Kalau Anda belajar spiritual, tetapi tujuannya untuk memenuhi hasrat-hasrat egoistik, maka Anda akan salah jalan. Contoh dari hasrat egoistik itu Anda membayangkan bahwa dengan jalan spiritual ini akan cepat kaya raya. Atau, bisa menjadi orang yang sakti mandraguna sehingga ditakuti dan dihormati banyak orang. Yang punya masalah kesehatan, dengan belajar spiritual, bayangannya menjadi sehat secara cepat/instan.
Siapa pun yang keliru di dalam menempatkan tujuan belajar spiritual, tidak akan pernah menemukan kebenaran sejati. Justru akan salah jalan, justru akan semakin menguatkan keterikatan diri di dalam roda/lingkaran penderitaan. Maka, kunci pertama untuk bisa berhasil di jalan spiritual adalah ketulusan atau ketepatan di dalam intensi/niat/tujuan.
Nah, silakan setiap diri betul-betul mengevaluasi, “Apa sebetulnya motif awal Anda ketika belajar spiritual?”
Jika ada yang belum selaras, ada indikasi ternyata motif-motif itu menyangkut hal-hal yang egoistik, segera diperbaiki. Karena, hanya dengan memastikan niat kita benar, kita akan menemukan kebenaran sejati, kita akan betul-betul berhasil di dalam jalan spiritual. Indikasi/penanda keberhasilan di dalam jalan spiritual ini adalah jiwa Anda betul-betul secara konsisten diliputi oleh kebahagiaan dan kedamaian yang memancar dari dalam diri Anda sendiri. Kehidupan di sekitar Anda juga semakin terselaraskan. Bahasa filosofisnya, Anda akan semakin tercerahkan, Anda punya kesadaran yang murni. Menjadi tercerahkan, punya kesadaran murni, menemukan kebahagiaan sejati itu adalah hasrat yang paling dalam dari jiwa Anda.
Lewat laku keheningan, kita akan mengerti bahwa di badan ini sebetulnya ada beberapa kategori hasrat/keinginan. Kalau kita bicara tentang jiwa yang telah ada sebelum tubuh ini ada, jiwa yang terlahir di bumi ini kemudian diberi anugerah tubuh fisik sebagai kendarannya untuk belajar di sini. Maka, hasratnya hanyalah bagaimana dia semakin sempurna, semakin menemukan kebahagiaan yang sejati, bisa lepas dari lingkaran penderitaan. Sekali lagi, itu adalah hasrat jiwa Anda yang paling murni.
Tetapi di dalam badan juga ada keinginan ego, keinginan sang aku yang banyak dipengaruhi oleh persepsi dan asumsi. Misalnya, saya belajar spiritual supaya cepat kaya, supaya masalah rumah tangga cepat selesai, dan seterusnya. “Supaya” yang termasuk kategori instan itu bukan hasrat dari jiwa, itu hasrat dari ego Anda.
Di dalam diri ini juga ada yang disebut sebagai kehendak Tuhan. Apa kehendak Tuhan di dalam diri? Kehendak Tuhan dalam diri adalah tuntunan yang paling Agung, yang muncul dari relung hati Anda. Tuhan itu menyiapkan rancangan Agung bagi Anda lewat kehidupan ini, sesuai dengan koridor matematika Semesta (The Law of Universe). Dalam koridor itu, dia juga memberikan tuntunan kepada Anda supaya Anda ada di jalan kebenaran, supaya tujuan Sang Jiwa yang paling mendekati bisa tercapai. Dalam hal ini, Anda yang berada dalam tubuh fisik ini kemudian punya dua pilihan karena Anda punya freewill. Yakni, ada tuntunan dari Sang Guru Sejati/Diri Sejati/Tuhan atau Anda maunya mengikuti ego Anda.
Kejatuhan pasti akan dialami oleh mereka yang melekat kuat dengan egonya, tidak kuasa mengendalikan hasrat-hasrat egoistiknya, mengabaikan apa yang merupakan tuntunan Agung dari Gusti, dan mengabaikan apa yang jadi hasrat jiwa yang paling murni.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Jakarta, 2 Oktober 2021
Reaksi Anda: