
Bertepatan dengan kepergian seorang teman yang pernah setia melatih gerakan yoga selama bertahun-tahun, muncul banyak perenungan mendalam dan kilas balik perjalanan saya menekuni dunia yoga. Saya menjadi praktisi yoga garis keras selama belasan tahun, dan selalu menggunakan hashtag #yogaeverydamnday dan #yogaeverywhere setiap pamer pose cantik di media sosial. Tetapi baru mengerti makna kata yoga yang paling genuine justru setelah menjadi praktisi meditasi/hening yang membuka kesadaran.
Yoga adalah unity, bukan hanya gerakan olahraga tetapi tentang kesatuan kesadaran. Kesatuan dari mind, body, soul, spirit yang menyatu dalam sebuah kesadaran.
Ya iya sih, kalau tidak ‘sadar’ dan masih ‘tertidur’ lalu gimana mau menyatu. Ternyata dulu saya sedekat itu dengan dunia yang saat ini dijalani, yaitu dunia berkesadaran. Hanya saja dulu kan saya belum berkesadaran, jadi gimanalah mau nyambung antara mind, body, soul, dan spirit. Beryoga di tataran mind (pikiran) dan body saja, tidak sedikit pun nyambung dengan mind sebagai sebuah kesadaran yang berlapis-lapis dan penuh dengan daya atau kekuatan yang tidak tampak (invisible force). Jangankan kenal dengan esensi jiwa (spirit), mengerti tentang jiwa (soul) pun hanya nyerempet-nyerempet tipis tanpa kejelasan kronologis yang terstruktur dan sistematis.
Dan, memang saya kira hidup manusia hanya sebatas daun kelor saja, termasuk ketika menjadi praktisi (bahkan instruktur) olahraga yoga. Menikmati keindahan dan kesenangan di lapisan permukaan tanpa mengerti ada banyak lapisan di dalamnya yang perlu diperhatikan melalui sebuah ruang kesadaran. Maka dari itu saya merasa sangat beruntung karena perjalanan menekuni olahraga yoga telah membuka jalan untuk menemukan ‘Seni Hidup SHD’ di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’. Seni hidup yang mempelajari tentang seluruh elemen dalam tatanan hidup manusia, baik yang empiris maupun yang nonempiris.
Menghayati mind, body, soul, spirit sebagai satu kesatuan, unite, yoga, melalui ruang kesadaran yang jernih.
Mind, body, soul, spirit hanya akan menyatu ketika manusia sadar penuh dan berada pada sebuah tataran kesadaran yang jernih. Ya amplop, selama ini ke mana aja, malah baru paham sekarang. Berterima kasih atas perjalanan hidup bersama dunia yoga selama belasan tahun menjadi fase mengumpulkan kepingan puzzle kehidupan. Sebelum kemudian menemukan Ajaran Seni Hidup SHD sebagai fase pamungkas penyusunan kepingan puzzle kehidupan yang tadinya berceceran. Berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi membuka wawasan tentang mind (pikiran) dan body sehingga siap untuk melangkah ke fase selanjutnya yaitu mind (kesadaran), body, soul, spirit. Duh, mewek deh ketika menemukan ini, rasanya bersyukur sekali dengan rasa yang susah saya ekspresikan dengan kata-kata.
Perenungan berlanjut dengan teringat kalimat sakti Guru Kehidupan SHD yaitu, “Kebenaran sejati terungkap di ambang kematian.”
Wow, nancep mendalam karena semakin merasa beruntung bahwa saya menemukan dan menikmati jalan kebenaran ketika masih jauh dari ambang kematian. Rasanya seperti diberi kesempatan menjalankan hidup dengan yang semestinya. Yaitu, dengan kesatuan antara mind body soul spirit, dengan unity, dengan yoga. Dengan kesadaran yang lebih jernih dan hanya bergerak mengikuti irama Semesta. Menghayati proses ‘Menyembuhkan Diri (healing) dan ‘Detoksifikasi’ dari sampah yang membuat sang jiwa (soul) redup sehingga lupa akan esensi jiwa (spirit). Tanpa terlalu banyak melakukan gerakan olah fisik yang bombastis, saya mampu mengenal yoga dari PoV (Point of View) yang lebih luas dan pengertian yang lebih holistik. Puzzle kehidupan yang dulunya hadir secuil sepotong dan tidak bisa nyambung satu sama lain, sekarang sudah bisa tersusun dengan cantik menjadi peta besar pemahaman.
Lalu, ada satu lagi kalimat sakti Guru Kehidupan SHD, “Jalan spiritual bukan perdebatan filosofis, melainkan disiplin praktis berupa introspeksi, pemurnian, dan konsistensi.”
Duh, ini juga nancep jleb. Kembali lagi saya merasa beruntung bertemu dengan jalan kehidupan penuh dengan konsistensi menciptakan momen reflektif yang kontemplatif dan menjernihkan kesadaran. Dulu, melalui dunia yoga, saya hanya dapat berfleksi mentok sebatas ilmu pengetahuan yang tersebar di toko buku saja. Mentok di buku satu, lalu lari ke buku lainnya. Mentok pada penjelasan yang satu, lari ke penjelasan yang sebelahnya. Begitu terus karena belum mampu berkontemplasi dengan kesadaran yang jernih. Setelah menjadi praktisi meditasi/hening penjernihan diri, hidup saya terus diisi oleh langkah konsisten untuk introspeksi dan pemurnian. Mengikuti irama Semesta memang tidak pernah lepas dari konsistensi dan introspeksi sehingga proses penjernihan terus menerus berlangsung.
“Karena yang abadi bukanlah ego, tetapi rajutan karma. Berbenahlah sebelum ’Moment of Truth’ menjemput.” ~ SHD
Hidup penuh ‘Keberlimpahan’ memang tidak bisa diukur dari seberapa tebal dompet, tetapi dari seberapa tebal tabungan karma baik yang termateriel menjadi momen keberuntungan dan keajaiban. Berlimpah dengan ‘Pengalaman Ketuhanan’ yang hadir di setiap langkah menari dengan gerak Semesta.
Ps. Foto yang ditampilkan adalah sesi terakhir beryoga di tahun 2019 bersama instruktur yoga yang baru saja pindah dimensi.
“Ego is not eternal, but your karmic path does.” ~ Pure Consciousness
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
13 Agustus 2025
Reaksi Anda: