Skip to main content
Refleksi

CARA MEMBACA ANGKA EVALUASI

5 October 2024 Ay Pieta No Comments

Persaudaraan Matahari (PM) adalah tempat belajar spiritual dengan ajaran yang menyediakan paket belajar lengkap dengan parameter evaluasi. Parameter evaluasi ini semacam rapor realitas jiwa yang hanya bisa diakses oleh jiwa yang sudah murni, sehingga Rasa Sejatinya berdaya guna tanpa bias dan sangat akurat. 

Rapor atau parameter evaluasi ini sering menjadi momok bagi sebagian besar penghuni komunitas, terutama bagi yang belajar spiritualitas hanya untuk mencari tempat pelarian agar diri menemukan kedamaian, menjauh dari isu ketidaknyamanan. Mengetahui realitas jiwa dengan membaca hasil evaluasi yang tidak sesuai harapan adalah salah satu isu ketidaknyamanan. Hal yang dihindari kok ya malah di sini diobral dengan royal?!

Sebagai pamomong, ketika saya menyampaikan kembali hasil evaluasi yang dicek langsung oleh Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD) dan melengkapi dengan umpan balik penjelasan, saya malah lebih banyak mendapatkan pertanyaan ketimbang saya yang bertanya. 

Bertanya dalam rangka perlu memahami secara utuh apa arti angka evaluasi tentu sangat dianjurkan. Lucunya, yang bertanya dengan landasan semangat perbaikan ini cukup langka. Yang banyak terjadi adalah bertanya atas dasar kekecewaan, kebaperan, tidak terima, protes, dan penyangkalan, sehingga ketika diberi penjelasan, yang terjadi malah drama eyel-eyelan yang tidak kunjung mereda. Percakapan biasanya akan diakhiri dengan ‘namaste’, tanda menyerah tidak dapat memberikan argumentasi lagi, namun protes dan baper sebenarnya masih terus meronta, tidak pernah diredakan dengan sekadar meditasi mohon pengampunan karena telah muncul sisi gelap (sigel), tetapi malah dibiarkan terus hadir dilengkapi dengan penyelidikan dan analisis ala detektif, berusaha mencocoklogi dan terus mencari pembenaran.

Dari sini ada yang memutuskan untuk mengabaikan saja, merasa angka itu tidak berpengaruh apa pun terhadap hidupnya dan memutuskan tidak akan bertanya lagi dan melanjutkan mempertahankan keyakinan diri yang ilusif. Atau sebaliknya ada juga yang mencari dukungan pukpuk dari teman sejawat yang jelas-jelas tidak mampu memberikan umpan balik yang tepat dan bijaksana hanya untuk mencipta rasa baik-baik saja dalam konteks penyangkalan. 

Respons standar saat tidak ada satu pun yang ingat bahwa kebaperan dalam membaca hasil evaluasi merupakan pertanda sigelnya sedang tercolek. Balon ilusinya meletus kena tusuk angka evaluasi, harapan akan ambisinya tercolek, citra baiknya tersenggol, apalagi lihat tetangga sebelah dengan angka yang lebih baik sehingga iri dan kompetisi turut mewarnai sekian menit momen drama kolosal tertangkap basah karena sidak evaluasi.

Umpan balik sulit sekali untuk dijadikan dasar bagi perbaikan, tapi selalu dianggap sebagai ajang buka aib dan penghakiman baik atau buruk. Sederet koleksi watak angkara dan luka batin yang mendasari drama membaca hasil evaluasi mewarnai keseruan suasana belajar di PM, dan seringkali disikapi dengan keliru. 

Pengertian aib secara umum adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang yang sifatnya buruk atau tidak menyenangkan dan dianggap sebagai sesuatu yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh sampai diketahui orang lain. Tetapi dalam arena spiritual murni yang bertujuan memurnikan jiwa, aib inilah yang disebut sisi gelap dan sebagai objek utama pemurnian jiwa itu sendiri.

Sewajarnya kalau benar-benar mau memurnikan jiwa, mosok iya sisi gelapnya malah diumpetin dan malah mencipta topeng ketidakjujuran? 

Sisi gelap ini adalah aib yang harus dibuka dengan tujuan untuk mempercepat proses purifikasimu, dibantu dalam sebuah penyadaran (self awareness), agar kemudian dapat DIPERBAIKI dan dibereskan dengan kesungguhan bermeditasi. Bukankan belajar di PM dalam rangka mencari solusi bagi tercapainya tujuan utama Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD), yaitu memurnikan jiwa raga? Bukankan tujuan utama belajar Ajaran SMSHD adalah untuk memurnikan jiwa? Atau jangan-jangan untuk hal lain?

“Saya sudah merasa khusyuk mengapa kualitas heningnya mentok di 4%?”

Seharusnya saya yang bertanya, mengapa kualitas heningmu 4% tapi kamu merasa khusyuk? Tentu yang akan saya perhatikan adalah adanya jarak  (gap) atau perbedaan pengertian atas kata ‘khusyuk’ yang dimaksud terhadap pengertian versi SMSHD yang perlu disinkronisasi. Tapi berhubung kadung berdrama, maka tujuan sederhana nan mulia berupa sinkronisasi pemahaman ini menjadi nun jauh diawang-awang, terhalangi oleh tembok tebal ngeyel dan ndablek. 

Angka evaluasi seharusnya dipakai sebagai patokan/barometer dalam merefleksikan kembali apa yang terjadi pada laku hening yang kita jalankan dengan kejujuran. Angka tersebut merupakan kebenaran sejati yang seharusnya dipadankan dengan kisah sharing pengalaman meditasimu, apakah sudah sesuai dengan asumsi pribadi atau belum sesuai. Apabila belum sesuai, maka lepaskanlah asumsi dan persepsi yang tidak tepat tersebut sebelum kadung dipertahankan menjadi ilusi.

Dalam kasus ‘khusyuk’ tadi, tentu terjadi bias pengertian bentuk khusyuk yang dimengerti oleh yang bersangkutan (ybs) terhadap pengertian khusyuk sesuai parameter SMSHD. Pengertian hening mendalam sesuai parameter SMSHD yang bernama khusyuk akan jelas tertera dalam sebuah rentang angka. 

Kekusutan dan kebundetan persepsi dimulai ketika hobi cocoklogi ini dipelihara. Biasanya dimulai dengan fotokopi istilah cantik yang diungkapkan Guru SHD, kemudian dicocoklogi dengan pengertian yang sudah melekat sejak sebelum belajar ajaran SMSHD di PM. Bahkan ada yang sangat pandai merangkai kata-kata cantik hasil merekam banyak wedaran dan penjelasan, lalu disusun kembali dalam narasi yang dibuat dan diakui sebagai hasil perenungan pribadi. Dalam rangka ingin terlihat sudah sesuai dengan apa yang diajarkan maka munculah perilaku menyimpang yang akan menyulitkan proses belajar.

Di luar PM hal seperti ini akan dibiarkan terjadi dan berlarut-larut karena tidak punya alat ukur yang presisi dan akurat sebagai benang merah ‘kebenaran sejati’. Tetapi di PM tidak bisa begitu, ajaran SMSHD memang berbeda dengan ajaran manapun di luar PM. Pembiasan dan pembelokan pengertian kata, kalimat, dan pemahaman ajaran tidak akan dibiarkan terjadi karena memiliki parameter terukur yang tidak bisa disangkal. Tinggal keputusan akan sikap apakah mau menikmati drama eyel-eyelan dulu selama beberapa saat atau mau segera berendah hati memproses segudang asumsi yang keliru dengan meditasi.

Ketika angka evaluasi hadir sebagai benang merah yang akan memberikan ketegasan atas hasil asumsi yang tidak tepat, maka segera ubahlah pengertian pribadimu dan sesuaikanlah dengan pengertian sesuai Ajaran SMSHD. Bukan malah sebaliknya mempertahankan pengertian pribadi yang jelas tidak sinkron dan memaksakan angka evaluasi agar sesuai dengan pengertian pribadi tersebut. 

Atau malah menjadi tidak peduli lagi dengan angka evaluasi karena merasa, “Ah terserahlah angkanya berapa yang penting saya merasa khusyuk dan damai.” Atau banyak juga yang menyatakan “Saya sudah tidak tau harus bagaimana lagi” sebagai pernyataan secara resmi pengibaran bendera kengambekan. Sisi gelap bukannya dihadapi dengan meditasi tapi malah diumbar dalam protes tak berujung sebagai tanda ketidak pahaman atas ajaran SMSHD.

Ini adalah sikap yang kita tentukan sendiri, apakah mau mempertahankan pendapat kita sendiri karena merasa lebih benar ketimbang kebenaran yang dihadirkan melalui Rasa Sejati dan kebenaran ajaran SMSHD atau apakah kita akan memilih bersikap netral dan memproses pemahaman yang tidak tepat dengan meditasi untuk melebur persepsi yang keliru.

Pertanyaan pentingnya adalah,

  • Percayakah dengan Guru SHD?
  • Percayakah dengan Ajaran SMSHD?
  • Percayakah dengan evaluasi yang merupakan bagian dari Ajaran SMSHD?

Jawaban yang diberikan pasti menyatakan percaya, namun kemudian ditemukan pola pikir dan sikap yang terbaca sebaliknya alias tidak sinkron antara jawaban yang disampaikan dengan kenyataan.

Menyikapi umpan balik sebenarnya wahana termudah untuk melebur sigel karena bentuk sigelnya sangat mudah dan kentara untuk dikenali. Selama masih spaneng ketika ada sidak evaluasi, jelas inilah pertanda masih menyikapi hasil evaluasi dengan sikap yang merupakan manifestasi sigel, seperti baper, takut, malas, pencitraan, ngeyel, sombong, ambisi, kompetitif, dan lain-lain. Banyak sekali sigel yang bisa kita bereskan dari sebuah momentum sederhana membaca umpan balik. Asalkan kita mau untuk segera meditasi formal meredakan panen sigel tersebut.

Parameter evaluasi di PM adalah presisi dan akurat. Saya dan banyak teman seperjalanan sudah membuktikan dengan banyak sekali penyaksian. Tapi, memang membutuhkan modal kerendahan hati untuk bercermin dengan kejujuran atas penyaksian diri. Alat bantu menjurnal dengan kejujuran akan mempercepat proses mengurai kekusutan persepsi hasil cocoklogi dengan ajaran dan teknik yang diyakini sebelumnya.

Mintalah penjelasan, lalu resapi umpan balik dengan bijaksana. Segera meditasi formal ketika gejolak sigel meronta-ronta, baik saat membaca hasil evaluasi maupun umpan balik, lalu ceritakan hasilnya. Ulangi meditasi formalmu ketika hasrat pencitraan, baper dan ngeyel meronta. Kalau sulit mereda, lakukan terus meditasimu berulang kali sampai hasrat itu mereda.

Alami, buktikan dan saksikan dengan kejujuran.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 Oktober 2024

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda