Skip to main content
Refleksi

Kaleidoscope

12 September 2025 Ay Pieta No Comments

Lagi-lagi tentang musik yang memantik refleksi dan penyadaran. Tampaknya musik adalah bahasa cinta (love language) yang saya kenal sejak masih di dalam rahim ibu. Teringat musik yang sangat meresap dalam kesadaran ketika masih di sekolah dasar, yaitu Kaleidoscope Affair yang dibawakan Swing Out Sister, brit pop tahun 80-an. Zaman itu, setiap mendengarkan lagu ini serasa dibawa ke ‘dunia nan surgawi di atas awan ala karakter Sanrio.

Saya pikir yang disebut sebagai Kaleidoscope hanyalah alat optik untuk meneropong sebuah objek nun jauh dari mata fisikal. Setelah saya ceki lebih lanjut ke insinyur gugel, ternyata ada pengertian lain yang mengandung filosofi menarik, yaitu rangkuman peristiwa yang diciptakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi. Meneropong kembali apa saja peristiwa yang terjadi, meneropong kembali dengan lebih mendalam, alias berefleksi dengan kontemplatif. Kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari kembali dan untuk menemukan berbagai hal yang tidak terdeteksi sebelumnya. Tentu dengan tujuan yang konstruktif untuk memantik penyadaran yang lebih mendalam dan melangkah pada perbaikan, bukan untuk menciptakan drama dan menguatkan mental korban.

Sudut pandang memang menjadi super sempit ketika berada di tengah pusaran situasi, apalagi situasi yang tidak menyenangkan. Fokus, perhatian, konsentrasi, daya dan energi tercurahkan untuk menghadapi dan mengatasi situasi yang timbul. Dengan berefleksi dan mengevaluasi kembali di kala situasi sudah lebih tenang dan stabil, yaitu dengan meneropong kembali dengan kesadaran yang lebih jernih. Biasanya akan mendapatkan banyak informasi pembelajaran penting dan berguna bagi langkah perbaikan. 

Kalau tidak dilandasi niat baik dan tulus, adegan kaleidoskop sudah pasti akan dijadikan bahan berdrama demi memenuhi kepuasan akan hasrat ego yang tidak jernih.

Keahlian meneropong kilas balik rangkuman peristiwa menjadi keterampilan yang penting dalam menjalankan kehidupan, tidak terkecuali bagi individu, kelompok, organisasi, dan bisnis. Ibaratnya, untuk menentukan jumlah garam yang tepat pun membutuhkan kilas balik rangkuman peristiwa jika masakan terlalu asin di masa lalu. Meneropong untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas, yaitu agar masakan berikutnya tidak terlalu asin, bisa dinikmati, dan bermanfaat bagi banyak orang. Tapi, menjadi ahli berefleksi saja tidak menjadi jaminan membuahkan perbaikan yang nyata. Agar jalannya kaleidoskop menjadi penuh manfaat, membutuhkan momen reflektif yang jernih dan minim bias, dan memastikan koleksi refleksi berdampak dengan melakukan praktik nyata langkah perbaikan. Menemukan takaran garam yang salah hanya akan dapat bermanfaat apabila kembali memasak dan melakukan perbaikan pada takaran garam berikutnya.


Di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari
, proses belajar dengan ‘Berefleksi yang kontemplatif dapat dilakukan dengan meneropong kembali berbagai peristiwa yang relevan, dan dituangkan dalam ‘Jurnal Pembelajaran. Mode kaleidoscope ini merupakan satu rangkaian proses yang tidak terpisahkan dengan aksi perbaikan yang nyata, apabila menginginkan hasil yang bermanfaat berupa perubahan yang konstruktif. 

Aplikasi ‘Seni Hidup SHD tidak untuk mencetak para ahli teori bijak yang punya segudang koleksi kalimat reflektif, tapi tidak pernah menjadi otentik karena hanya muncul di mulut saja dan tidak pernah praktik.
 

Apabila sudah punya segudang rekaman refleksi dalam jurnal, apalagi sampai memenuhi memori hp, pastikan ada tindakan nyata yang dilakukan dan memberikan manfaat bagi pertumbuhan diri. Jangan hanya menjadi ahli meneropong saja, atau hanya menjadi ahli mengoleksi refleksi seperti kolektor barang antik, tetapi tidak pernah terjadi perubahan yang menyehatkan pada diri. Hidup tetap ruwet dan banyak drama dan diberi topeng tebal teori bijak agar tampak baik-baik saja. Di sisi lain, jangan buang ‘catatan jurnalmu, karena belajar ‘Seni Hidup SHD adalah proses ‘belajar seumur hidup. Catatanmu akan berguna untuk dirimu sendiri, sebagai bahan meneropong kembali untuk memastikan ada pertumbuhan yang sehat dan konstruktif pada diri (bukan pada isi dompet, ya).

Dengan menuliskan artikel ini, saya jadi teringat studi literatur hasil riset para ahli yang menyatakan bahwa kemampuan berefleksi dengan minim bias dan distorsi adalah salah satu elemen bagi kecerdasan emosi. Berarti metode belajar seperti kaleidoscope di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari yang kami terapkan sejak lima tahun lalu memang sudah tepat. Apalagi dengan manfaat yang tidak kaleng-kaleng karena holistik, serta dengan tujuan yang luhur, yaitu untuk mencapai versi terbaik diri (bukan versi dompet terbaik). 

“Where there’s a pure consciousness, there’s a magic.” ~ Pure Consciousness

 

Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
11 September 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda