Skip to main content
Pijar KesadaranSpiritual

Meditasi yang Sesungguhnya

13 December 2021 Persaudaraan Matahari No Comments

Saya banyak belajar dari proses pembelajaran teman-teman. Saya tidak pernah terbayangkan tentang kasus yang dialami oleh teman-teman. Bagi saya, ajaib. Saya berikan teori yang sederhana. Yakni, rasakan dengan sungguh-sungguh aliran nafas, sadari nafas, sadari kasih murni. Buat saya itu jelas sekali. Saya mempraktikkannya dan saya bertumbuh. Ternyata, ketika hal ini saya sampaikan kepada Anda, tafsirnya jadi bermacam-macam. 

Saya baru mengerti jika ada yang menganggap menyadari nafas artinya dengan sadar kita bernafas (tarik napas-embus napas), padahal dia belajar kepada saya sejak 2016/2017. Sekarang sudah tahun 2021. Lima tahun kemudian dia baru sadar kalau dia salah. Saya pun tidak membayangkan bahwa dia akan memahami dengan cara seperti itu.

Kenapa saya tidak pernah mengoreksi lebih dalam tentang pemahaman teman-teman? Karena saya tidak pernah berpikir bahwa hal itu akan terjadi. Ketika saya tahu teori/teknik yang sederhana itu, saya jalankan, dan saya tidak pernah mengalami kesalahan teknik seperti itu.

 

Teknik Menyadari Napas, Bukan Mengatur Napas

Bagi banyak orang, bermeditasi/menyadari napas itu identik dengan pengaturan napas. Pranayama diterapkan atau ditafsirkan sebagai metode pengaturan napas/olah napas selama ini. Sehingga, ketika mendengar kata meditasi/napas, yang muncul adalah teknik olah napas. Padahal saya sendiri mempraktikkannya hanya dengan menikmati/menyadari napas yang natural. Kasus teman-teman ini, baru terungkap ketika ada program pamomong. 

Hal itu membuat jarak saya dengan Anda semakin jauh. Saya pada tahun 2018 dengan tahun 2021 sudah berbeda sekali. Saya sudah mencapai tataran tinggi, sementara teman-teman banyak yang muter-muter di seputaran hal yang paling mendasar. Semakin saya mencapai tataran yang tinggi, maka pekerjaan dan tanggung jawab semakin banyak,  semakin tidak punya waktu memperhatikan teman-teman secara lebih detail. Nah, bersyukur, kita menemukan teman-teman, seperti Mbak Ay yang bisa mendampingi teman-teman secara detail. Jadi, tolong ini dimanfaatkan.

Selanjutnya, kita ada dalam konsekuensi dari dualitas. Di sisi ini, dengan pertumbuhan kesadaran saya, maka semakin banyak pengetahuan Semesta yang bisa kita akses. Ada layer-layer kesadaran yang semakin tinggi yang bisa kita buka bersama. Konsekuensi di sisi lain, kompleksitas dari kuasa kegelapan (dark force) ini juga makin tinggi. Lumrah kalau kemudian tantangan teman-teman juga semakin berat. Karena, dark force-nya juga semakin canggih dan bermacam-macam. Saya mengungkapkan ini sebagai sebuah fakta. Tapi, jangan sampai hal ini dijadiin alasan teman-teman untuk terus kesambet. Bukan cuma ini. 

Ada faktor internal dari Anda sendiri, yakni heningnya belum sungguh-sungguh. Zaman dulu ketika hening belum dipahami secara detail dan benar-benar mendalam, levelnya masih agak aman. Karena, kompleksitas dark force-nya tidak seperti sekarang. Sekarang levelnya tidak ada toleransi, meleng sedikit saja pasti kesambet. Dua tahun yang lalu, punya ambisi sedikit masih aman-aman saja, sekarang sudah tidak bisa. Situasinya sudah mulai berbeda. Makanya, nggak usah menyesali. Sekarang kita sama-sama membereskan semuanya, memperbaiki teknik keheningan kita.

 

Sisi Gelap

Mengenai sisi gelap, sisi gelap bisa terungkap membutuhkan waktu yang pas. Misalnya, Anda belajar kepada saya tahun 2018. Dulu, bahasan meditasi itu tentang hal yang enak banget, tidak ada bahasan sisi gelap yang  muncul. Jelas iya, karena waktu itu kita masih ada di permukaan, yakni relaksasi. Analoginya, kalau Anda masuk ke hutan, Anda baru berada di taman bunganya, bertemu dengan kupu-kupu. Anda belum bertemu hutan yang sesungguhnya, bertemu ular, srigala, dan lainnya. Nah, sekarang kita masuk semakin dalam. Menjadi sangat lumrah kalau kemudian kita terkaget-kaget karena kita berhadapan dengan sisi gelap pada diri kita sendiri. Banyak trauma masa lalu yang belum selesai, rasa kecewa kepada orangtua/pasangan/siapa pun juga. Hal itu mengendap betul dalam diri Anda dan sekarang adalah momennya keluar dan dibereskan. 

Ada yang berpikir, “Wah, enakan nggak meditasi, ya. Nggak kenal sisi gelap!” 

Kalau Anda tidak menjalankan meditasi yang sungguh-sungguh, Anda memang tidak kenal istilah sisi gelap, tapi setiap hari Anda hidup dalam sisi gelap. Memangnya kalau Anda tidak meditasi kemudian Anda jadi penuh kasih? ‘kan nggak. Justru, karena nggak meditasi, Anda bisa sangat obsesif, ambisius, kejam, gampang marah, licik, kompetitif. Hal itu dialami oleh semua orang. Dan, ada banyak orang yang tidak punya ruang dan momen untuk memperhatikan itu semua. Bagi mereka, pokoknya hidup ini hanya untuk survival (bertahan), tidak ada waktu untuk membereskan sisi gelapnya. Mereka akan menyesal nanti, ketika waktu hidup sudah selesai, semuanya akan muncul ke permukaan. 

Kenapa banyak orang yang kalau meninggal itu susah? Karena mereka sedang menghadapi sisi gelap yang tidak dia bereskan. Lebih baik Anda sekarang yang sisi gelapnya muncul. Kalau mati nanti, Anda bisa damai, asal beres dulu. Kalau sudah muncul, tapi tidak dibereskan, ya, sama saja bohong. Sisi gelap Anda itu biarkan bermunculan, biar dibereskan. 

Ada juga yang mau enak sendiri, “Ada nggak, jalan yang ketika merem (tutup mata), semuanya bisa beres?” 

Pikiran itu sama seperti dengan Anda yang pijat refleksi tapi tidak ingin merasakan sakit, “Pokoknya pijat aku, jangan sakit, yang penting sembuh.”

Enak saja, siapa yang bisa? Nggak bisa. Jadi, Anda harus merasakan rasa sakit itu, melampaui, dan menerima apa adanya, kemudian membereskannya. Jadi, jangan menyerah juga. Semuanya mengalami, para pamomong juga sama saja. Ada dinamika yang harus dilampaui, rasa sakit, kecewa, sering saya marahin juga. 

Jadi, mari kita bertumbuh bersama. 

Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Jakarta, 3 Oktober 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda