Skip to main content
BukuSetyo Hajar DewantoroSpiritualTantra Yoga

Memaklumi Dinamika Setiap Orang

16 February 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Setiap orang punya perjalanannya masing-masing, memiliki puzzle-puzzle yang harus dilampaui, punya tahapan-tahapan tertentu untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Saya pernah ada di fase sangat melekat dengan label. Jika tanpa menggunakan label tersebut, rasanya tidak marem atau merasa tidak ada di dalam jalan keselamatan. Selanjutnya, ada fase ketika saya melampaui keterikatan pada label, saya jatuh pada sentimen terhadap label. Itu menjadi hal yang lumrah. Ada fase kuping menjadi gatal ketika mendengar label tertentu karena di pikiran kita muncul banyak asumsi terkait itu semua.

Kita tidak berhenti bertumbuh. Sampai pada satu titik, saya dimudahkan untuk bisa menerima keberagaman, keberbedaan, dan hanya melihat kepada esensi. Jika kita berbicara tentang kebenaran spiritual, ini bisa diungkapkan dengan banyak kata dan bahasa yang berbeda-beda. Bagi setiap orang, ekspresi label bisa berbeda-beda. Ini punya korelasi dengan keadaan DNA-nya, dan potensi bawaan yang mengikuti perjalanan jiwanya di masa lalu. Berdasarkan ini semua, ada orang yang cenderung mengungkapkan ekspresinya dengan bahasa Jawa, Latin, Arab, dan lainnya. Pada satu titik tertentu, seyogyanya kita tidak menjadi sentimen terhadap segala bentuk ekspresi, tetapi tangkap niatan terluhur yang sedang berekspresi. Sikap kedewasaan ini membuat Anda bisa mengayomi banyak orang dengan kondisi dan kecenderungan yang berbeda-beda.

Tentu, saya pada saat ini berbeda dengan dua atau lima tahun lampau. Semua tidak lepas dari tumbuh-kembangnya kesadaran itu. Semakin kita bertemu dengan esensi kasih murni, kita akan semakin mudah menerima segala bentuk ekspresi, bahkan ketidaksempurnaan manusia. Manusia itu ada yang memang berbuat sesuatu dengan niat jahat. Biasanya saya sangat tegas menyikapinya. Namun, ada orang yang berbuat ketidaksempurnaan karena mampunya memang baru segitu, tanpa ada niatan jahat. Jika kita ada dalam posisi lebih kesadaran, seyogyanya bisa mengayomi semua orang yang sedang bertumbuh, mengasihi dengan murni, dan tanpa syarat. Jika memberi umpan balik, itu dalam konteks membantu siapa pun bertemu dengan sisi terbaik versinya, tanpa pemaksaan menjadi seperti yang kita mau. Hanya untuk sampai di titik itu pun tidak gampang.

Menemukan kebenaran bagi semua orang jalannya berbeda-beda. Bagi sebagian orang, bertemu kebenaran itu tidak mudah. Anda yang pernah saya beritahu sisi gelapnya, sebenarnya tidak ada niatan untuk menghakimi tanpa solusi. Anda yang masih memegang dogma, selama masih dipegang dan tanpa keberanian melampaui itu semua, sampai kapan pun tidak akan menemukan kebenaran sejati. Secara praktik, untuk melampaui itu semua tidak gampang karena sudah melekat hingga ke level DNA. Orang harus dibiarkan mengalami dinamikanya sendiri, tidak bisa dipaksakan seperti ukuran kita. Kita bisa cepat lulus mata kuliah, namun di sisi lain kita mengalami kelemahan. Ini tidak fair jika kita tidak memaklumi bahwa sebenarnya seseorang punya niatan baik, namun hanya butuh waktu yang ideal. Dalam posisi seperti ini, setiap orang harus dibiarkan dengan alurya sendiri.

Rancangan agung adalah bentuk idealnya. Namun, perjalanan menuju rancangan agung bisa benar-benar penuh dinamika. Kita yang menjadi pengayom bagi banyak orang harus memahami dinamika orang sampai ke titik terbaiknya. Ada yang cepat, ada yang lambat, tidak bisa dipaksakan. Untuk sampai ke titik kebijaksanaan ini tidak mudah.

Saya memaklumi dinamika setiap orang. Ada yang betul-betul sangat tulus, tetapi belum diberi kemudahan untuk memaklumi orang secara betul-betul lapang. Ekspresinya lebih banyak galak. Niatnya membuat orang yang digalaki itu akan cepat naik seperti yang dimau. Namun, ada pula yang sikapnya penuh dengan kelembutan. Kita harus mengerti dinamika jiwa setiap orang yang berbeda.

Apa pun juga kita harus mengerti yang namanya kasih murni tanpa syarat yang pada akhirnya mengayomi semua orang dengan segala tingkatan kesadarannya. Selama orang mau berproses, saya tidak pernah meng-kick-out orang tersebut. Namun, bukan berarti saya tidak pernah memecat murid.

Saya tanya dulu, “Masihkah punya trust kepada saya?”

Jika sudah merasa pintar dan tidak punya trust akan saya lepas. Tetapi, jika masih punya trust dengan saya, dengan segala jatuh-bangunnya pasti akan saya dukung.

Launching Buku Tantra Yoga Pengetahuan Suci tentang Diri, Tuhan, dan Jagat Raya
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Yogyakarta, 14 Februari 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda