Jika Anda punya banyak dosa, Anda hanya menunda masalah. Kenapa ada orang yang banyak dosa tapi hidupnya terlihat senang terus? Inilah pertanyaan orang yang biasanya memprotes keadilan Tuhan.
Ada manusia yang takarannya seperti para penanam biji cabai atau biji tomat, tiga bulan panen. Jika berbuat kesalahan, kita langsung ngunduh wohing pakarti, yakni langsung menemukan penderitaan karena kesalahan sendiri. Namun, ada orang-orang tertentu yang seperti menanam pohon jati. Untuk berbuah, butuh waktu yang lama. Ini berlaku untuk karma baik dan buruk. Ada orang-orang tertentu yang punya jatah/takaran yang banyak sehingga ketika berbuat salah tidak langsung memetik buahnya. Seolah hidupnya senang terus, tapi itu semua pasti ada akhirnya. Semua pemimpin yang tirani atau konglomerat yang serakah, adakah yang ketika mati berbahagia? Mereka hanya menunda kekalahan.
Lebih baik Anda, jika melakukan kesalahan, langsung mendapatkan umpan balik sehingga kita bisa langsung berkontemplasi. Daripada berbuat salah, tapi tidak ada umpan balik yang jelas. Karena, pada akhirnya kita harus mengalami umpan balik sebagai keadilan Semesta.
Jika Anda bisa menyelami alam jiwa, apakah orang yang dulunya dipuja-puja karena punya kekuasaan dan kekayaan, apakah sekarang mereka berbahagia? Tidak juga. Mereka yang mendapatkan kekuasaan dan harta dengan cara yang licik dan manipulatif, jika Anda tahu mereka sedang ngunduh wohing pakarti, dan Anda tidak akan mau ada di posisinya. Apakah Anda mau ada di surga yang palsu atau surga yang nyata? Surga yang nyata merupakan jatah bagi jiwa-jiwa yang murni.
Teman-teman yang belajar bersama saya, ada sedikit yang sudah berhasil sesuai dengan takarannya menjadi jiwa yang murni. Berdasarkan parameter kuantitatif, Level of Consciousness (LoC) mereka adalah 500, minimal ada di dimensi 12. Yang ada dalam capaian tersebut hanya sedikit meskipun murid saya banyak sekali. Ada juga yang di dimensi 6 dengan LoC 300 sebagai orang baik, kadang bahagia kadang merana. Ada juga yang kelas arwah gentayangan dengan LoC 200. Belajar kemurnian, tapi kesambet terus, trauma tidak sembuh. Ada pula yang sudah belajar dengan saya, tapi masih jadi teman demit, ada di dimensi 1 dan 2. Tapi, saya memaklumi perjalanan setiap jiwa. Selayaknya, ini jangan dibiarkan, semua harus bertumbuh. Setidaknya yang semula ada di dimensi 1 bisa naik ke dimensi 4. Yang dimensi 4 bisa naik ke dimensi 6. Yang dimensi 6 ke dimensi 12. Ini pembelajaran yang benar, ada progress.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Surabaya, 17 September 2021
Reaksi Anda: