
Dalam proses belajar ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’, konsistensi latihan dengan cara yang tepat, lebih penting ketimbang mengejar jumlah yang banyak tetapi hanya dilakukan seperti disiplin robotik. Konsistensi adalah salah satu Core Value ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’ dengan komponen yang lumayan banyak, seperti kemauan berkomitmen, kemauan berdisiplin, mau menjadi tangguh, dan mau berintegritas.
Manusia memang sejak kecil dididik untuk melakukan rutinitas dan menjalankan disiplin ala robot untuk menggugurkan kewajiban. Dilakukan untuk memenuhi kuota jumlah dan agar memenuhi standar kepatuhan (compliance) secara visual sehingga tidak terkena sanksi serta hukuman. Ancaman akan hukuman menjadi alat paling tokcer untuk membangun kepatuhan atas dasar rasa takut, sehingga disiplin robotik yang menimbulkan banyak efek samping psikologis, mental dan fisik, menjadi siklus kenormalan dalam hidup manusia.
Dalam membangun kesadaran yang jernih, konsistensi latihan ‘Bermeditasi/Hening Penjernihan Diri’ merupakan bentuk deliberate practice, bukan disiplin robotiks.
Konsistensi latihan adalah proses pembiasaan dan ‘Pembangunan Disiplin’. Dalam bahasa neurosains, membangun disiplin yang sehat akan meningkatkan neuroplastisitas sebagai respons pengalaman yang berulang, dan menata kembali jalur neuron atau bahasa trend-nya adalah rewire. Melalui deliberate practice, yang dibangun adalah disiplin berbasis kesadaran, disiplin yang disertai dengan kejernihan mental, emosi dan kesadaran sehingga mampu secara konsisten berlatih dengan motivasi yang positif dan menyehatkan.
Deliberate practice adalah proses internalisasi yang dilakukan dengan cara yang tepat, dengan sadar penuh, dengan intensi yang tepat, dengan kesungguhan dan passion. Konsistensi berlatih dengan kesadaran sebagai rutinitas yang seharusnya merupakan kebutuhan dan gaya hidup, sehingga menjadi prioritas yang tidak mungkin dilewatkan satu detik pun.
Kebutuhan untuk menjadi sadar penuh yang sama besarnya dengan kebutuhan akan nafas yang memberikan energi hidup bagi manusia.
Latihan meditasi/hening di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’, memang bukan kegiatan yang hanya dilakukan demi menggugurkan kewajiban yang robotik, atau demi mematuhi syarat pendampingan agar ada yang ditulis dalam jurnal. Latihan ‘meditasi/hening penjernihan diri‘ yang dilakukan dengan mode robotik tidak akan memberi dampak pada pertumbuhan kesadaran melalui proses bebersih ‘sisi gelap (shadows/darkside)’.

Proses internalisasi dalam proses belajar ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’ melibatkan pola berpikir (mindset), gerak berpikir (thinking skill), dan ruang kesadaran (consciousness) yang idealnya serba jernih. Maka, harus secara konsisten dilatih dengan cara yang terstruktur dan sistematis supaya tidak nyasar belok ke sana kemari sesuka hati. Teknik yang sudah diajarkan dengan sangat mendetail dan spesifik, mutlak perlu dipraktikkan dalam standar versi ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’ agar berjalan paralel dengan membuka dan menjernihkan kesadaran. Kekeliruan teknik dalam berlatih, tentu akan berdampak pada pola berpikir yang bias oleh ilusi ciptaan sendiri, teori cocoklogi yang tidak konsisten, dan nyasar salah server.
Deliberate practice dalam pengertian umum secara spesifik merupakan gambaran dari ‘kerja keras’, yaitu latihan yang mendalam dan terstruktur, dengan bimbingan yang jelas dan memiliki parameter evaluasi.
Dalam Seni Hidup Berkesadaran SHD, deliberate practice ini punya tujuan amat sangat spesifik, yaitu untuk meningkatkan kejernihan kesadaran yang berkelanjutan seumur hidup, tidak hanya terjadi sesaat untuk durasi waktu tertentu saja. Jadi, memang tidak ada tempat buat zona nyaman leyeh-leyeh apabila ingin membangun kesadaran yang jernih dengan autentik dan permanen.
Deliberate practice untuk menjadi manusia yang hidup berkesadaran tidak hanya tentang teknik meditasi/hening yang memadai saja, tidak hanya jumlah meditasi yang bisa diungkapkan dalam jurnal saja. Deliberate practice yang dimaksud mencakup ‘Ujian Praktik’ yang bisa ditemukan di keseharian selama melek, tidak tidur, tidak pingsan dan belum mati.
Melatih teknik meditasi/hening adalah satu fase panjang yang perlu dilengkapi dengan cara aplikasi ketika melek dan berinteraksi ketika menjalankan peran kehidupan.
Deliberate practice termasuk bagaimana aplikasi yang jujur ketika tersenggol ego-nya, ketika tercolek traumanya, ketika terkoyak luka jiwanya, ketika terungkap inner child-nya, ketika terlepas topeng pencitraannya, ketika terbongkar intensi egoistiknya, dan seterusnya. Deliberate practice meliputi setiap situasi dalam kehidupan yang disikapi dengan laku meditasi/hening dengan teknik yang tepat dan terukur kualitasnya.
Sisi gelap (shadows/darkside) yang tercolek oleh ‘triggering event’, akan mendorong seseorang berpikir dan bertingkah laku seperti rekaman bawah sadar tersebut. Ketika tersenggol, maka seseorang akan memproyeksikan rekam jejak yang tidak disadari tersimpan dalam lapisan kesadaran terdalam terhadap situasi tidak menyenangkan yang dihadapinya. Sisi gelap seperti trauma, luka jiwa, innerchild, konsep ilusif, angkara murka, yang tercolek, akan memantik rekaman bawah sadar naik ke permukaan. Inilah yang disebut dengan invisible force bawah sadar yang mempengaruhi dan menguasai pola berpikir dan kesadaran. Inilah yang harus disikapi dengan tepat agar tidak kembali dalam ‘Siklus Ruminasi’, repress dan suppress.
Tanpa sebuah ruang kesadaran yang jernih, maka manusia kesulitan untuk menyadari bahwa triggering event adalah kesempatan emas membereskan luka dan trauma.
Tanpa disertai kesadaran untuk bermeditasi/hening penjernihan diri, maka yang akan terjadi adalah siklus ruminasi yang merajut bom waktu repress dan suppress setiap rekam jejak ke lapisan kesadaran.
Seseorang yang tidak mampu mendeteksi sigelnya sendiri, maka belum bisa dikatakan sebagai individu yang berkesadaran walaupun secara konsisten mendapatkan angka Level of Consciousness (LoC) tinggi hasil ‘boosting energy’. Dalam kamus Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, seseorang yang belum mampu membuktikan kesepadanan angka dengan perilaku yang stabil dan konsisten, maka belum bisa dinyatakan hidup berkesadaran, karena belum mampu SADAR akan sisi gelap (sigel) sendiri. Hanyut dalam angka evaluasi hasil boosting yang belum termateriel dalam pola pikir dan perilaku, merupakan bentuk ketidaksadaran itu sendiri.
Melalui deliberate practice, seseorang akan menjadi lebih peka terhadap gejala ‘sisi gelapnya sendiri’, sehingga akan lebih mudah melangkah dalam ‘proses bersih-bersih (purifikasi)’.
Saya pun pernah berada dalam fase kesulitan mendeteksi sisi gelap yang ada pada diri, sehingga saya mengerti betapa sulitnya mendeteksi bentuk konkret gejala sigel di keseharian apabila tidak disertai kerendahan hati dan kemauan untuk konsisten deliberate practice. Saya mengerti bahwa berlatih dengan kesungguhan membutuhkan dedikasi tinggi untuk secara konsisten meneliti diri, sehingga mengerti setiap proses merangkak naik ke tangga kesadaran yang lebih tinggi.
Bagaimana denganmu? Coba berefleksi, latihanmu apakah sudah berupa deliberate practice atau masih menggugurkan kewajiban? Sudah bisakah mendeteksi gejala sisi gelap dan tidak terjebak dalam respons berulang yang tidak menyembuhkan atau siklus ruminasi?
“Be conscious, gain inner clarity and holistic wellbeing impact.” ~ the Art of Conscious Living
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 Desember 2025
Reaksi Anda:












