Apakah Anda mengerti masalah Anda ada di mana?
Masalah Anda adalah ajaran saya yang sederhana, terlalu canggih untuk Anda. Tapi, ada solusi. Secara faktual, ternyata ada teman-teman yang sudah bisa menyelesaikan masalah luka batin yang kini saya angkat sebagai pembimbing. Dulu mereka penuh luka batin semua, sama dengan Anda sebagian besar. Tapi, ada momentum yang membuat mereka menemukan kondisi segala luka batin bisa terselesaikan dan ada dalam bimbingan saya. Secara teknis, mereka bisa mendayagunakan bimbingan saya untuk transformasi diri. Karena itulah menjadi berguna bagi Anda untuk belajar dari mereka. Pengalaman mereka real, tentang bagaimana belajar kepada saya dan sukses.
Kalau saya, belajar kepada siapa? Anda akan kesusahan mengikuti gaya saya walaupun saya mengajarkan hal yang sederhana. Karena saya tidak membayangkan jika menyadari napas itu susah banget. Untuk saya, menyadari napas itu hal yang gampang. Saya menyampaikan apa yang saya alami.
Saya dibantu teman-teman untuk memperjelas hal itu. Yang sudah mendapatkan skema pembimbingan/pamomongan, silakan dimanfaatkan, jangan disia-siakan. Para pembimbing kerjanya luar biasa. Mereka lebih sibuk daripada saya. Mereka pun bisa memberikan sebuah panduan yang detail. Jangan disia-siakan.
Ada watak angkara di dalam diri yang harus dibereskan. Contohnya kesombongan. Kesombongan bisa berasal dari kerendahdirian yang memunculkan sifat ekstrem sombong. Karena ingin berada di posisi yang berbeda ketika ia dihina/direndahkan. Selain itu, kesombongan juga bisa muncul karena pikiran yang liar. Baru memiliki kemampuan satu dan dua, langsung berasumsi, “Wah, aku yang paling hebat.” Sombong itu hanya muncul pada mereka yang kebanyakan ngelamun.
Saat saya berkata, “Saya tercerahkan. Maka, saya siap menuntun Anda untuk menemukan jalan pencerahan.”
Itu bukanlah bentuk kesombongan. Saya sedang memberi tahu sebuah fakta yang saya ungkapkan tanpa khayalan. Tapi, ketika saya ungkapkan lima tahun yang lalu, itu artinya saya kemelinti. Karena lima tahun yang lalu, saya belum mengalami pencerahan artinya saya ngayal.
Selain kerendahdirian, akar kesombongan adalah kebanyakan ngelamun, berprasangka yang tidak-tidak pada diri sendiri. Supaya tidak sombong, maka jangan kebanyakan ngayal. Hiduplah dalam kesadaran murni, dengan kasih murni.
Watak angkara lainnya adalah keserakahan, kompetitif, egois, licik, manipulatif, kejam, dan seterusnya. Watak-watak tersebut benihnya memang ada pada setiap diri. Ketika manusia terlahir, benih ini sudah ada. Benih keangkaramurkaan satu paket dengan benih keilahian sehingga kita punya dualitas. Maka dari itu kita punya freewill, kita punya kebebasan untuk menumbuhkan benih yang mana. Kalau kita tidak hening, maka benih-benih kesetanan/keangkaramurkaan yang tumbuh. Hanya dengan keheningan yang benar, watak angkara luruh sehingga benih keilahian yang akan tumbuh. Jika hal itu terjadi, maka sudah tidak ada lagi dualitas. Inilah yang disebut melampaui dualitas.
Melampaui dualitas itu bukan berarti tidak ada salah dan benar. Itu ngaco. Jika ada yang punya pandangan seperti itu, saya tampar. Apakah Anda marah? Jika Anda masih marah, kenapa Anda marah? Katanya tidak ada salah dan tidak ada benar. Ada yang berpikiran bahwa dunia ini ilusi. Uang adalah ilusi. Buang ilusi Anda, bagi uang Anda, ringankan beban Anda. Tapi, nyatanya Anda pelit dengan uang Anda. Pelit adalah bagian dari watak angkara. Pelit muncul dari ilusi bahwa sumber daya di kehidupan ini terbatas. Kalau kita memberi berarti kita kehilangan.
Semua bisa diselesaikan hanya dengan keheningan yang konsisten, dengan cara yang benar. Saya bisa mencapai kondisi saat ini karena saya hening secara konsisten. Dari dulu saya memang sudah berkelana untuk menemukan kesejatian, tapi bukan itu faktor kuncinya. Berkelana membuat saya punya mentalitas yang tidak gampang menyerah dan banyak pengalaman, tapi bukan itu faktor pencerahan. Faktor pencerahan adalah konsistensi di dalam keheningan. Hening bisa Anda lakukan dengan posisi apa pun. Anda tidak perlu bersusah seperti zaman dulu. Yang belajar spiritual sekarang, tidak perlu menyusahkan diri.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Yogyakarta, 21 September 2021
Reaksi Anda: