Siapa pun yang menyatakan dirinya sebagai TUHAN (Sang Sumber Hidup) jelas terjebak dalam khayalan akut. Yang berkata begini gagal paham terhadap realitas manusia seutuhnya.
Manusia, adalah keberadaan yang material dan immaterial, sesosok manusia adalah kesatuan dari jiwa dan raga yang dihidupi oleh Sang Sumber Hidup. Manusia punya otoritas dalam mengambil pilihan kehidupan dan menuai buah karma sesuai hukum semesta yang berlaku adil dan presisi. Jelas raga, jiwa, bahkan kesatuan dari keduanya bukanlah Tuhan meski dinaungi energi yang menghidupi. Tuhan adalah esensi sekaligus yang melingkupi manusia, tapi jelas bukan manusia itu sendiri.
Manusia sebagai satu pribadi, dengan identitas tertentu, jelas bisa mengalami suka duka sesuai kesadarannnya. Manusia bisa patah hati, terjebak pinjol, bisa lapar, lelah, jelas itu bukan atribut yang bisa disandangkan pada Keberadaan yang meliputi segalanya, yang merupakan kecerdasan tertinggi di Jagad Raya.
Dengan mengatakan “Saya Tuhan” bahkan seribu kali, tak akan membebaskan Anda dari sakit gigi dan sakit perut selamanya, tak bisa juga membuat cicilan Anda terbayar ujug-ujug dengan uang yang turun dari awan.
Spiritualitas itu mestinya membuat manusia jadi realistis bukan malah jadi kenthir. Yang bisa diupayakan manusia adalah menjadi manusia ilahiah, manusia yang berjiwa murni, yang selalu setia mengikuti tuntunan Tuhan dalam setiap gerak pikir, kata, dan perbuatannya. Bagaimana bisa ada dalam keadaan demikian? Belajarlah untuk bisa Heneng, Meneng, Hening, Wening agar Dunung dan Kasinungan.
Setyo Hajar Dewantoro
30 Juli 2024
Reaksi Anda: