Salah satu aspek dalam pembelajaran spiritual kita adalah terbebas dari segala jejak dosa atau jejak karma buruk. Jejak dosa atau jejak karma buruk adalah salah satu akar penderitaan kita. Jika tubuh kita terdapat banyak dosa, maka kita akan menarik segala peristiwa yang menciptakan penderitaan.
Jangan terjebak dengan pernyataan, “Saat belajar spiritualitas, maka tidak ada lagi yang namanya dosa. Logikanya karena sudah melampaui dualitas, maka tidak perlu berbicara tentang dosa.”
Kebenarannya, selama kita belum ada di dalam kesadaran murni, maka kita pasti ada di dalam koridor dualitas. Kita bisa berbuat salah dan benar. Kesalahan membawa kita pada penderitaan, sedangkan kebenaran membawa kita pada kebahagiaan. Laku spiritual mengajak kita untuk bisa melampaui dualitas. Kita masuk dalam situasi untuk tidak lagi berbuat salah. Kita konsisten di dalam kebenaran. Kita tidak terjebak dalam penderitaan. Spiritualitas bukan mengabaikan adanya dosa. Tapi, mengajak kita untuk bisa merdeka dari dosa.
Lalu, apakah dosa yang sebenarnya?
Dosa dalam sudut pandang spiritual bisa berbeda dengan pengertian dosa dalam sudut pandang religi dan/atau moralitas umum. Dalam kacamata umum, baik religi maupun moralitas, sesuatu dianggap lumrah dan tidak berdosa, tapi dalam kacamata spiritual bisa disebut sebagai kesalahan dan dosa besar. Pun sebaliknya. Maka, kita perlu menghayati dosa yang sesungguhnya. Spiritualitas mengajak kita untuk memahami dengan akurat dan utuh tentang dosa.
Dosa adalah segala sesuatu yang dikerjakan dengan melanggar tuntunan dari Diri Sejati. Dosa adalah tindakan yang tidak mencerminkan dan tidak berlandaskan kasih murni. Dosa adalah pelanggaran terhadap prinsip kebenaran sejati yang sebenarnya dituntunkan oleh Diri Sejati. Dosa bisa muncul dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan.
Kenapa saya mendapatkan nasib malang padahal saya tidak pernah berbuat yang jahat?
Belum tentu Anda tidak berbuat dosa, walaupun Anda merasa tidak berbuat jahat. Pikiran Anda bisa membentuk dosa ketika Anda mengembangkan prasangka Anda. Prasangka baik atau buruk merupakan ilusi. Contohnya, seseorang yang betul-betul tercerahkan dianggap gila, maka Anda sudah berdosa. Sebaliknya, penghuni dimensi satu dianggap tercerahkan, dalam sudut pandang spiritualitas, Anda sudah berdosa.
Supaya tidak terjebak dalam dosa pikiran, Anda harus ada dalam kesadaran murni. Jangan terjebak oleh prasangka dalam bentuk apa pun. Anda harus berani membongkar semua yang dipercaya. Juga harus berani membuktikan semuanya sendiri dalam keheningan yang kita jalankan.
Kata-kata yang membawa dosa adalah kata-kata yang muncul tanpa kesadaran murni dan tanpa motif kasih di dalamnya. Tindakan Anda pun bisa menciptakan dosa. Contoh, Anda meludah. Dalam hukum Indonesia, belum tentu kesalahan. Dalam kacamata moral, dianggap wajar. Sudut pandang agama, belum tentu dianggap dosa karena tidak ada ayatnya. Tetapi, dalam sudut spiritual, ketika Anda salah meludah, Anda sudah berdosa. Anda meludah di tempat yang tidak tepat. Anda mengabaikan kasih pada semua makhluk yang ada. Anda merusak keselarasan. Walaupun sederhana, ini dianggap dosa.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian “Menyembuhkan Luka Jiwa Menuai Bahagia”
Yogyakarta, 7 Agustus 2021
Reaksi Anda: