Selama ini dunia sains tidak menyatakan dengan jelas tentang keberadaan jiwa sebagai entitas yang berbeda dengan tubuh. Jiwa adalah realitas yang nonempirik, tidak bisa dibuktikan keberadaannya dengan panca indera atau segenap alat bantu lainnya.
Jiwa dengan fenomenanya tidak banyak dibicarakan. Penyembuhan hanya mengacu pada keberadaan tubuh fisik. Kenyataanya, tubuh fisik berkaitan erat dengan jiwa. Tubuh memiliki keberadaan lain yang menopang keberadaan jiwa.
Secara sederhana, tubuh fisik yang terdiri atas sekitar 37,2 triliun sel adalah kendaraan bagi jiwa. Tubuh fisik ada di dunia atom yang bisa dijangkau dengan panca indera. Jiwa yang mengisi sebagai penumpang bagi tubuh adalah misteri, yakni sesuatu yang bersifat metafisika yang hanya bisa dimengerti keberadaannya dengan menggunakan perangkat sensorik lain dalam diri kita.
Spiritualitas mengajak kita untuk tidak hanya mendayagunakan panca indera. Dalam keheningan, kita juga menggunakan Divine Sense (Rasa Sejati). Yakni, saat Anda menyadari setiap tarikan dan embusan napas. Di ujung tarikan napas ada takhta Ilahi. Di sana ada Diri Sejati dan perangkat kecerdasan yang disebut Rasa Sejati.
Dalam rangka menjangkau realitas nonempirik, pikiran disambungkan dengan Rasa Sejati. Jembatan penghubungnya adalah napas. Ketika pikiran tertuju pada napas artinya kita menghubungkan pikiran dengan Rasa Sejati. Saat terhubung, pikiran akan mendapatkan masukan yang sifatnya nonempirik. Rasa Sejati bekerja dengan sistem deteksi getaran yang akan menjangkau realitas nonempirik, termasuk jiwa. Dengan Rasa Sejati, kita menyadari bahwa di dalam diri kita ada jiwa, yang ada sebelum tubuh fisik ini ada dan akan tetap ada meskipun tubuh fisik sudah ditinggalkan yang diurai dengan berbagai cara, seperti dikubur, dibakar, atau lainnya.
Jiwa adalah satu entitas yang berkesadaran. Kematian adalah momen jiwa berpindah ke dimensi yang berbeda. Jiwa tidak pernah terpisah dengan esensinya. Jiwa dihidupi oleh esensinya, yakni Diri Sejati. Diri Sejati adalah Tuhan yang nyata, sumber hidup, sumber energi, sumber kasih murni. Pada awalnya dipahami sebagai kekosongan absolut yang mengejawantah di dalam diri dan menjadi keberadaan yang bisa dijangkau, Diri Sejati. Jiwa dan Diri Sejati tidak pernah terpisahkan. Bahkan, ketika meninggal, jiwa dan Diri Sejati menjadi satu paket yang akan terlepas dari tubuh kita.
Kembali kepada napas. Silakan rasakan setiap tarikan dan embusan napas. Di dalam setiap tarikan dan embusan napas itu ada energi hidup yang menyebar ke semua sel. Di sana ada penyatuan dan keterhubungan yang utuh di antara semua sel. Karena energi hidup itulah, tubuh ini bisa terus bergerak dan berkembang. Energi hidup tersebut disebut sebagai nyawa/biolistrik/prana/chi. Ini adalah bagian dari diri yang berbeda dengan jiwa dan tubuh. Nyawa inilah yang mengikat jiwa dengan tubuh.
Nyawa adalah bentukan dari energi murni yang didapatkan lewat proses metabolisme. Selain bernapas, makan-minum, limpahan sinar matahari, tubuh ini memproduksi ATP (Adenosine triphosphate). ATP adalah energi murni yang menyebar ke semua sel, mengalir bersama aliran darah. Esensi dari energi ini disebut prana/chi yang membentuk nyawa/biolistrik yang ada di dalam diri kita.
Kesehatan kita sangat bergantung pada kualitas energi hidup yang mengalir di tubuh.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Webinar Penyembuhan Holistik – Menyembuhkan Luka Batin dan Sakit Fisik
Reaksi Anda: