Belajar spiritual bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi untuk betul-betul membuat diri kita mengalami penjernihan/purifikasi jiwa dan raga. Kembali menjadi murni atau terpurifikasi secara paripurna itu, faktor kuncinya adalah tingkat keterhubungan Anda dengan Sang Diri Sejati. Secara faktual, meski Anda sudah lama belajar meditasi, hanya sedikit yang betul-betul terhubung kepada Diri Sejati.
Ibaratnya ada Personal Computer (PC) dan server. PC adalah Anda dan server adalah Sang Diri Sejati. Untuk menghubungkan PC dan server itu harus ada kabel. Terhubung penuh itu ketika kabel tidak kusut, tidak ada faktor penghambat. Hanya jika kabel betul-betul mulus dalam ukuran yang memadahi, maka energi dari server bisa mengalir ke diri kita. Itulah yang disebut purifikasi.
Bagaimana cara agar kabel penghubung diri dengan Diri Sejati itu mulus?
Faktor yang mempengaruhi hanya ada dua, yakni Anda mempraktikkan teknik hening yang benar dan Anda benar-benar tekun mempraktikkan teknik yang benar. Anda tekun tetapi tekniknya salah, tidak akan memberikan hasil yang memadahi. Anda mengerti teknik yang benar tapi Anda tidak tekun, maka sama saja.
Banyak yang merasa terhubung kepada Diri Sejati, membayangkan bahwa kabel pada dirinya sudah betul-betul nyambung antara diri dan Diri Sejati. Tetapi, kebanyakan kabelnya itu kusut. Bahkan, ada kabel yang terblok karena ada kekuatan dark force yang menyusup sampai ke sanubari atau ke lapisan tubuh spirit sehingga yang mengalir adalah energi dark force. Ada pula kasus dark force sebagai faktor pembias. Diri Sejati berkata A, tapi dark force membiaskan sehingga sampai di pikiran kita menjadi C. Diri Sejati minta ke kanan, kita malah lari ke kiri. Inilah kondisi-kondisi yang terjadi sehingga di antara semua pembelajar, terkait dengan tingkat kejernihannya itu banyak yang belum lulus.
Kita akan membahas tingkat keterhubungan dengan Diri Sejati yang sudah bagus. Dari sekian banyak murid saya, hanya sedikit yang mengalami tingkat keterhubungan yang bagus. Misalnya, dengan menggunakan skala 0-10. Supaya Anda betul-betul bisa lulus dalam pelajaran ini, minimal tingkat keterhubungannya 5. Yang penting nyambung dulu, tidak terhalang oleh apa pun, meskipun tidak terlalu besar.
Rata-rata manusia mempunyai tingkat keterhubungan di bawah 0,5. Rata-rata murid saya mempunyai tingkat keterhubungan 1 dalam skala tersebut. Jika masih ada dalam skala 1, Anda tidak akan bisa betul-betul mengalami proses purifikasi yang tuntas. Anda harus terus naik.
Saya bersyukur melihat ada progress melalui pembelajaran kita yang mengembangkan metode kepamomongan. Yakni, pembelajaran kelompok yang dibimbing oleh teman-teman kepercayaan saya. Tingkat keterhubungannya mengalami peningkatan. Maka, harus dipastikan secara teknis dan detail kalau tingkat keterhubungan selalu meningkat.
Apa yang meningkatkan kualitas keterhubungan?
Teknik hening yang benar. Jangan berasumsi jika Anda menutup mata pasti sudah hening. Jangan menganggap hening saat diam. Ada yang hanyut merasakan sensasi-sensasi supranatural atau menjangkau dimensi yang berbeda. Karena salah paham, dianggap itulah pengalaman spiritual. Banyak yang terlihat khusyuk bermeditasi, tetapi tingkat keterhubungan dengan Diri Sejatinya rendah. Karena, malah sibuk dengan sensasinya. Maka dari itu, siapa pun juga harus dengan rendah hati menerima umpan balik. Walaupun Anda terlihat khusyuk ketika bermeditasi, tapi ketika diberitahu teknik hening Anda belum pas dan benar, karena tingkat keterhubungannya 1, akui dan terima supaya bisa diperbaiki.
Teknik hening yang benar adalah hanya merasakan penuh aliran napas, bukan spanneng mikirin napas. Betul-betul menikmati saat kita menghirup udara lewat hidung sampai kita menarik napas terasa aliran udaranya di dalam, dihembuskan kembali keluar lewat hidung. Yang membuat kita menikmati momen ini adalah ketika kita menikmati napas ini kita juga menyadari kasih dari Gusti. Fokus merasakan kasih dalam napas. Jangan melayang ke mana-mana, termasuk terjebak sensasi-sensasi supranatural. Fokus merasakan kasih itu saja. Kalau Anda konsisten merasakan kasih itu, lama-lama Anda akan nyambung dengan sumber kasih di pusat hati.
Jika teknik sudah benar, Anda menjalankan teknik yang benar dalam kuantitas yang memadahi. Sehari tidak hanya cukup 10-15 menit. Praktiknya di-expand menjadi berjam-jam, bahkan selama Anda melek.
Hening bukan hanya soal duduk. Kapan pun dan di mana pun, Anda rasakan betul aliran napas, sadari kasih murni, dan sadari keterhubungan dengan sumber kasih murni di dalam diri.
Sekali Anda meleset, mulai mengkhayal, pikiran liar berkecamuk, hal itu akan membuat celah, Anda membangkitkan kembali benih keangkaramurkaan yang merupakan bagian dari dualitas setiap manusia. Jika Anda bisa konsisten hening, maka benih angkara murka itu akan diciutkan, bahkan dibuat kopong, tidak bisa bertumbuh. Sebaliknya, yang terjadi adalah benih keilahian yang akan ke permukaan dan tumbuh membesar.
Kalau Anda membiarkan pikiran liar, Anda menumbuhkan benih keangkaramurkaan, maka benih keilahian mati. Jika Anda betul-betul hening, benih keilahian tumbuh, benih keangkaramurkaan mati. Anda harus memilih salah satu. Umumnya, mayoritas pembelajar spiritual belum betul-betul mengerti teknik hening yang benar. Ada yang sudah mengerti, tapi malas, tidak tekun mempraktikkannya.
Apa faktor yang membuat saya sampai pada titik pencerahan ini?
Ketika saya masih belum jernih, saya memiliki satu hal yang bisa menginspirasi orang lain. Saya sangat tekun dan sangat ulet, betul-betul berjuang keras untuk menemukan jalan yang terbaik dalam menemukan kesejatian diri.
Berspiritual itu bukan tentang banyak mendapatkan pengalaman supranatural. Jika ada yang kebanyakan masuk ke sana, abaikan saja. Jika tidak membuat Anda semakin jernih, maka abaikan. Fokusnya adalah merasakan kasih murni dalam napas di relung hati. Biarkan yang betul-betul terjadi adalah pemurnian jiwa. Jika dengan kemurnian jiwa itu Anda dibawa pada pengalaman yang meluas, maka itu lain soal. Jika sequence-nya dibalik, Anda akan jadi edan (gila), bukan tercerahkan. Anda hanyut dalam pengalaman-pengalaman metafisika yang tidak jelas sehingga Anda bingung sendiri. Lebih baik Anda beraktivitas, seperti macul, nyuci piring, nyapu, ngepel sehingga tidak ada waktu pikiran untuk menjadi liar.
Saya melihat pola anak muda yang punya bakat supranatural, belajar spiritual malah terjebak pada hal-hal yang menyusahkan. Lebih baik melakukan aktivitas, seperti bersepeda. Tidak perlu berpikir tentang pencerahan, kejauhan. Nikmati dulu dunia ini apa adanya. Tidak perlu berpikir yang neko-neko. Anak-anak muda yang belajar spiritual malah banyak yang terjebak. Bukan berarti tidak boleh belajar spiritual, jangan membuat Anda kehilangan pijakan dunia empirik. Jika tidak, itu namanya gila, bukan tercerahkan.
Jika ada yang punya kecenderungan pikiran melayang. Stop. Yang punya kendali adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Saya mau di sini, tetap dalam kesadaran penuh. Anda yang memutuskan. Anda harus melawan semua yang membuat Anda terbuai dengan segala pengalaman yang tidak konstruktif.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Yogyakarta, 25 September 2021
Reaksi Anda: