1. PRANAYAMA
Sadari aliran energi kehidupan di setiap tarikan dan hembusan nafas yang natural. Sadari kasih murni dari Tuhan di setiap tarikan dan hembusan nafas. Bersyukur dan bercita suka selalu. Pranayama adalah dasar dari pemurnian jiwa, fondasi dari pemutusan segala akar duka.
2. DHYANA
Kapanpun dimanapun hening selalu. Sadari nafas, sadari udara yang melingkupi diri dan menghidupi diri. Sadari setiap gerak. Sadari bahwa di ujung tarikan nafas ada tahta Hyang Atman (Diri Sejati). Sadari bahwa Brahman (Tuhan) selalu meliputi dengan kuasa dan kasih murniNya.
3. SAMADHI
Resapi, hayati sepenuhnya, momen saat ini dan di sini. Tenggelam penuh menikmati anugrah yang nyata saat ini. Sepenuhnya bisa mengelola pikiran, pikiran tak lagi liar, tidak terjebak dalam masa lalu dan masa depan.
4. SADHANA
Hidup berkesadaran sepanjang waktu, selalu peka lalu setia dan patuh sepenuhnya kepada tuntunan agung dari Hyang Atman, yang mengejawantahkan kehendak Brahman. Hidup selalu dalam kasih murni, karena selalu hening maka energi kasih murni selalu mengalir sempurna dari relung hati, melandasi setiap gerak pikir, kata-kata dan tindakan.
5. YOGA
Menyadari sepenuhnya kesatuan mikrokosmos, makrokosmos dan mahakosmos. Selalu sadar diri ini tak pernah terpisahkan dari jagad raya: manusia dihidupi oleh air, tanah, udara, api, bumi, bulan, matahari dan bintang. Sadari juga bahwa kita selalu menyatu dengan Sang Sumber dan seluruh energi/kesadaran yang mengejawantahkan keindahan dan keagunganNya.
6. MANTRA
Berkata-katalah dalam kesadaran. Ucapkan kata yang indah, agung, konstruktif. Sadari kekuatan kata yang mengubah realitas. Biarkah kata-kata yang muncul sepenuhnya dilandasi kasih dan kebijaksanaan Tuhan yang mengalir dari relung hati.
7. YANTRA
Sadar ruang, sadar pada geometri sakral dan formasi energi yang ada di balik jagad raya ini. Menyatu selalu dengan tumbuhan, hutan, gunung, sungai, danau, lautan. Muliakan semuanya, pancarkan kasih murni pada semua keberadaan.
Catatan: Moksa bukanlah “tidak lahir kembali atau ngilang selamanya”, bukan juga ” Mati dengan badannya sirna tanpa dibakar dan dikubur”. Moksa itu bebas dari roda samsara, sepenuhnya bebas dari akar penderitaan, bisa mengalami hidup surgawi di Bumi.
Reaksi Anda: