Watak angkara adalah bagian dari sisi gelap yang mengeruhkan jiwa. Julukan lainnya adalah kejahatan diri. Bentuknya beragam, antara lain: serakah, pelit, kejam alias sadis, licik atau culas, iri dengki, kompetitif alias tidak mau kalah, cabul, sombong, hipokrit alias munafik, obsesif, berkhianat, memaksakan maunya ego, suka pencitraan, tidak jujur pada diri sendiri, kemelekatan. Ketika watak angkara dibiarkan, manusia bisa merusak harmoni, merugikan dan mencelakakan orang lain, dan membuahkan dosa yang mengeruhkan tubuh karma alias menambah rajutan karma buruk.
Mengapa manusia bisa punya watak angkara? Pada dasarnya setiap manusia memulai perjalanan hidupnya dalam dualitas: manusia di dalam dirinya punya benih keilahian dan benih keiblisan – manusia punya potensi kebajikan dan kejahatan. Benih mana yang tumbuh dan potensi mana yang teraktualisasi tergantung pada pilihan manusia. Manusia yang sibuk berkhayal dan mengikuti hasrat egonya otomatis menumbuhkan benih keiblisan dan menguatkan kejahatan di dalam diri. Sementara manusia yang rajin merenung, hati-hati dalam berpikir, berkata dan bertindak, dan cermat untuk mengikuti akal sehat atau tuntunan Gusti di relung hati, akan menumbuhkan benih keilahian dan menguatkan kebajikan di dalam diri.
Maka, menjadi manusia penuh watak angkara atau sebaliknya, bebas watak angkara, sepenuhnya soal pilihan. Semua tergantung pada pilihan yang konsisten dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Jadi sangat tidak benar jika ada yang berkata manusia jadi baik atau jahat karena sudah ditetapkan atau dikehendaki Tuhan sejak semula. Kenyataannya, ketetapan Tuhan itu selalu berkaitan dengan hukum semesta termasuk hukum sebab akibat. Manusia menjadi jahat adalah akibat, penyebabnya adalah pilihannya yang konsisten keliru dalam berpikir, berkata dan bertindak. Jika bicara kehendak Tuhan, sesungguhnya Tuhan menghendaki keselamatan bagi setiap jiwa, pangkal keselamatan adalah bebas dari dosa, keterbebasan dari dosa terjadi hanya jika manusia konsisten hidup dalam kasih dan kebenaran. Maka manusia itu jadi jahat karena konsisten menentang atau mengabaikan kehendak Tuhan yang mengejawantah dalam bentuk tuntunan/petunjuk dari relung hati.
Laku hening, adalah metoda yang telah teruji untuk menyirnakan watak angkara. Tentu selama heningnya diartikan dengan benar sebagai “menjadi sadar penuh akan realitas diri serta keberadaan tanpa batas yang meliputi diri, dan terhubung sepenuhnya pada Gusti yang bersemayam di relung hati.” Hening dalam arti ini membuat energi kasih murni selalu bekerja di dalam diri, sekaligus membuat manusia sungguh-sungguh mengerti kebenaran dalam berpikir, berkata, dan bertindak.
Agar jiwa Anda murni, Anda harus sungguh-sungguh membereskan sisi gelap termasuk watak angkara yang tumbuh dalam kehidupan/kelahiran saat ini, diwariskan leluhur, ataupun dibawa dari kehidupan jiwa di masa lampau. Beban sisi gelap termasuk watak angkara bagi setiap manusia bisa berbeda-beda karena punya pilihan tindakan di kehidupan/kelahiran saat ini yang berbeda, rajutan karma di kehidupan masa lalu yang berbeda, juga warisan karakter dari leluhur yang berbeda. Tetapi seperti apa pun bebannya, pasti bisa dibereskan dengan kesungguhan dalam laku hening.
Yang harus Anda lakukan agar sukses dalam pemurnian jiwa adalah: pertama, tekun hening formal dengan kualitas yang semakin baik; kedua, rajin hening informal sehingga bisa waspada terhadap dorongan kejahatan diri dan bisa segera mencegahnya. Lalu, bersabar dan memilih bertahan dalam laku hening mesti tidak menyamankan saat proses pemberesan watak angkara terjadi. Siapa pun yang serius menjalankan arahan ini pasti mengalami kemajuan dalam pemurnian jiwa.
Anda juga harus mau terbuka dan jujur pada diri sendiri sehingga bisa mengenali watak angkara pada diri. Lalu berjuang dengan sungguh-sungguh mengatasi setiap watak angkara itu dengan mempraktikkan antidotnya. Contoh: pelit antidotnya murah hati, kejam antidotnya welas asih, culas antidotnya tulus, serakah antidotnya menerima dan bersyukur, iri dengki antidotnya berbahagia atas kebahagiaan orang lain, dan seterusnya.
Mereka yang sukses membereskan watak angkaranya, berarti telah melampaui satu aspek dari dualitas, tinggal dilanjutkan menyempurnakannya dengan menyembuhkan luka batin, melebur ilusi, membakar dosa, dan menyirnakan jeratan kuasa kegelapan. Inilah arti sesungguhnya dari berspiritual. Mereka yang telah bebas dari sisi gelap inilah yang bisa hamemayu hayuning bawana dan menegakkan Kingdom of Heaven di Bumi.
Setyo Hajar Dewantoro
5 Februari 2025
Reaksi Anda: