Sharing Pamomong, Mbak Ika
Yang banyak saya temui itu dan juga pastinya banyak dirasakan oleh teman-teman juga mengenai apa sih yang sebenarnya dicari? “Saya mau mencari kasih”. Bagaimana merasakan kasihNya? Saya menemukan teman-teman ini cenderung mencari sensasi yang sama, pengalaman yang sama ketika meditasi bersama seperti ini dengan Mas Guru.
Contohnya, teman-teman pasti ada, sekitar beberapa detik atau beberapa menit, merasakan ringan, damai, lega. Nah, ketika meditasi sendiri di rumah pasti ada instruksi, “Latihan merasakan aliran nafas sampai muncul rasa syukur, bahagia”.
Bahagianya itu dengan standar seperti yang dialami sekarang. Nyari terus “mana”. Jadi, seolah-olah sudah punya standar tertentu. Mendefinisikan hening yang dimaksud hening merasakan nafas itu ketika merasakan damai ketika meditasi bersama Mas Guru. Kalau tadi sudah nggak mabuk, nge-fly, nggak ingat apa-apa. Pengennya kalau di rumah juga merasakan sensasi seperti itu, ketika di kantor dengan istilah “topo ing rame” itu akan merasakan begitu terus, ada ekspektasi seperti itu. Nah, ketika ekspektasi itu tidak terwujud, “Nah, loh katanya gini, katanya gitu,” Mikir lagi, bingung lagi. Nah, bagaimana Mas Guru?
Jawaban SHD
Kalau dalam meditasi bersama seperti ini teman-teman itu mendapatkan fasilitas spesial dalam kondisi saya pribadi juga semakin bertumbuh. Maka, saya dimungkinkan untuk memberikan bantuan energi yang semakin besar. Situasinya teman-teman dimudahkan untuk bisa tenggelam di dalam keheningan yang semakin utuh. Secara faktual, bagi sebagian besar Anda, momen seperti itu menjadi momen surgawi. Buat sebagian orang lagi memang betul-betul sampai ke tataran nge-fly karena betul-betul diinstruksi oleh energi yang besar sampai pikiran kita juga kalah dengan energi itu. Yang biasanya pikirannya liar, langsung anteng. Nah, itu memang satu hal yang lumrah karena kebersamaan ini. Tetapi, tidak bisa dan tidak realistis kalau Anda mengharap pengalaman ini dengan mudah Anda dapatkan ketika Anda meditasi sendiri.
Kenapa kita mengadakan kajian? Ini seperti bengkel, saat sudah babak bundas, balik lagi ke sini, didandani, pulang lagi, jalan lagi, babak bundas lagi. Balik lagi kajian supaya nggak kelanjutan dosanya. Nah, dalam proses mendandani ini dibutuhkan energi yang sangat besar. Karena itulah kemudian kita bersyukur melalui keberadaan saya, energi besar ini bisa kita peroleh.
Nah, balik ke rumah, ke tempat masing-masing nanti Anda jangan mencari yang seperti ini, nggak akan ketemu. Ini mahal tiketnya argo khusus. Saat di rumah yang harus Anda lakukan adalah yang penting menikmati prosesnya, menikmati nafas, walaupun tidak sensasional seperti waktu meditasi bersama, nggak papa. Yang penting prosesnya benar dulu. Toh, nanti ketika itu Anda jalani dengan benar, hal yang ini juga bisa dialami sendiri. Karena kalau saya tidak menuntun meditasi seperti ini, nanti lebih parah, tidak ada proses mendandani yang kadung babak bundas tadi.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Jakarta, 17 Oktober 2021
Reaksi Anda: