Manusia secara umum terbagi dua pendapatnya:
Pertama, yang berpendapat orang suci dan manusia suci adalah tokoh-tokoh di masa lalu dan masa kini yang telah dilegitimasi oleh lembaga religi.
Kedua, yang berpendapat tidak ada orang suci dan manusia sempurna, apalagi di masa sekarang.
Saya masuk kategori yang mana?
Saya tidak masuk dua kategori di atas, saya punya pendapat sendiri, dengan resiko dicap orang sesat.
Saya mengajak Anda untuk membahas soal ini dengan santai, ndak usah spanneng. Kita mulai dengan mengungkap apa kriteria orang suci dan manusia sempurna yang paling realistik. Beginilah kriterianya menurut saya:
Orang Suci:
Telah terbebas dari 5 faktor pengeruh jiwa yaitu luka batin, watak angkara, ilusi, jejak dosa dan jeratan kuasa kegelapan. Selalu konsisten berpikir, berkata dan bertindak benar mengikuti tuntunan Gusti dari relung hati.
Apakah orang-orang yang ditahbiskan oleh lembaga religi dan dipercaya orang banyak di banyak generasi sebagai orang suci benar-benar suci?
Jawaban saya tegas: bisa iya bisa tidak. Letak soalnya, belum tentu orang-orang yang menjadi anggota tim panitia penetapan kesucian seseorang itu beneran bisa membaca realitas jiwa dan bebas dari bias kepentingan politik ekonomi. Sementara orang kebanyakan ya percaya sembarang percaya, tak bisa dan tak pernah membuktikan sendiri. Maka hasilnya bisa kebolak balik: pendosa bisa dianggap orang suci, sebaliknya orang suci dinilai durjana.
Belum lagi selalu ada bias kelompok: satu kelompok pasti mensucikan orang yang satu label, dan menganggap tidak mungkin suci jika beda labelnya.
Maka sebenarnya, benar juga jika ada pernyataan, hanya orang suci yang tahu mana orang suci yang lain. Dalam arti, agar penilaian akurat, itu harus dilakukan oleh yang punya kemampuan, dalam kasus ini seseorang harus telah bisa mendayagunakan Rasa Sejatinya dan bebas dari segala bias. Tapi pasti ada masalah juga kan: siapa orang suci yang bisa menilai ini? Siapa yang tahu dan bisa memverifikasi? Pada akhirnya ya sulit juga untuk dapat kepastian.
Maka yang paling adil diserahkan kepada pilihan setiap orang. Yang merasa telah mencapai kesucian boleh kampanye secukupnya, dan biar diuji sendiri oleh publik, dan pada akhirnya, pasti ada penyingkapan secara natural mengikuti hukum semesta yang adil dan presisi.
Saya sendiri tak pernah basa -asi, di 2023 ini semakin siap mengajarkan cara menjadi orang suci, cara menjadi jiwa murni, dengan cara hening yang mempurifikasi diri dari 5 faktor pengeruh jiwa. Tak peduli banyak yang tak percaya, pasti ada yang berjatah untuk mengetahui kebenaran yang saya sampaikan dan mengikutinya.
Lalu siapa manusia sempurna?
Manusia sempurna bukanlah yang seperti malaikat dan dewa dewi dalam perilaku naturalnya. Manusia sempurna ya tetap manusia, hanya ia telah memenuhi rancangan agungnya yang beda dengan rancangan agung malaikat dan dewa dewi. Sebagai manusia, sesempurna apapun tetap butuh makan, minum, sex. Manusia sempurna juga tetap bisa sakit gigi, bisa tumbuh uban, dan fenomena lain yang mencerminkan keterbatasan fisiknya yang merupakan bagian dari rancangan Agungnya. Manusia sempurna juga tak harus bisa dan tahu segala hal. Justru keterbatasan itulah yang menciptakan kesempurnaan pada sistem relasi antar manusia yang harus saling menggenapi dan dengan itu terbangunlah peradaban. Inilah makna filsafat ENSO dalam tradisi Zen.
Manusia sempurna sebenarnya adalah seorang Avatar, Kristus, yang bersama segenap realitas kemanusiaannya mereka punya kemurnian jiwa; mereka ada dalam fase Jumbuh Kawula Gusti, menjalankan peran dan hidupnya sepenuhnya sesuai tuntunan Gusti.
Di sepanjang jaman tentu saja ada manusia sempurna, yang menjadi teladan nyata dari jalan penyempurnaan jiwa: HENING.
Reaksi Anda: