Saya dan Anda sama-sama manusia; kita sama-sama menyadari keberadaan diri kita sebagai manusia dan pasti menolak jika dikategorikan sebagai monyet, pohon cabai, malaikat maupun iblis.
Kenapa kita punya kesadaran diri? Karena kita memiliki otak yang menjadi alat bagi fungsi pikiran dengan salah satu subfungsinya adalah menyadari dan membentuk identitas diri, di samping subfungsi lainnnya: memperhatikan, merenung, menganalisis, mengingat dan berimajinasi.
Saat kita memperhatikan dan merenungkan keberadaan diri, dengan memperhatikan dan menganalisis diri kita secara parsial maupun keseluruhan, kita kemudian jadi tahu, mengerti dan sadar, bahwa di dalam tempurung kepala kita ada otak yang dengannya kita bisa berpikir. Saat kita memperhatikan nafas hingga bisa merasakan setiap tarikan dan hembusannya yang natural, niscaya kita mengerti atau menyadari hidup yang nyata pada saat ini; terasakan juga energi hidup yang mengalir bersama aliran udara di setiap tarikan dan hembusan nafas. Saat merenungkan kenyataan ini, niscaya tersadari keberadaan yang menghidupi, keberadaan yang tanpa batas, yang meliputi segalanya, yang menjadi sumber dari segala yang ada termasuk sumber energi hidup yang menghidupi segenap keberadaan yang hidup.
Proses memperhatikan dengan sungguh-sungguh kenyataan diri dan fenomena yang melingkupi diri, hingga bisa merasakan semua kenyataan itu hingga tumbuh pengertian yang utuh dan otentik, itulah yang disebut HENING.
Jadi hening bukan mengosongkan pikiran bukan pula memaksa pikiran berkonsentrasi. Hening adalah tindakan memperhatikan obyek parsial maupun realitas seutuhnya yang bermuara pada terbangunnya pengertian yang didasari pengalamanan otentik. Dalam konteks laku spiritual, hening dipraktikkan dengan memperhatikan aliran nafas yang natural, hingga kita bisa merasakan dan menikmati aliran nafas itu, lalu menyadari energi hidup dan kasih murni dari Sang Sumber Hidup – yang menumbuhkan rasa terima kasih dan sukacita, hingga menyadari di ujung tarikan nafas yang natural di relung hati/pusat dada, ada sumber kasih murni dan energi bahagia yang sejati. Keberadaan di ujung tarikan nafas natural inilah yang kemudian kita mengerti sebagai Tahta Tuhan di dalam diri, tempat bersemayamnya Sang Penuntun Agung di dalam diri yang dijuluki sebagai Diri Sejati.
Hening juga mengantarkan kita mengerti bahwa kita tak hanya memiliki perangkat kecerdasan bernama otak yang terhubung dengan panca indera, tapi juga bahwa kita memiliki pineal gland dan Rasa Sejati. Dua perangkat ini otomatis tersadari keberadaan dan fungsinya, sekaligus terhubung dengan otak, saat otak tenggelam dalam fungsi memperhatikan dan menyadari.
Hening kemudian membawa manusia menjangkau realitas atau matriks keberadaan yang multidimensi, tak hanya yang material yang bisa dijangkau panca indera, tapi juga yang immaterial yang bisa dijangkau oleh kelenjar pineal dan Rasa Sejati.
Inilah dasar tumbuhnya Kesadaran Murni.
Reaksi Anda: