Sebetulnya talenta yang Agung itu ada pada setiap diri. Tidak mungkin orang terlahir tanpa talenta apa pun. Talenta hanya perlu Anda kenali dan mengerti. Jika anda mau betul-betul membaca diri, Anda pasti mengerti. Mekanismenya bukan hanya ketertuntunan dari dalam diri, tetapi common sense (akal sehat) Anda pun akan tahu.
Contoh, talenta itu sangat niscaya terkait dengan hobi. Coba Anda pelajari dalam hidup Anda: hal apa yang membuat passion Anda bisa betul-betul tumpah di situ, Anda betul-betul menikmati dan puas dengan yang Anda lakukan. Itulah indikasi talenta yang Anda punya. Buat anak-anak muda, temukan hal ini, jangan sibuk ngelamun.
Kalau pun Anda belum bisa menemukan, mulailah dengan dengan banyak bekerja secara fisik. Buat anak-anak muda, tolong batasi dulu meditasi dengan duduk diam bersila. Jangan kebanyakan, Anda bukan pertapa, Anda manusia biasa yang harus hidup secara mandiri, termasuk mandiri secara finansial, selain memurnikan jiwa. Hanya dengan diam-bertapa, duit tidak akan datang dari langit. Duit datang dengan bekerja dan bersusah payah dengan mengeluarkan apa yang kita mampu.
Idealitas orang yang belajar spiritual itu tidak hanya murni jiwanya, mengetahui talentanya, dan bekerja keras mewujudkan sebuah karya. Imbas dari semua itu pasti hidup Anda berkecukupan/berkelimpahan. Anda pasti akan punya kemandirian secara finansial. Sewajarnya sebagai orang yang belajar spiritual, apabila Anda menjadi spiritualis yang mapan nantinya, Anda memang mandiri dalam banyak aspek, bahkan mandiri secara finansial.
Berikutnya Anda mau berbagi dan berkiprah atas dasar kepedulian, ketulusan paripurna, kesukarelaan, melampaui kepentingan egoistik. Itulah yang disebut aktivisme sejati. Kita ikut terlibat dalam sebuah gerakan untuk mengubah realitas sosial. Kalau prosesnya tidak dijalani, nanti aktivisme itu akan jadi sebuah pelarian, sama seperti spiritualitas.
Kenapa banyak orang yang menjadi aktivis tidak bahagia?
Karena aktivismenya dijadikan pelarian. Dengan diri sendiri saja belum beres, tapi sok-sokan membantu orang lain. Adanya malah menambah masalah untuk orang lain atau dirinya sendiri. Inilah hal-hal yang harus kita pahami bersama.
Agar berhasil, setiap diri harus mempunyai kedisiplinan, kerja keras, persistensi (ketekunan), selain dimurnikan jiwa-raganya secara konsisten. Jadi, jangan hanya semangat di awal tapi tidak ada konsistensi. Tidak mungkin keberhasilan tanpa konsistensi. Bekerja sekecil apa pun harus konsisten.
Contohnya Mbak Siska kini menemukan satu bidang usaha yang lain, yakni usaha kaus mandala yang berkolaborasi dengan Mas Fajar Way. Usaha itu betul-betul mulai dari nol/kecil, maka jangan dipikirkan hasilnya dulu. Mendapat Rp10.000 atau Rp100.000 itu anugerah. Ini semua tentang konsistensi menjalankannya dan daya tahan sampai usahanya membesar sendiri secara natural.
Usaha/bisnis itu sama dengan tanaman. Saat sedang mewujudkan ide, sama halnya seperti menyemai benih. Benih itu belum terlihat karena masih ada di dalam tanah. Ketika sudah mulai muncul ke permukaan pun, tidak bisa tiba-tiba besar menjadi pohon. Begitu pun saat kita mempunyai misi bisnis yang besar. Kalau bisnis skala kecil, misalnya jual cilok, Anda bisa dengan cepat menuai hasilnya. Berbeda dengan visi yang lebih besar, butuh waktu yang lama untuk bisa membesarkannya, di sana butuh kesabaran, daya tahan, termasuk tahan menghadapi rasa lelah, tantangan finansial, apa pun juga sampai bisnis menjadi besar.
Semua pembelajar spiritual itu sewajarnya jauh lebih powerful ketimbang mereka yang tidak belajar spiritual. Lebih bisa menghadapi tantangan stres dan lelah. Tidak lucu kalau belajar spiritual itu malah cemen, kalah tangguh dibandingkan dengan yang tidak belajar spiritual. Itu tidak masuk nalar. Karena, belajar spiritual artinya Anda mengakses kekuatan Semesta yang lebih besar daripada orang yang membenarkan tenaga fisik dan pikiran.
Teman-teman semua, kita belajar spiritual itu untuk menata hidup seutuhnya, bukan justru melarikan diri dari kenyataan dengan dalih kita masuk ke dalam keheningan. Kalau di balik, indikasi Anda berhasil dalam lakon laku spiritual ini adalah Anda punya karya yang nyata. Dan, karya Anda bisa berguna untuk kehidupan ini, sekaligus berimbas kepada kemandirian secara finansial. Yang belum sampai ke tataran ini berjuang. Persaudaraan ini ada agar kita bisa saling mendukung dan menguatkan.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Tangerang, 3 Oktober 2021
Reaksi Anda: