
Tulisan ini hanya berguna bagi mereka yang memang mengerti dan sepakat bahwa kemajuan dalam perjalanan spiritual itu bisa dievaluasi/diukur. Yang punya pandangan bahwa hanya Tuhan yang tahu kemajuan spiritual seseorang, atau percaya bahwa kesadaran dan kemurnian jiwa tak bisa diukur, tak perlu membaca tulisan ini.
Dalam kerangka evaluasi di Persaudaraan Matahari, sudah sangat jelas kemajuan seorang pembelajar/pejalan spiritual ditentukan dari:
Kualitas Proses
Apakah Anda kualitas/kemampuan hening Anda makin bagus? Apakah ketulusan dan kesungguhan dalam belajar memang membaik?
Kualitas Hasil
Apakah Level of Consciousness (LoC) Anda naik? LoC ini merepresentasikan tingkat kejeenihan persepsi, emosi, karma, dan energi. Bukan sekadar suasana perasaan yang bisa Anda kira-kira sendiri.
Nah, bagaimana jika Anda sudah belajar di Persaudaraan Matahari lebih dari 2 tahun, rajin ikut webinar, rajin pula ikut retreat, tapi kualitas hening konsisten di angka 1-2% dan LoC selalu 100 ke bawah, maka Anda masuk kategori pembelajar yang gak maju-maju. Apalagi jika LoC Anda malah konsisten di 1 ke bawah, itu sungguhlah terlalu. Berarti Anda memang gak peduli dengan tujuan utama berspiritual: kemurnian jiwa.
Kalau kualitas hening di bawah 2% meski Anda sila dan merem, sebetulnya Anda sibuk dengan lamunan, sibuk bersugesti dan bervisualisasi, bukan menikmati momen. Pasti ada juga sibuk mengatur nafas. Itu semua tak membuat proses pemurnian jiwa berjalan dengan baik.
Jika LoC Anda rendah, katakanlah di bawah 50, itu artinya Anda masih tebal luka batinnya, banyak ilusinya, juga banyak watak angkara dan dosanya. Tentu banyak juga demit yang menyusup di badan Anda. Anda itu keruh jiwanya meski jago bicara soal spiritual dan merasa baik-baik saja.
Kenapa ada yang seperti ini – atau tepatnya, kenapa banyak yang seperti ini? Ya jelas, di luar soal bakat, hasil jelek ini berkaitan dengan sikap yang keliru dalam belajar. Barisan gagal ini, yang ujungnya nanti jadi Barisan Sakit Hati, punya beberapa kondisi:
- Niat belajar salah atau belok, bukannya fokus berjuang untuk kemurnian jiwa malah menunggangi spiritualitas untuk pesugihan, pengasihan, perdukunan.
- Bukannya belajar sungguh-sungguh, malah sibuk caper, manja, dan segala drama gak mutu lainnya.
- Ndableg dan ngeyel tiada henti. Diminta menjurnal dan refleksi senangnya malah pencitraan dan berlaku kayak kaset rusak: ngomongin masalah yang sama tapi gak ada perbaikan. Janji memperbaiki diri tapi bohong.
- Sombong merasa lebih pintar dari Guru/pembimbingnya.
- Cepat berpuas diri, merasa sudah ngerti apa yang diajarkan, padahal zonk.
Anda masuk kategori yang mana?
Saya kasih clue, kalau sudah belajar 2 tahun dengan kecanggihan sistem belajar seperti sekarang, wajarnya kualitas hening bisa stabil di minimal 10% dan LoC bisa stabil di 500.
Wahai para warga LoC 150 ke bawah, ngapain aja Anda selama ini? Beneran meditasi apa ngayal sambil merem? Beneran Anda belajar apa sekadar cari suaka/tempat pelarian?
Setyo Hajar Dewantoro
27 Februari 2025
Reaksi Anda: