negara dan juga Planet Bumi. Memang terdengar klise dan saya pun juga tidak percaya bahwa saat ini saya yang tadinya sangat acuh terhadap ipoleksosbudhankam Indonesia dan kondisi Bumi, saat ini pelan-pelan mulai tergerak juga untuk berpartisipasi aktif dalam pergerakan menciptakan Indonesia Surgawi dan Bumi Surgawi. Aneh bin Ajaib, tapi nyata adanya.
Pencapaian saya saat ini masih sangat awal untuk dikatakan sudah mencapai sebuah keberhasilan karena pencapaian yang dapat saya capai saat ini belumlah merupakan suatu pencapaian yang konsisten. Walaupun saya pernah jatuh, saya tidak mau kabur, karena saya sudah pernah mencicipi kebahagiaan yang nyata (sesuai jatah saya) dan saya merasakan kasih murni dari Mas Guru SHD serta Mbak Ay Pieta yang tidak pernah surut. Selama saya berendah hati untuk mau mengakui dan memperbaiki diri, pintu sekolah tidak pernah ditutup.
Belajar di Persaudaraan Matahari adalah medan sekolah sesungguhnya untuk belajar mengenai ketekunan, konsistensi, dan kesungguhan, serta ketulusan dalam niat. Tekun untuk terus meningkatkan frekuensi dan durasi laku hening/meditasi (baik formal dan informal) di dalam kehidupan sehari-hari, konsisten menerapkan laku hening tersebut setiap harinya tanpa henti sampai kontrak di Bumi ini selesai, kesungguhan dalam memurnikan jiwa, dan ketulusan kita dalam menjalani semua itu tanpa harapan akan imbalan.
Laku hening dalam koridor spiritualitas murni yang diajakan lewat Persaudaraan Matahari ini berlaku bagi siapa pun yang merindukan kebahagiaan yang sejati. Siapa pun bisa bergabung dan menjalankan latihan laku hening yang diajarkan. Syaratnya hanya satu, yaitu masih bernafas. Kalau secara teknis, ada lagi dua syarat lain yaitu 1) memiliki dan dapat mengoperasikan aplikasi whatsapp di smartaphone, dan 2) memiliki pulsa/paket data, karena seluruh program pembelajaran dilakukan secara online. Tidak ada biaya yang dipungut, semua media belajar bersifat gratis (kecuali apabila ada kegiatan yang perlu meminjam gedung atau bepergian ke suatu kota, pastinya ada biaya yang dibutuhkan untuk sewa gedung, dan lain-lain).
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mas Guru SHD yang sudah membukakan jalan spiritual murni di hutan rimba perjalanan hidup sebagai manusia Bumi, selalu optimis dan positif dalam menghadapi berbagai goncangan dalam perjalanan ini. Terima kasih juga kepada Mbak Ay Pieta, Direktur Persaudaraan Matahari dan Pamomong sejak pertama kali saya belajar serius tentang laku hening sampai saat ini terus momong saya dengan penuh kasih. Dua orang yang sungguh sangat keren mengajarkan dan meneladankan ajaran spiritualitas murni, mulai dari tataran teori sampai praktik di lapangan. Betapa beruntungnya saya dipertemukan dan berada di Persaudaraan Matahari dan lingkup organisasi di bawahnya. Hening dan Beraksi!
*) Ariyanti Dragona menyelesaikan pendidikan S1 International Business Management (Ritsumeikan Asia Pacific University – Japan), pekerjaan saat ini sebagai Entrepreneur, dan ia juga berkarya sebagai Koordinator Social Entrepreneur Academy (SEA) Pusaka Indonesia.
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda