Jika kita konsisten dalam keheningan, kita akan mengerti kasih murni. Kita bertindak tanpa kepentingan egoistik, sepenuhnya bertindak mengekspresikan kasih yang paling murni. Inilah kebajikan sejati yang menciptakan karma baik.
Pura-pura baik tidak akan menciptakan karma baik. Contoh Anda merampok uang rakyat, lalu menyumbang. Ini bukanlah kebajikan, tapi kamuflase karena tidak dilakukan dengan tulus. Itu dilakukan agar orang menganggap baik dan tidak melihat kejahatan yang sesungguhnya.
Kebajikan harus muncul dari hati yang murni. Itulah yang menciptakan karma baik. Mekanismenya, perbuatan itu mengejawantah menjadi cahaya yang menerangi tubuh karma kita. Dari hari ke hari orang yang konsisten melakukan kebaikan, tubuhnya akan diliputi cahaya yang semakin terang. Setiap perbuatan akan menggoreskan cahaya terang di tubuh halus sehingga akan menarik segala keselarasan dalam kehidupan. Inilah hukum Semesta.
Anda akan melihat orang yang konsisten dalam keheningan akan terus bertransformasi hingga menjadi realitas cahaya yang agung, walaupun masih memiliki tubuh fisik. Dia bebas dari dosa dari hari ke hari. Yang ada hanyalah kebajikan.
Untuk memahami karma baik dan karma buruk, jangan dihitung seperti bank manusia. Ini tentang realitas energi yang nyata. Setiap pikiran, perkataan, dan tindakan langsung terejawantahkan di dalam tubuh halus kita. Sesuatu yang selaras akan menjadi karma baik, sedangkan yang tidak selaras akan menjadi karma buruk. Keduanya akan mengundang realitas yang berbeda. Supaya Anda aman, berjuanglah untuk tidak berbuat dosa, konsistenlah berbuat kebajikan yang sesungguhnya.
Dalam situasi yang ekstrem seperti sekarang, pesan ini semakin urgen untuk kita mengerti. Jalan satu-satunya untuk selamat dari situasi ekstrem ini adalah kebebasan kita dari dosa. Jika Anda punya celah atau jejak karma buruk yang belum dibereskan, maka hal ini akan menarik situasi yang penuh penderitaan. Supaya selamat, pastikan Anda bisa membereskan jejak dosa. Silakan dihadapi penuh.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian “Menyembuhkan Luka Jiwa Menuai Bahagia”
Yogyakarta, 7 Agustus 2021
Reaksi Anda: