Persaudaraan Matahari (PM) memiliki visi menjadi sebuah sekolah spiritual terbaik di dunia yang mengantarkan manusia-manusia yang terpanggil belajar spiritual murni untuk bertransformasi secara holistik menuju pencerahan. Salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan Persaudaraan Matahari adalah Program Kepamomongan.
Program kepamomongan yang berdurasi 3 bulan ini terdiri atas dua level. Level 1 dibimbing langsung oleh pamomong, sedangkan level 2 dibantu oleh Leader sebagai ketua kelas dalam grup dan dimonitor langsung oleh pamomong. Kegiatan belajar intensif ini untuk memperdalam teori-teori dasar dan praktik latihan hening yang selaras dengan ajaran spiritual murni Guru Setyo Hajar Dewantoro. Evaluasi berkala akan dilakukan oleh pamomong dan divalidasi oleh guru, baik kualitas hening, kejernihan tubuh energi, tingkat kesadaran (level of consciousness), maupun tingkat kesungguhan dalam belajar.
Pemberian amanat kepada pamomong dan leader ini bukan didasarkan usia, gender atau status sosial/pendidikan, namun didasarkan pada kestabilan pencapaian level kesadaran. Maka, sangatlah wajar di dalam grup kepamomongan, para pembelajar bisa saja mendapatkan pembimbing yang lebih muda usianya atau latar belakang status sosial / pendidikan yang dipandang lebih rendah. Hal inilah yang menjadi istimewa di grup kepamomongan.
Jika pembelajar mampu menangkap dinamika ini dalam keheningan, maka grup kepamomongan menjadi wahana yang tepat untuk meluruhkan ego, membongkar konsep yang selama ini terlanjur melekat di kepala, serta beragam watak angkara yang mengikutinya. Tak hanya bagi para peserta, pamomong dan leader juga mendapatkan pembelajaran, bagaimana mereka menghadapi sikap para pembelajar yang terkadang menyepelekan. Semua dilatih untuk meningkatkan kualitas hening dari waktu ke waktu, melatih otot-otot keheningan dan ketulusan secara paripurna.
Berikut adalah salah satu contoh pola interaksi pembelajar dalam program kepamomongan yang didapatkan secara otentik oleh seorang leader Antoni C Dwidjanarko yang akrab disapa Papi Antoni. Fenomena tersebut dibahas langsung oleh Guru Setyo Hajar Dewantroro dalam Kajian Surabaya, 2 Februari 2022.
Antoni C Dwidjanarko
Ada yang pernah curhat, Saya kalau ikut grup pamomong itu malah jadi spaneng. Wes aku gini aja, pasrah aja. Saya nggak lanjut di grup pamomong, saya mau belajar sendiri, mau nekat belajar sendiri, otodidak sendiri. Sudah pasrah, nanti aku mau di level berapa pun, 1-2 wes pasrah, mau balik lagi juga pasrah.
Apakah hal itu dibenarkan?
Setyo Hajar Dewantoro
Itu terkesan bijaksana, padahal itu contoh kenekatan yang paripurna, kenekatan yang muncul dari ego yang terlalu tinggi. Kenapa Anda spaneng ketika dibimbing oleh para pamomong? Simpel. Itu soal ego dan saya bisa menemukan ini dalam banyak case.
Persoalan ketidaknyamanan itu bisa muncul dalam banyak aspek. Bahkan, yang paling konyol adalah bias gender. Ada pembelajar yang merasa, “Gue laki-laki nih, yang mbimbing cewek, nggak mungkin cewek lebih hebat daripada gue yang laki-laki.” Sadar atau tidak sadar itu menempel di kepalanya.
Misalnya, Mas Antoni yang dibimbing oleh bocah cilik, mlenyuk lagi. Itu adalah ego karena rasa senioritas, merasa lebih superior.
Berikutnya, ego soal ketidakmauan diusik oleh orang lain, Ah, saya pasrah aja. Sebetulnya itu bahasa lain dari Lu jangan ganggu saya. Saya mau seperti yang saya mau. Nyaman itu artinya ego saya terpenuhi. Kalau diusik saya tidak nyaman.
Saya kenal betul watak yang bercerita, “Senggol dikit aja, langsung waaah.”
Justru grup pamomong ini dibuat untuk memfasilitasi agar masalah, seperti spaneng itu terjawab. Saya nggak mungkin jawab ratusan orang bertanya hal yang sama tiap hari. Nggak mungkin karena saya juga banyak kerjaan yang lain yang secara Kosmik lebih prioritas dan urgen. Justru ada beberapa pamomong sekarang yang dibantu dengan beberapa leader itu bisa lebih detail membimbing Anda.
Masak, malah nggak mau, sih? Sebetulnya maunya apa?
Maunya instan. Artinya, belajar bersama saya, pokoknya langsung tercerahkan. Enak aja! Pokoknya ikut kajian beres. Nggak bisa! Ini gaya lama yang harus kita bongkar dan tinggalkan. Jadi, jangan punya pikiran bahwa Anda datang, bermeditasi bersama saya di kajian, saya kasih limpahan energi demikian besar, lalu tercerahkan. Nggak bisa, enak aja.
Ketika Anda di sini seperti Anda dicuci, itu benar. Coba, Anda rasakan setelah meditasi tadi seperti apa. Tapi, kalau Anda tidak berupaya sendiri, lima langkah dari tempat ini, sudah bubar semuanya. Itu yang terjadi selama beberapa tahun kita belajar. Sampai saya ini prihatin, orang-orang ini maunya sebetulnya apa? Warasnya cuma kalo pas dekat saya doang. Bebas dari jeratan demit itu kalau habis kajian, sepuluh menit setelah itu sudah bubar semuanya. Terus mau apa? Nggak bisa Anda selamat dengan cara seperti itu.
Saya bertanggung jawab memastikan keselamatan bersama dengan adanya sebuah sistem. Tapi, untuk selamat di jalan spiritual itu harus siap melewati ego diusik dan dihajar habis-habisan. Maka, sekarang saya tegas saja. Buat yang nggak mau egonya diusik, nggak usah belajar sama sayalah. Cari aja guru yang ngelus-elus ego Anda, yang nggak ada penilaian apa pun. Pokoknya, yang penting kita sama-sama damai, nyaman, terserah.
Memangnya saya memaksa Anda belajar bersama saya? Coba, memang Anda dipaksa? Memang Anda datang ke sini kenapa? Ya, ‘kan maunya Anda sendiri. Tapi, Anda harus mengerti bahwa yang Anda hadapi ini bukan guru yang akan memanjakan ego Anda. Saya adalah guru yang akan menghajar ego Anda sehabis-habisnya sampai Anda sadar betul untuk bertumbuh. Kalau suka dengan hal itu, lanjutkan. Kalau nggak suka, kabur sana biar nggak menghabiskan waktu semua pihak. Anda sia-sia, saya juga menghabiskan waktu. Kita fair, nggak usah basa-basi.
Saya tahu nilai diri saya. Di bidang spiritual saya maestro, bukan hanya kelas Indonesia, tapi kelas dunia. Coba dicek. Saya bisa buktikan. Makanya, Anda jangan sia-siakan itu kalau mau belajar bersama saya, Ayo yang serius. Saya kasih sistem supaya Anda betul-betul bisa bertumbuh. Syukur-syukur Anda juga bisa mengalami pencerahan seperti yang saya alami. Saya akan bahagia.
Ketika Mas Antoni bisa meluruhkan egonya, mulai menemukan satu jalan yang lebih selaras, saya ‘kan bahagia. Ketika teman-teman kemarin bisa mengelola retreat Avalon dan kajian di Bali tanpa adanya saya, saya bahagia. Memangnya saya merasa tersaingi? Kalau Anda semua tercerahkan, saya makin bahagia, bukan merasa tersaingi.
“Wah, kerjaan saya ada yang ngambil dong! Ya ampun, memang gue cowok apaan? Nanti saja nggak punya jatah ngajar lagi, dong. Jamaah saya ada yang ngambil. Ya ampun. Kalau Mas Antoni sekarang betul-betul tercerahkan, saya serahkan satu PM langsung. Saya mau bisnis saja yang lain. Gantian saya main golf. Gimana?”
Kemudian pecah gelak tawa Papi Antoni diikuti seluruh pembelajar kajian lainnya. Meninggalkan pemahaman untuk diendapkan: bahwa tidak ada tempat nyaman bagi ego di program kepamomongan. Dimulai dari bersedia berendah hati menerima pamomong seapaadanya, dengan usia, gender, dan gaya mereka memomong kita.
Reaksi Anda: