
Pepatah klasik ini memang selalu konstruktif dan relevan di segala zaman. Berlaku pula dalam ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’ yang isinya adalah tentang proses bersih-bersih ‘Sisi Gelap (shadows/darkside)’ dan keterampilan menjaga kestabilan ‘kebersihannya’ supaya tidak penuh jejak kotoran sisi gelap kembali.
‘Seni Mengelola Respons’ dalam ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’ dilakukan dengan ‘Tongkat Ajaib’ bernama ‘Meditasi/hening Penjernihan Diri’. Tanpa tongkat ajaib ini, maka yang terjadi hanyalah ‘Siklus Abadi Ruminasi’ repress dan suppress tiada akhir, yang hanya akan mendegradasi kesehatan mental dan fisik, serta menghambat evolusi kesadaran dan evolusi jiwa.
Latihan meditasi/hening yang ideal adalah berjalan paralel dengan proses bebersih sisi gelap sebagai proses belajar dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Membangun disiplin dan gaya hidup berkesadaran yang jernih, memang membutuhkan upaya yang totalitas dalam membangun ‘self awareness’ dan berlatih meditasi/hening dengan teknik yang tepat.
Rumusan sederhananya adalah selama seseorang selalu ‘meditatif/hening’ sepanjang hari, maka proses bebersih akan terus berjalan, dan akan lebih mudah menghadapi tantangan dan dinamika di keseharian. Ketika seseorang mampu terus bermeditasi/hening sebanyak-banyaknya sepanjang hari, maka akan lebih mudah dalam meregulasi emosi dan mengelola respons, sehingga dapat meminimalkan bahkan ‘Memutus Rantai’ panen sisi gelap yang beranak-pinak. Seni Hidup Berkesadaran SHD memang mengajarkan untuk sebisanya melindungi diri dengan selalu meditatif/hening, sehingga mencegah keganasan dampak panen sisi gelap. Mencegah memang lebih mending ketimbang mengobati.
Rumusan untuk tidak menunda bermeditasi/hening ketika terjadi panen sisi gelap, tentu tidak semudah apabila bermeditasi/hening ketika sedang rileks dan minim sisi gelap. Panen sisi gelap akibat ‘Triggering Event’ merupakan produk reaktif dan impulsif fight or flight yang menyala dan tidak dikelola oleh sikap yang meditatif. Bagi yang mampu bermeditasi/hening dengan kualitas baik, maka respons yang memantik fight or flight akan terkelola dalam keheningan (stillness).
Panen sisi gelap sudah tentu membuat diri tidak rileks, penuh ketegangan dan spaneng, sehingga menjadi lebih sulit untuk rileks dan bermeditasi/hening. Proses meredakan gejala sisi gelap membutuhkan upaya yang lebih besar apalagi kalau kualitas meditasi/heningnya masih terbatas. Kualitas hening yang baik terjadi apabila seseorang cukup rileks, sehingga alarm bahaya fight or flight tidak akan terpantik menyala. Pikiran, perhatian, dan respons akan terkelola, kalem, santuy, sehingga tidak perlu memantik hormon stres dan dinamika emosi yang destruktif.
Maka bermeditasi/heninglah sebelum ada triggering event yang memantik sisi gelap, ketika hidup lagi minim dinamika dan ketika tidak ada musibah, tidak ada kesulitan dan tidak ada masalah.
Meditasilah lebih banyak lagi ketika hidup lagi terasa santuy dan menyenangkan, ketiga ego sedang terpuaskan, dan ketika suasana di sekitar sedang nyaman. Jangan menunggu dilanda musibah, kemalangan, penyakit berat, nestapa, dan samsara – baru termotivasi untuk bermeditasi/hening. Karena, pasti semakin spaneng dan obsesi untuk mendapatkan solusi nan cepat dan instan.
Meditasi/heninglah sebelum spaneng, sebelum emosi, sebelum overthinking, sebelum stres, sebelum tegang, sebelum takut, sebelum baper, sebelum sakit, sebelum kena musibah, sebelum sial, sebelum kejedot. Meditasilah ketika sedang senang, sedang sehat, nafas lancar, tubuh sehat, pasangan adem-ayem, anak lagi nurut, mertua kalem, bos sedang santuy, dan hidup terasa baik-baik saja.
Tetapi lucunya, walaupun secara natural otak akan memilih jalur yang lebih mudah, instinct survival dan mekanisme perlindungan akan mendominasi impuls yang dianggap sebagai ancaman. Dorongan kuat untuk menyelamatkan diri akan hadir apabila tanda bahaya menyala. Kemauan yang kuat akan lebih mudah hadir apabila terbentuk oleh peristiwa yang dianggap ancaman dan menakutkan. Sehingga dari sinilah muncul keinginan untuk mencari solusi (instan) untuk kembali nyaman, bukan dari kesadaran akan makna bermeditasi/hening secara utuh, tapi dari rasa takut dan terancam. Satu siklus pola pikir dan perilaku yang berasal dari sisi gelap, bukan dari kesadaran yang jernih.
Itulah mengapa cukup langka menemukan yang berkenan bermeditasi/hening sebelum terkena musibah, sebelum kepala ngebul, sebelum kejedot, sebelum kena sidak.

Padahal situasi menghadapi triggering event dan colekan sisi gelap akan jauh lebih mudah apabila sudah bermeditasi/hening duluan. Mencegah memang lebih memudahkan ketimbang menyembuhkan yang kadung kena dampak panen sisi gelap. Meditasi/hening yang sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), seharusnya akan mampu mencegah ketimbang selalu kejedot dulu untuk termotivasi mengobati dengan proses yang lebih sulit.
Melebur jejak sigel akan terjadi dalam beberapa cara yang harus disikapi dengan tepat dan dijalankan secara paralel:
- Teringat atau terasa jejak sisi gelap (sigel) yang sudah lewat saat meditasi formal
Inilah saatnya betul-betul menyadari nafas agar tidak malah terhanyut dalam memori dan rekaman emosi. Meniatkan dengan tulus untuk membereskan sigel. Minta pengampunan Tuhan telah membiarkan diri menyimpan sigel, dan pasrah untuk bersiap menghadapi proses yang tidak menyenangkan selama proses membersihkan sigel, bersiap menghadapi ujian praktik kapan pun dihadirkan sewaktu-waktu.
- Reaksi spontan ketika kesenggol atau kecolek oleh sumber trigger (triggering event), atau disebut ‘Ujian Praktik’
Hadir di saat seseorang telah siap dan jatuh tempo untuk membereskan sisi gelap tersebut, dengan cara yang tidak disangka dan sudah pasti tidak menyenangkan. Wajib untuk segera meditasi/hening, baik formal maupun informal on the spot tanpa menunda. Menunda hanya akan menambah akumulasi jumlah sisi gelap, dinamika emosi, dan ketegangan. Gejala sisi gelap tidak selalu bisa reda dengan 1-2 kali meditasi/hening. Perlu kesungguhan untuk terus melanjutkan proses sampai benar-benar reda tanpa dialihkan, dan memahami makna pembelajarannya sehingga tidak terulang ujian praktik yang sama. Sangat diperlukan bantuan menjurnal dengan kejujuran, untuk memastikan tidak terjadi proses repress dan suppress kembali.
- Tidak merasakan sisi gelap apa pun, tidak ingat sigel apa pun, tiba-tiba ada sisi gelap yang sirna (sesuai angka evaluasi)
Dengan kerendahan hati menjadi sadar bahwa memang masih punya sisi gelap, maka niat tulus untuk memohon pengampunan Tuhan, niat tulus untuk memperbaiki, ‘bersikap pasrah’ untuk siap menjalankan apa pun risiko proses yang perlu dijalankan dalam melebur sigel. Maka, sesuai tabungan karma baik, akan selalu ada saja sigel yang terlebur oleh ‘Energi Boosting SHD’ yang hadir melalui panduan meditasi/hening. Bonus akselerasi seperti ini tidak akan bertahan lama apabila tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas meditasi/hening yang terukur setiap harinya.
Sikap untuk memilih selalu meditatif/hening semampunya, disertai kesungguhan dan kesiapan menghadapi apa pun konsekuensi terburuk sekali pun dalam membersihkan sisi gelap akan mengakselerasi proses bebersih menjadi lebih cepat. Apabila tidak mau memilih sikap untuk meditatif/hening sebanyak-banyaknya sepanjang melek, maka kesempatan membersihkan sisi gelap seringkali malah memantik produksi sigel baru. Bukannya berkurang, malah terus bertambah dan semakin sulit untuk diurai.
Proses bebersih sisi gelap ini sarana penyembuhan (‘healing’) dan ‘detoks’ memang sangat membutuhkan validasi dan umpan balik pembimbing, untuk memastikan proses yang dijalankan sudah on the track. Bagi yang malas dan malah menghindari umpan balik, sudah jelas sedang mengoleksi sisi gelap dan malah membangun ilusi dan kena virus ‘PMS’.
Maka, keahlian dalam bermeditasi formal dan informal dengan kualitas yang memadai adalah sama pentingnya, tidak mungkin bergantung dengan meditasi formal saja. Menjalankan proses purifikasi dengan cara dan sikap yang tepat, adalah kunci keberhasilan untuk ‘Menjaga Kesehatan Mental, Emosi, Jiwa dan Raga’ yang akan meningkatkan level kesadaran dan evolusi jiwa.
Dirimu gimana? Masih memperlakukan meditasi seperti ‘Paracetamol’ atau sudah menjadi bagian dari ‘Gaya Hidup’ sehingga bisa mencegah ketimbang mengobati?
“Growth is a conscious commitment to take responsibility for your own life.” ~ The Art of Conscious Living.
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
23 Desember 2025
Reaksi Anda:












