Teman-teman yang masih banyak belajar untuk hening, merasakan aliran nafas saat ini dan di sini, kebanyakan belum berrendah hati, apakah ada cara lain selain hening itu supaya berrendah hati?
Secara lugas saya mengatakan bahwa tiada jalan lain untuk mencapai keselamatan, kecuali keheningan. Soal keheningan yang disebut dengan banyak nama lain itu perkara. Misalnya, jalan keselamatan yang namanya dzikir. Itu sama saja. Dzikir adalah hening dalam bahasa arab. Sama juga dengan samadi. Jadi, keheningan adalah jalan utama keselamatan yang bisa dibahasakan dengan banyak nama. Intisari dari keheningan adalah bagaimana kita bisa menyadari penuh keberadaan Sang Penuntun Agung di dalam diri sebagai pemberi petunjuk untuk jalan keselamatan.
Adakah cara lain untuk terhubung dengan Sang Penuntun Agung itu selain dengan meniti jalan nafas kita?
Coba dicari. Misalnya, saya bisa terhubung dengan Sang Penuntun Agung dengan dangdutan? Kalau bisa saya akan validasi sebagai cara lain untuk bisa terhubung dengan GS. Secara faktual, tidak bisa, Anda bisa rileks, bisa enjoy, tapi bukan terhubung.
Cara lain misalnya berendam (kungkum). Dalam tradisi spiritual kuna, kungkum menjadi salah satu metode, tapi bukan metode utama . Kungkum itu salah satu mekanisme untuk mendapatkan proses penyelarasan oleh kekuatan di Alam Semesta. Oleh sebab itu, kungkum dilakukan di tempat-tempat yang langsung menampung air dari mata air karena airnya masih murni. Tapi, untuk hal itu orang harus punya sikap yang tepat, harus betul-betul sambil menikmati nafas, menyadari keterhubungan dengan Gusti, baru air kungkum itu berguna. Jadi intinya bukan tentang kungkum-nya. Semua kembali pada napas. Namun, secara faktual, orang kungkum itu tidak termurnikan, adanya kedinginan. Tapi, sebaliknya, ada orang yang enjoy di bathtub tercerahkan. Ini tentang betul-betul menyadari kasih murni dalam napas. Jadi, tidak ada jalan lain, kecuali betul-betul meniti jalan nafas itu.
Bagaimana tentang puasa mutih atau ngebleng tiga hari?
Ngebleng itu tidak makan, tidak minum tiga hari. Adanya dari ngebleng jadi ngeblank karena jarang ada yang kuat dan stabil. Kalau stabil, silakan dilakukan. Tapi, rata-ratanya Anda akan ngeblank, tidak berdaya, tidak kerja, kesambet lagi. Puasa itu kalau dijalankan dengan hasrat egoistik tidak akan mendatangkan kemajuan secara spiritual. Banyak orang yang menjalankannya, tapi jiwanya tidak termurnikan. Kalau dia itu beruntung, dia punya kekuatan supranatural. Karena yang dihitung di sana adalah kekuatan tekad, kekuatan tekad itu akan menarik entitas lain yang vibrasinya sama dengan kekuatan itu. Makanya, orang yang bertapa di gunung dengan hasrat egoistik yang dominan, maka ia bukan tercerahkan tapi punya kekuatan supranatural.
Oleh sebab itu, saya tidak merekomendasikan Anda untuk puasa yang bermacam-macam, kecuali jika Anda lakukan sesuai dengan tuntunan Diri Sejati dalam konteks menyelaraskan badan Anda. Badan Anda sedang butuh rehat. Tetapi, yang bikin pencerahan bukanlah puasanya. Semuanya kembali lagi pada aliran nafas selama Anda berpuasa. Dengan tegas saya mengatakan bahwa tidak ada jalan lain untuk keselamatan, kecuali keheningan.
Kita fokus saja dengan jalan meniti nafas kita, menyadari nafas kita untuk terhubung dengan Gusti. Tidak perlu pakai kungkum atau puasa. Apakah bisa? Jawabannya bisa. Jadi, Anda mau pilih yang mana? Berendam di jakuzzi sambil menikmati aliran nafas atau Anda kungkum tengah malam di sebuah telaga sambil kedinginan sehingga tidak menikmati itu? Opsi lain, Anda makan mpek-mpek sambil menikmati nafas dan bersuka cita atas kasih Gusti atau Anda ngebleng sambil mengumpat?
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Tangerang, 3 Oktober 2021
Reaksi Anda: