
Apa sih gunanya belajar di Persaudaraan Matahari? Apa yang didapatkan? Ini perlu dibahas dan perlu juga cerita pengalaman otentik dari yang menjalani.
Dari sisi saya tentu ada harapan para pembelajar mengalami KEMAJUAN & PERUBAHAN YANG REVOLUSIONER, menjadi versi terbaik diri. Tapi harapan tak selalu menjadi kenyataan: ada pembelajar yang berhasil, ada pula yang belum berhasil.
Saya memberi contoh nyata, laku hening membuat saya jadi pribadi baru, dengan deskripsi berikut:
- Konsisten bahagia meski hidup tak selalu landai kadang ada badai; terbukti bahwa bebas dari roda samsara itu mungkin dialami di Bumi ini.
- Diraihnya keselamatan jiwa raga sebagai realisasi dari hukum sebab akibat atau hukum tabur tuai: apa yang ditarik dalam hidup ini sesuai dengan keadaan medan energi diri.
- Peningkatan yang nyata pada semua aspek kecerdasan: IQ, SQ, EQ, AQ dan lainnya.
- Terbangkitkannya beragam bakat mulai dari bakat seni hingga bakat bisnis.
- Badan menjadi jauh lebih sehat dan segar.
- Banyak bisa melahirkan mahakarya yang berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan.
- Luruhnya segala sisi gelap, yang menjadi dasar pencapaian berbagai fenomena yang populer dalam dunia spiritual: kebangkitan kundalini, merkaba, metatron, dan lainnya.
- Penyelarasan pada orang-orang di sekitar.
- Menjadi semakin patriotik dengan sumbangsih yang makin nyata bagi negara dan dunia.
Bagaimana dengan Anda? Saya harap Anda juga bertumbuh, tidak justru berkubang dalam watak buruk: licik dan manipulatif, egoistik dan menjadikan uang sebagai hal terpenting dalam hidup, senang menjahati orang tapi selalu mencitrakan diri sebagai korban, mengkhianati hingga tega memfitnah orang yang menyayangi Anda – membalas susu dengan air tuba, dan lainnya.
Yuk, cerita transformasi diri Anda ….
Setyo Hajar Dewantoro
Guru Kehidupan
21 Agustus 2025
Udah buktikan sendiri kalau belajar meditasi di Persaudaraan Matahari bersama SHD bikin hidup nggak ruwet dan sudah jarang sakit lagi, nggak kayak dulu yang sampai di-opname.
Belajar meditasi di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari bikin hidup jadi lebih bermanfaat bukan untukku saja, tapi bagi lingkungan sekitar juga. Yang dulunya nggak pernah ke sawah jadi dipercaya merawat sawah… Terima kasih.
Teringat dulu sebelum bergabung di Persaudaraan Matahari.
Beberapa bulan sebelumnya saya mencari audio meditasi di Spotify karena waktu itu sedang stres-stresnya. Menurut netizen, meditasi bisa bikin rileks — maka, mari kita coba. Waktu itu di pertengahan plandemic, pikiran saya super ruwet karena bisnis terjun payung; harus menutup pabrik dan harus memberhentikan banyak sekali karyawan. Berbagai emosi selalu muncul; ambisi memperbaiki keadaan, merasa bersalah, ketakutan, sulit berpasrah, dan lain-lain. Mantap, pokoknya. Secara fisik, saya nggak sehat sama sekali; setiap hari insomnia dan migrain, tiap bulan masuk IGD untuk suntik vitamin, rambut rontok banget, tipes tiap tahun, maag dan backpain tiap hari, dan mengidap tumor. Padahal umur saya masih awal 30 tahun loh, ckck. Singkat cerita, saya pun ketemu audio meditasi dari Mahadaya Institute (sebelum menjadi Persaudaraan Matahari), rasanya syahduuu, senang sekali… tapi sayangnya, akun Spotify dari Mahadaya Institute menghilang, haha.
Beberapa bulan kemudian, waktu itu saya menemani teman saya melarung abu bapaknya di laut, lalu jadi berefleksi (kegiatan yang jarang banget saya lakukan saking nggak dekatnya ke diri sendiri) bahwa masa sih hidupku tuh cuma sekadar numpang lahir lalu mati, pengen rasanya hidup lebih bermakna. Walau waktu itu sudah mendirikan bisnis, berkarya di beberapa bidang, terlibat di pemberdayaan masyarakat — hidup rasanya masih saja hampa. Mungkin hanya dua hari berselang sejak hari itu, tiba-tiba saya diajak teman untuk ikut kajian Mas Guru di Jogja. Oh! Ini ya jawaban si “doa”ku waktu itu?
Jujur, shock sih waktu pertama kali ikut kepamomongan dan mulai intensif belajar meditasi.
Ekspektasi: rileks dan nyaman sesuai keinginan.
Realita: semua kenangan/luka lama itu muncul lagi. Pedih, hahaha.
Seiring berjalannya waktu, baru paham bahwa untuk mencapai hidup bermakna artinya karakter, emosi, karma dan tubuh fisik harus diperbaiki/dibersihkan menjadi lebih selaras, berarti sisi gelap (sigel) harus dibereskan agar nggak ada lagi bias, konsep, persepsi, dan lain-lain. Dan untuk itu, perlu proses bersih-bersih yang dilakukan dalam kondisi yang meditatif.
Lalu, bagaimana hidup selama belajar di Persaudaraan Matahari?
* Dulu minimal 1 tahun sekali di-opname karena tipes, dan bersyukur sejak 2022 udah nggak pernah masuk RS lagi.
* Karena stres berkurang banget, maag, encok, migrain jadi berangsur-angsur sembuh.
* Dulu tidurnya bisa sekitar pukul 4-6 pagi, sekarang bisa tidur pukul 12 malam dan bisa bangun pagi.
* Dulu tiap 2-3 bulan sekali kudu traveling yang jauh saking mau escape dari daily life, saking stresnya (dan saking daily life isinya penuh pencitraan/kepalsuan/ambisi, dan lain-lain). Sekarang udah minim urgensi untuk traveling, kecuali buat kerja.
* Karena hal-hal di atas, pengeluaran untuk opname di RS dan traveling pun sudah nggak ada, haha.
* Ada kemampuan yang mulai ter-unlock di diri saya, salah satu yang paling mengagetkan adalah menari. Haha. Karena jujur, saya punya mental block (rendah diri) soal menari sejak kecil.
* Hidup (dan kepala) rasanya lebih ringan; lebih banyak bersyukur, rasa menyalahkan diri berkurang, lebih minim prasangka, lebih belajar untuk tidak kemrungsung dan memaksakan dirinya, bisa lebih berendah hati dan nggak keras kepala, bisa lebih jujur terbuka – terutama ke diri sendiri, lebih bisa menerima/memaklumi bila hal-hal terjadi tidak sesuai idealisme/keinginan/harapan, dan belajar untuk tidak melulu berorientasi pada hasil, tetapi menikmati setiap proses. Masih terus belajar, biar hidup jauh lebih ringan lagi.
* Hidup jelas lebih bermakna. Melalui Persaudaraan Matahari dan lembaga-lembaga SHD, setiap hari rasanya ada aja pembelajaran baru. Ada aja hal-hal yang bikin hidup tuh seru (walaupun pada prosesnya, beberapa kali sempat mengeluh sih, haha), dan seringkali bersyukur bahwa yang dikerjakan saat ini bisa berdampak selaras pada diri sendiri, orang lain, dan Ibu Bumi. Terimakasih sekali diikutsertakan dan diberi kesempatan yang one in a million ini.
Oh iya, walau secara ekonomi memang menurun, ah tapi nggak ada sih yang bisa menggantikan kesempatan ini. Lalu, bisa jadi lebih sehat, lebih tidak stres, lifestyle lebih baik, hidup lebih ringan — inilah keberlimpahan yang lebih penting.
Terima kasih kesempatannya.
Sejak ikut Mas Guru, baru tahu diri kita tuh tidak baik-baik saja. Banyak ilusi dogma, sifat-sifat buruk, luka dari masa lalu, yang mesti dibereskan. Setelahnya juga dari Mas Guru kita belajar dan berlatih membangkitkan potensi-potensi, kemampuan bernalar dan berbicara. Jadi, bukan cuma meditasi tok, terus semua jadi bisa dan selesai.
Terima kasih Mas Guru.
Terima kasih Guru, perubahan nyata yang saya rasakan di tingkat fisik adalah saya menjadi lebih berdaya. Dulu menyapu di lantai bawah aja udah ngos-ngosan, sekarang tiap hari nyapu atas bawah santai. Dulu mudah sekali reaktif ke-trigger dikit aja tersinggung, sekarang ada yang men-trigger, eh saya bisa tersungging dulu baru bereaksi perlahan.
Kepedulian juga makin meluas walau belum signifikan. Dulu peduli di sekitar diri saja, sekarang melebar dan memanjang ke tetangga. Pikiran-pikiran ruwet ngayal ngelamun perlahan dikikis. Terus melatih diri.
Banyak yang saya rasakan otentik sebagai hasil belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari ini. Meski masih semi kuntet, tapi transformasi itu nyata adanya. Ilusi-ilusi yang terlucuti membuat hidup menjadi jauh lebih merdeka. Cara pandang tentang hidup dan semua yang sudah dijalani seperti direset ulang. Masih jauh dari selesai, tapi itu saja sudah membuat hidup menjadi lebih ringan. Gembolan luka batin sudah jauh berkurang, bahkan beberapa sudah mampu saya syukuri dengan kesadaran, bahwa itulah anugerah yang menjadi jalan saya menemukan jalan ini. Mungkin jauh dari terlihat ideal seperti standar manusia pada umumnya, termasuk idealitas saya dulu. Tetapi, secara makna dan cara menjalaninya jauh lebih jejeg, membumi bahwa hidup bukan hanya soal memburu eksistensi dengan pencapaian “sukses” ala manusia biasa yang sejatinya kopong itu dan ujung-ujungnya mati – tanpa pernah merasakan damai dan bahagia yang sejati itu.
Proses kalibrasinya tentu tidak mudah, tapi ini jalan yang saya pilih dan saya jalani dengan segala tantangannya, karena hasilnya sungguh nyata.
Matur nuwun Mas Guru, Mbak Ay dan Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari ini..
Belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari membuat saya berkurang bapernya, dan udah nggak grogi kalau berkumpul dengan orang-orang. Juga menemukan makna hidup. Dulu sebelum masuk Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari tahunya hidup nyaman, atau mencari pemenuhan hasrat egoistik. Namun, setelah masuk Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari dan Perkumpulan Pusaka Indonesia, jadi sadar bahwa siapa pun kita, apa pun profesi kita, bisa lho berkontribusi untuk bangsa, dimulai dari hal kecil (bantu berkebun, ikut acara seni budaya, memilah sampah). Tentu ini membuat hidup kita bermakna selain cari uang, senang-senang. Juga dari Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari (ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro) mengajak kita nggak cuma merem meditasi, tapi juga beraksi lakukan yang terbaik, mengasah talenta, tak peduli usia berapa, sekarang. Mas Guru dan Mbak Ay sudah memberi teladan dan contoh nyata.
Setelah belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, saya jadi lebih mengenal diri. Diajarin untuk lebih self awareness dan dibukakan kitab besar bernama diri sehingga bisa terbongkar tentang banyaknya perilaku berbasis sisi gelap. Misalnya:
– Cemen. Cenderung menghindari konflik. Maunya cari aman. Nggak kuat menghadapi pressure.
– Tidak komunikatif. Kebiasaan berpuluh tahun yang sudah kadung berakar. Kalau dulu waktu kecil takut dimarahin ortu.
– Rendah diri. Efek luka batin yang membuat saya sering mengkerdilkan diri. Haus pengakuan dan validasi dari luar alias caper/cari perhatian.
Tentunya pemahaman ini jadi pijakan untuk saya bisa memperbaiki diri ketika perilaku-perilaku ini muncul dalam keseharian. Setiap hari, belajar jadi manusia baru.
Hasil belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari yang saya sadari dan saya rasakan benar-benar nyata adanya penyelarasan pada orang-orang di sekitar, terutama pada pasangan saya atau istri saya yang sebelumnya suka marah-marah dan tidak suka saya belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari. Menurutnya, kalau di rumah tahunya hanya meditasi aja, nggak mau tahu yang lain, hahaha. Dan, sekarang sudah mulai menerima dan memaklumi saya karena saya sudah mulai mengerti bahwa meditasi bukan hanya duduk sila dan merem, lalu tidak peduli sama yang lain. Meditasi melatih saya peka terhadap apa yang terjadi di dalam diri saya dan apa yang terjadi di luar diri saya atau di sekitar saya.
Menghaturkan buanyak terima kasih saya mengalami perbaikan di semua aspek (positif) kehidupan walaupun baru sejengkal (skala berjengkal-jengkal). Terus berlatih dan berjuang memperbaiki diri.
Rahayu Mas Guru, yang menjadi teladan kami semua. Kurang lebih 7 tahun belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari. Ibarat lahir kembali, saya rayakan dengan sukacita.
Tentu banyak perubahan diri dalam kehidupan saat ini. Saya merasakan semakin berdaya dan mencintai Ibu Bumi. Walau merasakan nyata badan sehat bahagia, semakin terkendali emosi, namun takkan berhenti laku hening, takkan lekas berpuas diri.
Saya niatkan maju terus, lebih SERIUS.
Yang jelas emosi lebih terkontrol, Guru. Tidak gampang menyalahkan pihak luar, lebih ke introspeksi dulu ke dalam diri, dan sekarang lebih ke berusaha netral dulu kalau ada berita atau segala macam cerita, tentunya lebih bahagia dibanding dulu.
Kalau dulu boro-boro emosian, sering menyalahkan pihak luar kalau ada apa-apa, terus kalau ada cerita-cerita gmpang terpukau/percaya, makanya boro-boro mau bahagia dulu.
Terima kasih, Guru dan Tim Persaudaraan Matahari semua.
Belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari membuat hidup lebih energik, lebih sehat, cakrawala pandang tentang kehidupan lebih luas, spaneng pikiran berkurang, dan tentunya hidup lebih asyik meski tantangan tetap ada… Makasih, Mas Guru…
Sebelum gabung di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari jadi miss galau dan drama queen, sekarang lebih mudah bersuka cita, mudah tersenyum, galaunya juga berkurang. Makin produktif dan nggak suka males-malesan. Bisa bikin konten macem-macem, nulis dengan topik macem-macem, lebih sabar juga menghadapi dinamika yang lucu-lucu. Terus juga berkurang habit destruktif menyakiti diri sendiri, baik melalui kebiasaan tidak sehat maupun pikiran-pikiran mengkerdilkan. Lebih mudah melihat sisi indahnya hidup, nggak kayak dulu yang nyinyir dan bitter memandang kehidupan. Terima kasih, Guru 🙏
Surprise banget, nggak nyangka kalau sekarang ini saya bisa jadi petani yang bahagia, yang dulu sama sekali nggak pernah terpikirkan sedikit pun.
Ini semua berkat gemblengan di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari.
Saya bisa keluar dari keterpurukan sifat yang ketakutan, stres, ingin cepat kabur dari masalah, selalu menyalahkan orang lain.
Suksma Guru, Moms Ay untuk didikan yang luar biasa ini.
Kalau saya lebih bahagia dan terasa lebih enteng saja hati ini, karena dapat bersyukur selalu. Pengendalian emosionalnya juga lebih bagus. Terima kasih, Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari.
Setelah jadi pembelajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari yang beneran terasa terjadi perubahan pada diri saya adalah munculnya kesadaran bahwa saya selama ini sering tidak bersyukur, dulu sukanya mengeluh terus akan hidup, nggak pernah nyaman, hati ini senantiasa bergejolak, protes nggak jelas akan hidup yang saya jalani. Di sekolah ini saya jadi tahu makna hidup, saya jadi tahu bagaimana bersyukur. Bahkan, untuk mensyukuri napas yang ada saja saya baru tahu di sini, dan transformasi yang betul-betul saya rasakan adalah ketika saya bisa menerima kesahajaan hidup saya sekarang (meski saya sadar belum total) dengan tidak lagi mengeluhkannya, namun lebih ke penerimaan bahwa ini bagian dari pertanggung jawaban saya atas laku-laku saya yang tidak selaras selama ini.
Terimakasih Mas Guru, Mbak Ay.
Perjalanan di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari adalah sebuah laku spiritual yang menuntut keheningan dan kesungguhan. Ini bukan sekadar mencari pengetahuan, tetapi sebuah transformasi total untuk mencapai keselamatan jiwa raga di dunia ini.
Inti pembelajarannya adalah kesadaran penuh bahwa hidup mengikuti Hukum Sebab-Akibat yang mutlak. Medan energi kitalah yang menarik segala sesuatu yang terjadi. Dengan membersihkan medan energi itu melalui laku hening, kita bukan hanya meraih kebahagiaan sejati yang tak tergoyahkan oleh badai duniawi, tetapi juga membangkitkan segala potensi terpendam (IQ, SQ, EQ, AQ, bakat, dan kreatifitas) untuk melahirkan mahakarya yang menyejahterakan.
Transformasi tertingginya adalah meluruhkan sisi gelap diri—sifat licik, egois, manipulatif, dan suka mengkhianati. Inilah ujian sebenarnya. Jika kita justru berkubang dalam watak buruk itu, maka kita telah menyia-nyiakan susu kebaikan dan membalasnya dengan air tuba. Sebaliknya, kesuksesan spiritual murni terlihat dari penyelarasan dengan sesama, rasa patriotik, dan sumbangsih nyata bagi dunia.
Sudah sejauh manakah laku kita membersihkan medan energi diri? Apakah kita menuju terang atau justru menyuburkan kegelapan?
Dalam belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari masih tahap icip-icip paling tidak bisa pengendalian diri dari ego, rasa malas, iri dengki, marah dan penerimaan dengan ketulusan dari karma-karma kehidupan ini.
Maturnuwun Guru SHD telah memberikan limpahan kasih murninya kepada kita dalam kehidupan ini dengan diberikan tempat/wadah di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari untuk bertransformasi menjadi versi terbaik diri sesuai Rancangan Agungnya.
Belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari sejak November 2019.
Perubahan hidup lebih banyak pada cara menghadapi tantangan mulai berkurang dramanya dan melihat suatu tantangan dengan view yg lebih luas dan tepat. Tidak mudah sih untuk bisa tetap konsisten, setidaknya selalu ada pengingat melalui pembelajaran teman-teman dan para pembimbing, beda kalau tidak berada di sini pasti bablas lagi, nggak karuan.
Terkait kesibukan di sini justru semakin sibuk, terutama saat semakin terlibat dalam lembaga-lembaga di bawah Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, padahal semula pengen lebih santai dari kesibukan di lembaga berbasis religi sebelumnya. Bedanya di sini saya digembleng untuk bisa memunculkan potensi terbaik dan dimunculkan juga rasa nasionalisme yang selama ini selalu saya sikapi dengan apatis.
Pembelajaran melalui kebiasaan bersyukur dalam hening meski secara perekonomian saat ini masih sama saja dengan sebelumnya, tetapi bersyukur karena saat pasrah dan berefleksi ternyata sebenarnya selalu ada jalan terkait apa yang menjadi kebutuhan melalui banyak cara (bukan tujuan utama anggap sebagai bonus saja). Selama ini tidak pernah diperhatikan, tahunya kurang dan kurang…
Atmosfer relasi antarteman di sini juga jauh lebih menyenangkan, sehingga rasa persaudaraan yang saya rasakan sangat berbeda dari yang pernah saya jalani sebelumnya. Saya belajar menerima perbedaan dengan pemakluman. Dulu, saya sulit menerima perbedaan dan cenderung bersikeras dengan pendapat sendiri.
Dan, masih banyak pembelajaran yang sangat berarti, dan dari semua itu yang paling penting adalah di sini saya diajarkan untuk mengalami kasih Gusti yang bisa memperbaiki keblangsakan hidup saya sebelumnya, bukan sekadar mengimani sebagai sosok yang terpisah entah di mana.
Saya melihat hidup dengan cara yang berbeda. Kalau dulu yang paling penting adalah diri saya, dan mendapatkan apa yang saya mau, hidup enak dan santai. Kini saya lebih paham apa makna hidup ini. Saya bisa lebih menyadari hidup saat ini di sini, bisa mulai lebih banyak bersyukur, bisa lebih menyadari sisi gelap saya dan berjuang untuk membereskan semua sisi gelap yang ada pada diri saya. Tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari adalah penyelamat hidup saya di Bumi ini.
Ikut belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari saya jadi bisa merasakan bahagia sejati, bahagia yang muncul dari dalam meski belum konsisten, tapi lebih sering bisa merasakan yang tiba-tiba hati terasa damai bahagia padahal tidak mendapatkan lotre atau apa pun itu, dulu sebelum masuk Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari bahagianya karena karep egonya keturutan, dulu pegang banyak uang tapi lebih sering kemrungsung-nya, sekarang meski dalam penyelarasan kepemilikan materi, tapi bisa merasakan rasa syukur yang mendalam. Meluruhkan ego dan mengosek gembolan bermacam sisi gelap tetap terus diperjuangkan dengan berupaya bisa lebih tekun hening/meditasi ala Spiritual Murni SHD karena jiwa butuh keselamatan.
Manfaat belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari itu life hack banget sih:
- Bahagianya semakin sering. Ada alarm ketika mulai mengeluh, nggresulo, untuk balik lagi ke bersyukur menikmati anugerah yang nyata.
- Semakin jarang sakit kepala, sakit lutut berangsur-angsur sembuh.
- Hubungan dengan orangtua semakin cair; dulu gedhek banget penuh luka batin, sekarang bisa active listening sama mereka, amazing banget.
- Diajari diskusi aktif, memberi dan menerima masukan tanpa memaksakan apa pun.
- Semakin berdaya dan sibuk dengan karya, seiring dengan semakin terbukanya pengetahuan dan talenta yang dorman.
- Mendapatkan pembelajaran kepemimpinan, baik teori maupun praktik dalam durasi yang sangat panjang.
- Pikiran semakin enteng, seiring terlepasnya ilusi dan karma buruk.
- Mendapatkan teladan nyata dari Guru dan Pembimbing secara langsung, intensif, dari hari ke hari.
- Diajak untuk berbakti kepada masyarakat, negara, Ibu Bumi, dengan memberikan kemampuan terbaik yang saya miliki sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah hidup ini.
- Evaluasi pembelajarannya terukur, dapat dipahami, presisi, sehingga mempermudah saya dalam memperbaiki pembelajaran.
Manfaat perubahan lebih baik saya sesudah berjatah dapat anugerah belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahar
– Sebagai emak-emak pada umumnya, dulu itu, saya hobi banget membanding-bandingkan diri dengan emak-emak lain (yang waktu itu, saya kira) lebih bahagia.
Contoh, “Wah ibu A itu enak lho, bentar-bentar jalan-jalan ke mana-mana”. “Wah, enak banget, ibu B, di rumahnya ada mbak yang bantu-bantu”. “Aduh, ibu C mah pake perhiasan, bajunya mahal, wajahnya perawatan.”
Jadi dampaknya, hati saya itu selalu meronta-ronta mengejar (apa yang saya kira sebagai kebahagiaan). Heee. Haduh Gusti, semerananya batin aku waktu belum ditolong ajaran Romo.
– Setelah ikut ajaran Romo, dididik tiada bosan sama Romo, Kak Ay, Leader, lah, saya kaget.
Ternyata hati saya, batin saya, jiwa saya kok bisa merasakan bahagia (atau mungkin tingkatannya masih di level senang?) hanya dengan hal-hal sederhana, yang sebelum kenal ajaran Romo SHD, saya tidak menyadari hal-hal yang dianggap receh tersebut dapat mendatangkan rasa tentram, rasa bahagia, di hati saya.
Misalnya, saat ngobrol bareng anak-anak, apalagi saat nyuapin anak saya yang bungsu.
Saat nanem-nanem pohon, siram-siram, memungut daun kering buat pupuk alami, bahkan kegiatan tersebut itu bikin saya betah banget, sampe di pikiran itu, “Duh. Ini surga saya indah banget. Nyaman banget. Terima kasih, Gusti”.
-Kalau dulu, masa-masa jahiliah sebelum kenal ajaran Romo, kalau ibu-ibu lain cerita, “Wah, saya abis jalan-jalan ke sini, ke sana.”
Saya itu langsung tantrum, protes, iri, sibuk menuntut dan membanding-bandingkan, pengen seperti ibu-ibu itu. Sekarang, setelah sedikit banyak menemukan, merasakan kebahagiaan dari dalam hati saya, kalau ibu-ibu lain pada komen, “Si ibu gimana sih, liburan kok nggak ke mana-mana? Jalan-jalan dong!”.
Lah, saya malah bingung.
Saya, mereka sarankan untuk apruk-aprukan itu, memang buat cari apa?
Lah wong di hati saya sudah sering merasakan rasa bahagia, senang.
Yah, kalau memang pas berjatah sama Semesta di perjalanan, yah tetap senang, menikmati, tapi bukan dalam rangka haus mengejar kesenangan.
Karena di dalam hati saya sendiri saja, sudah sering saya merasakan anugerah perasaan senang.
Saya sadar, saya masih sangat jauh dari tujuan agung pendidikan ajaran Romo.
Tapi, ajaran agung Romo SHD inilah yang sudah menolong, menyelamatkan saya dari titik penderitaan di zaman dahulu.
Maturnuwun sanget Romo, Kak Ay, Leader.
Maturnuwun, Semesta.
Hidup saya di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari jauh lebih baik, saya jadi kenal diri sendiri. Dulu, hal yang saya anggap biasa, ternyata itu adalah sigel (sisi gelap). Misal waktu kerja, saya ambisi pengen punya ini itu. Di dunia manusia normal, dianggap biasa.
Secara materi, saya memang nggak punya materi seperti waktu kerja. Tapi, saya nggak pernah nyesel pensiun dini dari kerjaan. Saya ngerasa justru sudah diselamatkan, karena kalau saya terus kerja kantoran, maka ego saya makin tebal, saya makin sombong karena karier bagus, duit banyak tapi saya merasa hampa.
Di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, talenta saya bermunculan. Talenta yang saya bahkan nggak tahu. Di Lembaga SHD saya bantu tim keuangan dan tim ilustrator. Hal yang sangat nggak mungkin muncul kalau saya masih kerja. Nggak akan mungkin saya bisa dan mau belajar bikin konten, atau bersama tim bikin ilustrasi buku.
Cuma di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, hidup saya jadi bermakna. Nggak kaleng-kaleng slogan Hening, Beraksi, dan Mencipta Mahakarya.
Kalau kemudian ada yang kecewa dan merasa hidupnya makin blangsak, itu urusannya sendiri. Kenapa mesti nyalahin orang lain atas kesialan diri sendiri. Di sini selalu diberi kesempatan untuk bertumbuh, diberi wahana untuk bekerja. Sebagai mantan HR, saya nggak akan menerima kerja orang yang nggak punya skill, tapi suka nuntut lebih. Mana ada sih di luar Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari yang mau terima orang-orang kerja tanpa skill?
Belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari buat saya adalah titik balik kehidupan hal yang mengubah seluruh kehidupan yang tadinya merasa kosong terombang-ambing oleh pikiran dan perasaan sendiri, serta kebingungan terhadap nilai-nilai di masyarakat yang terkadang ambigu dan membingungkan kini setelah belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari banyak masalah-masalah kehidupan terkait dengan Tuhan dan dunia, yang selama ini menjadi misteri buat saya.
Misal, pertanyaan tentang Tuhan atau Tuhan itu ada di luar atau di dalam diri atau tentang surga–neraka atau tentang istilah-istilah, seperti moksa, sastrajendra, dan lain-lain yang hal-hal mana kemudian pengetahuan itu menjadi pondasi dasar pemikiran atau semacam petunjuk di dalam praktik kehidupan sehari-hari. Transformasi yang saya alami, selain dalam pemikiran (mindset) yang sekarang memiliki orientasi hidup yang benar.
Bisa melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih besar lebih utuh tak lagi melihat gelas setengah kosong, tetapi setengah isi. Memahami bahwa semua yang terjadi itu selalu sesuai dengan Hukum Semesta yang adil
Perubahan dalam sikap adalah sekarang lebih bersyukur tidak lagi keras pada diri dan orang lain tak lagi menuntut orang lain menjadi seperti yang saya inginkan, lebih bisa menerima dan memaklumi.
Yang menggembirakan belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari adalah adanya harapan bisa mengubah nasib dan temukan bahagia sejati, yaitu dengan memperbaiki medan energi diri dengan meluruhkan sisi gelap jiwa, yaitu ego dan angkara murka, luka batin, dan jejak dosa, serta jeratan kuasa gelap.
Dan, pelan-pelan hidup menjadi lebih tertata, pikiran tak lagi ruwet, tak lagi grusa-grusu, ambisi, reaktif. Sekarang akal sehat mulai digunakan.
Terima kasih Guru, Mbak Ay.
Untuk saat ini yang paling saya rasakan adalah saya menikmati menjadi penjual nasi goreng yang otentik. Dulu sangat malu karena nggak keren, nggak di kantoran pakai kemeja dan dasi, juga duduk di ruang AC. Namun semenjak belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, saya memahami bahwa pekerjaan apa pun bila dilakukan dengan ketulusan akan membawa sesuatu yang saya rindukan selama ini: kebahagian yang sesungguhnya.
Perubahan konstruktif yang saya alami sejak belajar di Persaudaraan Matahari, di antaranya:
- Menjadi produktif berkarya alias sibuk dalam hal yang positif/membangun.
- Semangat dan kemauan belajar semakin tinggi karena tiap hari rasanya selalu ada yang dipelajari – nggak ada yang stuck di sini dalam hal materi pembelajaran.
- Tubuh terasa makin sehat dan bugar.
- Karakter diri jadi lebih baik. Contoh, dulu penuh obsesi dan ambisi ketika menginginkan sesuatu, sekarang jadi mengerti kalau itu hal buruk dan terus belajar menerima dan berendah hati, tidak memaksakan hasil, mengutamakan kualitas proses.
- Mengerti cara self love yang tepat untuk diri sendiri. Dulu yang diutamakan adalah pencapaian – bagaimana orang lain melihat diri ini; sekarang ya bagaimana diri ini memelihara kesehatan, baik jiwa maupun raga – meditasi Seni Hidup SHD.
- Kemampuan leadership dan manajerial, terutama untuk diri sendiri, jadi lebih baik.
- Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi mengalami perbaikan.
- Bisa merasakan bahagia sejati (meski belum bisa sekonsisten itu, tapi secara nyata sedang menuju konsisten – bahagia yang benar-benar dari dalam diri, bahagianya tidak hanya datang dari pantikan luar diri saja).
Siap bertumbuh terus.. Terima kasih, Persaudaraan Matahari 🙌
Manfaat belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari
- Tubuh dan pikiran lebih rileks dan nyaman. Dulu pikiran saya kenceng muternya nggak mau diam. Ini yang sering membuat sering susah tidur, kecemasan yang tanpa sebab muncul. Kesedihan dan kepedihan yang muncul juga sewaktu-waktu, bahkan tiap hari. Ini berpengaruh pada tubuh juga. Sering sakit-sakitan dan berdampak pada bentuk wajah juga, karena sering tegangnya wajahnya terlihat spaneng dan sedih. Saat ini dengan belajar mindfulness hidup lebih enteng. Tidur sangat mudah malah kebablasan pas meditasi formal. Dulu sebelum tidur pikiran muter-muter ke mana-mana sampai capek baru tertidur. Kalau nggak capek, ya nggak tidur.
- Tingkat pemahaman dan konsentrasi saya meningkat. Ini dampak juga ketika pikiran nggak keluyuran. Saat mendengarkan orang lain atau materi pembelajaran bisa fokus dan bisa memahami dengan utuh.
- Meski belum beres juga tapi sifat baperan jauh berkurang, terutama dengan pasangan.
- Sikap pasangan juga saya rasakan ikut berubah ke arah yang lebih baik. Ngambekkannya jauh berkurang.
- Ilusi-ilusi baik atas nama agama, budaya ataupun norma sudah banyak lebur. Saat ini berpikir kok saya setolol itu ya dulu. Gampang aja dikibulin.
- Banyak perbuatan-perbuatan kebaikan yang saya lakukan nothing to lose. Dulu melakukan hal itu ada sungkan, pakewuh, bahkan takut. Saat ini los doll
Mental, emosi, dan fisik lebih sehat
Bahagia
Lebih pintar
Jadi punya mahakarya
Banyak keajaiban di luar nalar
Kok talenta jadi banyak
Sisi gelap bersih
Banyak yang ikutan jadi selaras
Yang paling ajaib : jadi patriotik
Terima kasih, Mas Guru Setyo Hajar Dewantoro. Hasil lima bulan sejak bergabung di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari adalah lebih bisa membawa diri, sabar, belajar mengendalikan ego, menyikapi segala sesuatu dengan bersyukur, hidup jadi lebih adem, tidak ruwet, dan yang pasti sudah tidak terpenjara lagi oleh ilusi dogma karena Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari sejalan dengan akal sehat dan logika.
Di sini saya belajar hidup. Di sini saya menyadari bahwa saya bahkan belum jujur sama diri sendiri. Saya belajar menyadari pola hidup, kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang destruktif. Menyadari bahwa sepanjang hidup saya dipenuhi ambisi-ambisi dan tidak mensyukuri apa yang saya miliki. Di Perkumpulan Pusaka Indonesia saya belajar nulis lagi karena diceburin oleh Teh Nenden Fathiastuti sebagai anggota tim media. Padahal dulu sudah pernah merasa bahwa saya nggak akan nulis lagi karena nggak ada gunanya, karena landasannya banyak kekecewaan di masa lalu. Tapi, di sini saya merasa hidup saya ternyata ada gunanya dan kegiatan di tim media sangat menyenangkan – kami belajar menulis dengan kesadaran. Setelah belajar dua tahun, memang saya tidak tiba-tiba bertransformasi kayak disulap. Tapi, saya menyadari adanya perbaikan yang terjadi secara pelan-pelan. Dan, itu membuat saya semangat. Saya pasti bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan berdaya. Terima kasih, Mas Guru SHD dan Ibu Guru Ay karena sudah menyediakan wadah buat kami berkarya dan melatih ketulusan.
Perubahan selama belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari yang paling nampol adalah menyadari kalau saya ini orang yang keras kepala dan ngeyelan. Maunya sikap orang lain harus sesuai ekspektasi saya, sering nuntut keluar diri. Sekarang belajar berendah hati, melihat ke dalam, ternyata semua ketidakbahagiaan yang saya rasakan karena sisi gelap saya yang sombong dan banyak luka batinnya. Pelan-pelan mau diberesin lewat laku hening. Dan, saya mempunyai kesimpulan kalau orang yang waras adalah yang selalu melihat ke dalam diri, membereskan sisi gelap dirinya sendiri. Saat kita malah nuntut keluar diri, ke orang lain atau tidak menerima keadaan dan malah sibuk cari pembenaran ini–itu, seperti minta validasi atau caper, berati sedang tidak waras (kesadaran turun).
Wah banyak sekali yang didapat, Guru. Meski belajar bertahun-tahun belum berhasil stabil LoC, tapi ada perubahan yang saya rasakan:
- Lebih menyadari keadaan diri sendiri, tidak hanya keadaan fisik, tapi bahkan gerak pikir dan perasaan. Takjub juga sih sama pikiran ini kok ya bisa keluyuran ke sana ke mari. Di sekolah inilah saya baru paham, ternyata kita bisa mengendalikan pikiran kita sendiri.
- Bisa berjarak dengan emosi. Karna niteni – jika terjadi A, maka saya akan merasa B, jadi sekarang jika ada tanda-tanda kemunculan A saya mencoba menyiapkan diri agar tak hanyut dalam emosi.
- Dulu selalu bawa stok t***k ang** dan p*n*dol di tas, langganan migrain sampai mual dan kunang-kunang, bahkan seharian tidak bisa ngapa-ngapain, sekarang sudah tidak lagi, ganti dengan stok download-an audio meditasi.
- Lebih berdaya, tidak menyangka bisa melakukan hal-hal yang bagi saya dulu tidak mungkin, pergi ke tempat-tempat yang semula tidak pernah saya bayangkan dan bertemu dengan orang-orang hebat, teman-teman seperjalanan seperjuangan yang tidak akan pernah ditemui di organisasi lain yang saya tahu selama ini.
- Kalibrasi keberlimpahan. Kalau dulu pelit dan perhitungan, jadi spaneng sendiri. Sekarang bersyukur dengan apa yang diperoleh dan selalu pas. Pas ada, pas harus dialirkan. Pas butuh, pas ada. Terima kasih sekali, Gusti.
- Dulu pernah ingin mati saja. Sekarang merayakan hidup dengan berkontribusi melakukan apa yg saya bisa bagi kehidupan di sekitar saya, dan rasanya jauh lebih bahagia daripada memikirkan diri sendiri.
Siap terus belajar dan memperbaiki diri. Terima kasih, Guru dan Mbak Ay.
Perubahan yang saya alami selama belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari :
– Semakin memahami tujuan hidup dan mengerti cara untuk menjadi versi terbaik diri. Memahami bahwa segala kesulitan yang dihadapi saat ini adalah cerminan dari kondisi diri yang masih jauh dari Rancangan Agung. Tidak lagi banyak mengeluh dan berkhayal, tapi fokus memperbaiki diri.
– Logika dan akal sehat semakin terasah, seiring dengan mulai belajar melepas ilusi, melihat segala sesuatu secara lebih utuh. Hal ini juga berdampak pada keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah di tempat kerja jadi meningkat.
– Menjalani hidup rumah tangga yang lebih harmonis, karena mulai belajar memperbaiki diri sendiri. Mengikis perilaku negatif yang dilandasi egoisme dan watak angkara, dibarengi dengan membangun perilaku positif yang dilandasi ketulusan, sehingga hal ini berdampak pada perubahan dalam diri pasangan dan anak-anak.
Banyak sekali perubahan pada diri saya. Saya bergabung di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari Mei 2021.
Sebelum mengenal Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, dan saat saya masih bekerja – saya sering sakit-sakitan. Sejak SMP sampai purna tugas Juni 2025 saya memakai kacamata, sekarang sudah lepas,dan tidak memakai kacamata lagi. Sakit maag saya juga sudah sembuh, dan sudah tidak pilih-pilih makanan lagi, dulu kalau makan makanan yang mengandung bumbu masak, kepala langsung pusing, sekarang sudah tidak lagi, dan bisa menikmati aneka makanan. Dulu tidak suka masak, sekarang bisa masak meski masakan sederhana saja, ada kemajuan dari sebelumnya.
Lebih self aware, kalau dulu saat masih bekerja lupa waktu dan sering lembur, pulang malam, dianggap hal biasa. Sekarang sudah belajar mengatur waktu, dan belajar peka pada diri sendiri kalau badan terasa tidak enak, diusahakan untuk segera medfor meski masih banyak bolong-bolongnya dan juga kualitas hening yang masih rendah alias masih spaneng, terus belajar bersyukur dan memperbaiki perilaku supaya lebih selaras, berdampak lebih baik pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari adalah sekolah kehidupan sebuah wadah pembelajaran yang sangat relate bagi diri saya bagaimana mampu niteni faktor-faktor yang menjadi penghambat proses kehidupan bahagia. Dengan ajaran sekaligus laku yang dicontohkan Guru belum sepenuhnya bisa saya terapkan dan alami, tetapi dalam kurun dua tahun belajar di sini saya cukup bisa menghadapi gejolak dinamika kehidupan, segala upaya yang terkesan baik pun bisa diluruskan dengan belajar untuk tulus tidak ditopang dengan keinginan ego. Ilusi yang selama ini menempel perlahan memudar dari kekusutan pencarian Tuhan yang esensi keberadaanNya, meliputi segala yang ada bukan sebuah sosok yang menempati ruang dan waktu, yang memiliki hanya satu tempat yang suci, hanya satu utusan yang dianggap layak, dan sebagainya. Dengan laku ini juga lebih hati-hati dalam berpikir, berucap, dan bertindak, supaya tidak menambah karma buruk. Terima kasih, Guru dan Ibu Pamomong.
Banyak banget perubahan setelah belajar di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari :
- Jadi pribadi yang mau bertanggung jawab, kalau dulu senengnya kabur-kaburan.
- Lebih bisa niteni diri sendiri.
- Jarang sakit, kalau dulu sering banget.
- Lebih ada mau upaya untuk berjuang, kalau dulu pengennya diem tapi dapet manfaat.
- Akhir-akhir ini lagi semangat untuk mau belajar, memahami sesuatu. Kalau dulu jelas orangnya nggak mau belajar.
Dan lain-lain.
Siap terus belajar, memperbaiki diri, bertumbuh.
Reaksi Anda: