
Dalam refleksi diri berjudul ‘Balada LoC 2’ dalam buku ‘Matahari Kesadaran’ karya Setyo Hajar Dewantoro (SHD), saya menggambarkan perjalanan belajar tentang kehidupan melalui ‘Spiritual Murni SHD’ seperti anak kecil yang baru masuk sekolah. Seperti anak balita yang bertemu teman baru, seragam baru, aktivitas baru, alat bermain baru, tempat bermain baru, dan seterusnya – yang semua serba baru. Seperti individu dengan ‘Beginner’s Mind’ yang sibuk mengeksplorasi dengan netral, tanpa bias dan distorsi cocoklogi. Menikmati apa yang dihadirkan di depan mata dan menjalankan proses belajar sesuai arahan. Dengan modal Beginner’s Mind, proses mengosongkan gelas menjadi lebih hemat waktu dan minim drama. Contohnya, walaupun saya pernah menjadi instruktur yoga pranayama dan sering icip meditasi ini-itu, tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dalam teknik meditasi/hening pemurnian jiwa, yang sebenarnya jauh lebih simpel dan tidak banyak aturan fisik.
Childlike adalah kepribadian yang memiliki kualitas terbaik dari anak-anak, seperti halnya beginner’s mind atau dalam filosofi Zen disebut Shoshin.
Contohnya perilaku yang umum seperti straight forward, bicara apa adanya. Selalu siap untuk belajar, selalu semangat untuk diajarkan, selalu siap untuk menjelajahi apa pun yang ditemukan dengan penuh ketakjuban. Selalu memperhatikan dunia yang baru dikenalnya dengan keterbukaan (openness), kerendahan hati, rasa ingin tahu yang tinggi tanpa agenda tersembunyi (genuine curiosity), tanpa membawa asumsi dan prasangka. Hanya ada ketulusan dan kerendahan hati untuk mengenal hal baru.
Sementara Childish adalah manusia dewasa yang memilih untuk bersikap tidak dewasa, sehingga seperti anak-anak yang belum beranjak dewasa. Sikap yang mencerminkan ketidakmatangan emosi pada masa kanak-kanak. Misalnya, mudah tantrum apabila yang diinginkan tidak didapatkan, ngambek ketika kemauannya tidak dipenuhi, emosi yang tidak stabil, sulit untuk bertanggung jawab, selalu ingin diperhatikan, selalu menyalahkan orang lain atau keadaan, mudah baper, dan seterusnya.
Dengan menjadi ahli dalam ‘Bermeditasi/Hening Pemurnian Jiwa’, idealnya akan meningkatkan ‘Kecerdasan Emosi’ sehingga tidak mungkin mencetak individu dengan karakter childish. Sementara untuk belajar ilmu kehidupan dalam spiritual murni, dan berlatih meditasi/hening pemurnian jiwa, mutlak membutuhkan sikap childlike dan beginner’s mind.
Jadi, mana yang harus dilakukan terlebih dahulu?
Spiritual Murni SHD mengajarkan untuk secara paralel ‘Membangun Habit’ merevolusi sikap yang dapat diidentifikasi sebagai gejala childish, dan sekaligus menjernihkan akar penyebab perilaku childish dengan tekun bermeditasi/hening pemurnian jiwa. Keduanya harus berjalan bersama, karena saling berkaitan dan saling memberikan dampak, baik bagi perbaikan sikap maupun peningkatan kejernihan lapisan kesadaran.
Sikap childish yang disebabkan oleh ‘Sisi Gelap (shadows)’ membutuhkan ketegasan pada diri sendiri untuk secara aktif merevolusi sikap dengan memilih sikap yang tepat. Bersamaan dengan itu, meditasi/ hening pemurnian jiwa akan pembersihan sisi gelap (shadows) yang menyebabkan munculnya dorongan impulsif bawah sadar untuk bersikap kekanak-kanakan (childish).
Kedua langkah ini akan mentransformasi childish menjadi childlike, merevolusi sikap kekanak-kanakan menjadi individu yang memiliki kedewasaan emosi.
Praktik mindfulness dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa, akan membangun keahlian dalam mengelola respons atau reaksi. Memberi jeda dengan bermeditasi/hening sebelum memberikan respons dan bereaksi dengan kekanak-kanakan (childish). Memahami bahwa tidak semua hal perlu direspons dengan impulsif dengan memberi jeda bermeditasi/hening. Memahami bahwa dengan memilih sikap childlike, maka meditasi/hening pemurnian jiwa akan membuat diri menjadi rileks (calmness). Sehingga menurunkan hormon stres dan meningkatkan kualitas fungsi otak, serta mampu menghasilkan keputusan yang bijaksana. Memberi jeda dengan bermeditasi/hening agar tidak hanyut dalam overthinking yang memantik kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan. Secara holistik, memilih sikap childlike untuk selalu sadar penuh (stay present), akan keseimbangan dan kesehatan mental diri, serta kesehatan fisik yang lebih permanen.
Mari cek dulu ke dalam diri, apakah masih ada sikap kekanak-kanakan (childish) pada dirimu? Apakah dirimu sudah mampu berkarakter childlike dalam belajar Spiritual Murni SHD atau masih penuh dengan distorsi bias dan agenda tersembunyi?
“The first step toward a conscious positive change is humility.” ~ Pure Spirituality
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
16 Juli 2025
Reaksi Anda: