Skip to main content
Pijar KesadaranSpiritual

Fashion Spirituality

24 December 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Saya menyinggung tema fashion spirituality karena inilah yang sedang marak. Banyak orang menekuni spiritualitas seperti ia memperlakukan mode: mengikuti yang sedang trend, sedang heboh dan banyak digemari orang, plus memuaskan ego terutama untuk kepentingan citra sosial. Para penekun fashion spirituality melupakan hal terpenting dalam spiritualitas: yang justru bisa sangat menyakitkan, “berdarah-darah”.

Senyatanya, belajar spiritual itu bisa sangat menyakitkan. Yaitu ketika tiba momennya purifikasi mulai berlangsung, dan segala sisi gelap/psychological shadow harus diatasi. Juga ketika ego harus diluruhkan, saat seseorang harus belajar berendah hati, dan melepas kemelekatan pada segala hal yang selama ini dibanggakan.

Karena belajar spiritual yang sesungguhnya tidak menyamankan, banyak yang tidak kuat dan patah ditengah jalan. Sebagian besar memang menekuni spiritualitas yang kehilangan esensi spiritualitas: malah menguatkan ego untuk mengejar kekuatan supranatural, atau mencari model spiritual yang memanjakan ego.

Menekuni fashion spirituality jelas tidak mentransformasi. Sisi gelap tak akan teratasi, jiwa tetap penuh luka dan watak angkara, dosa tak terbereskan, ilusi tetap mencengkeram pikiran. Tentu saja dark forces (demon/demit) menjerat jiwa. Ditinjau dari pencapaian Level of Consciousness (LoC) jelas ada di angka rendah; umumnya di bawah 100. Penekun fashion spirituality jelas jauh dari hidup surgawi meski kehidupannya tampak berkelimpahan, menunjukkan gaya hidup kelas menengah ke atas.

Memang tidak mudah untuk menilai diri sebenarnya sungguh-sungguh belajar spiritual, atau belajar spiritual seperti mengikuti mode. Saya tentu saja bisa memberi umpan balik yang akurat, tapi tak semua orang siap terhadap kebenaran dan bisa jujur pada diri sendiri.

SHD

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda