Ada empat realitas di diri manusia yang menyusun tubuh dan semuanya saling terhubung. Yakni, (1) tubuh fisik, (2) jiwa yang menjadi penumpang tubuh, (3) nyawa yang menjadi pengikat dengan tubuh, dan (4) Diri Sejati atau Tuhan yang nyata yang menjadi esensi dari setiap diri.
Dengan tubuh fisik, jiwa mempunyai ego atau kesadaran sebagai satu entitas yang unik. Kesadaran muncul karena kita punya pikiran. Pikiran karena otak. Dengan otak, kita punya emosi. Emosi terkait erat dengan pikiran. Pikiran yang bekerja akan memicu kemunculan hormon-hormon tertentu.
Saat pikiran ada dalam posisi rileks: menyadari bahwa hidup dengan segala fenomena yang ada adalah anugerah yang nyata. Saat kita bersuka cita, maka akan muncul hormon dopamin, endorpin, serotonin, sehingga akan memicu suasana kebahagiaan. Sebaliknya, jika pikiran kita menganggap bahwa hidup penuh dengan masalah, ketakutan, tertekan, maka yang dikeluarkan adalah hormon kotisol, hormon yang tidak selaras. Emosi akan terkait dengan kesehatan. Emosi akan memicu perubahan pada tubuh energi dan tubuh fisik, termasuk organ-organ yang ada di dalam tubuh fisik.
Penyembuhan holistik berdasarkan pada pengakuan keberadaan manusia sebagai keberadaan yang kompleks. Realitas yang tidak hanya bersifat materiel, tetapi juga bersifat imateriel. Ada tubuh fisik, pikiran, emosi, dan jiwa. Jiwa pun memiliki lapisan pembungkus atau tubuh halus (subtile body). Lapisan halus pun memiliki beberapa lapis, yaitu lapisan tubuh astral, eterik, cahaya. Pikiran dan emosi mempengaruhi lapisan tubuh halus. Sebaliknya, kondisi lapisan tubuh halus akan mempengaruhi kondisi lapisan tubuh fisik kita.
Ketika terjadi sakit, kita harus bisa memahami faktor-faktor penyebabnya secara utuh. Saat kita memvonis secara serampangan, maka akan terjadi kekeliruan dalam penanganan. Contohnya, lambung sakit, gas asam lambung naik sehingga merasa pedih. Saat kita menganggap tubuh ini sebagai fenomena fisikal, maka kita tidak akan melacak akar masalah ini pada emosi dan ketidakselarasan di level energi yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera. Kita hanya akan mencari obat yang langsung mengubah tatanan kimiawi di tubuh kita sehingga kita mengamputasi gejala yang ada. Cara tersebut tidak menyembuhkan penyakit karena tidak mengurai akar masalahnya dan menuntaskannya.
Di dalam ilmu kesehatan holistik, bahwa problem di lambung seperti perih, sebetulnya berkaitan dengan emosi. Emosi terkait pikiran. Orang yang tidak bisa menghayati keheningan, pikirannya akan liar dan penuh asumsi tentang kejadian yang belum terjadi dalam hidupnya. Asumsi tersebut memicu emosi destruktif. Kita menjadi penuh ketakutan dan kekhawatiran yang otomatis akan mempengaruhi struktur kimiawi dalam tubuh.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Webinar Penyembuhan Holistik – Menyembuhkan Luka Batin dan Sakit Fisik
Reaksi Anda: