Pembelajaran spiritual adalah proses panjang menumbuhkan benih keilahian di dalam diri. Dasarnya adalah laku keheningan secara berkelanjutan, yang berdampak pada pemurnian diri. Keadaan diri yang murni, jadi prakondisi untuk tumbuhnya kualitas Ilahi: kasih murni, kebahagiaan, kebijaksanaan, keselarasan, kreativitas, dan seterusnya.
Pertanyaannya, adakah pembelajar di Persaudaraan Matahari yang berhasil?
Jawabannya: Tentu saja ada. Mereka yang berhasil adalah mereka yang sungguh-sungguh mengalami transformasi, setidaknya bisa menjangkau keadaan berikut:
- 5 faktor pengeruh jiwa yang dibuat oleh diri sendiri, baik di kehidupan saat ini maupun di kehidupan sebelumnya, bisa dibereskan, disirnakan. 5 faktor itu adalah: luka batin, watak angkara, ilusi, jejak dosa dan jeratan dark forces.
- Bisa merasakan bahagia dari dalam diri semakin konsisten; semakin mengenali talenta diri untuk berkarya membangun hidup berkualitas, semakin merasakan hidup bermakna, karena telah bergerak menunaikan misi agung.
- Jika segala aspek kualitatif dari perubahan diri yang terjadi dikuantitatifkan agar ada indikator sederhana, mereka yang sukses adalah yang mencapai Level of Consciousness (LoC) minimal 500 dalam skala SHD dan stabil di situ. Atau dilihat perkembangannya, jika sebelum belajar, LoC stabil di bawah 100, lalu sekarang stabil di atas 300, ya bisa dibilang cukup berhasil.
Nah, yang tetap bertahan di LoC 1, jelas tergolong pembelajar yang belum berhasil.
Lalu apa kuncinya untuk jadi pembelajar yang berhasil?
- Perhatikan betul apa yang saya ajarkan, jangan salah paham. Jangan pula dicocok-cocokkan dengan konsep yang sebelumnya dipelajari (yang belum tentu sama atau cocok).
- Praktikkan keheningan dengan tekun, setiap hari, lewat meditasi formal maupun informal (tapa ing rame). Semakin tekun, dengan cara hening yang benar, semakin bagus.
- Jangan patah semangat apalagi menyerah. Meski LoC tidak segera melesat, jangan berhenti latihan keheningan. Perbaiki terus sampai ketemu kuncinya. Termasuk harus tabah, ketika sisi gelap muncul ke permukaan, atau hidup jadi sulit karena tengah datang “momen pembersihan”.
- Harus rendah hati dalam belajar, baik kepada saya, pamomong maupun para leader. Jangan hanya mau nurut pada saya, tapi tidak menghormati pamomong dan leader. Tentu saja pamomong dan leader belum mencapai level saya, tapi mereka saya beri mandat, karena punya cerita keberhasilan yang bisa menjadi inspirasi bagi Anda. Para pamomong dan leader ada, untuk membumikan bahasa dan pengalaman saya yang kadang sangat langitan bahkan kadang absurd. Nyatanya, saya belum ketemu pembelajar yang berhasil ketika hanya trust pada saya, tapi tidak trust pada pamomong, pada leader, dan pada sistem yang kita bangun bersama.
- Legawa atau berlapang dada menerima umpan balik berupa penilaian LoC, tingkat kejernihan, atau apapun, yang tujuannya adalah memacu Anda untuk berbenah dan sungguh-sungguh. Anda gak akan berhasil, jika tidak mau menerima umpan balik, dan malah ngambek jika diberi saran atau kritik perbaikan, yang kadang lembut kadang pedas, tergantung situasi dan keadaan Anda sendiri.
Setyo Hajar Dewantoro
23 November 2023
Reaksi Anda: