Saya pernah terperangkap penderitaan. Saya menderita saat kehidupan berjalan tak seperti yang saya mau: saat bisnis gagal, saat cari uang benar-benar susah, saat hubungan dengan pasangan penuh dengan kerikil penghalang. Saat saya meraih apa yang saya maupun, senangnya cuma sesaat. Tak lama kemudian bosan, penderitaan datang lagi. Saya juga pernah merasakan hidup ini tidak asyik karena terasakan hidup ini hambar, begitu-begitu saja; saya sama sekali tak mengerti apa makna hidup yang paling Agung. Terlebih saat hidup dijerat hutang, cicilan tak terbayar dan debt collector mulai mengejar, hidup jelas seperti neraka.
Lalu jalan hening mengubah segalanya, meski prosesnya tak mudah, berliku-liku dalam waktu yang panjang. Pada fase belajar, saya berkenalan dengan banyak metode meditasi, mulai dari yang harus mengosongkan pikiran, konsentrasi pada satu objek, fokus ke mata ketiga di tengah kening, memperhatikan ujung hidung, hingga metode “ngetutke hambegan” alias memperhatikan, merasakan dan menikmati nafas yang natural. Metode yang terakhir ini saya pelajari cukup intensif dari seseorang yang dulu pernah saya anggap sebagai guru sekaligus mitra dalam bekerja, menulis buku dan menggelar workshop meditasi. Dan inilah metode yang paling masuk akal buat saya. Tapi meski metodenya cocok, saya putuskan melepaskan diri karena saya tak kunjung menjadi versi terbaik diri saya. Ada faktor X yang membuat hasil nggak keren meski metode sudah benar.
Mulai 2016 saya menjalani laku hening dan mandiri. Saya berterima kasih kepada mantan guru saya dengan cara yang saya bisa. Saya mulai semuanya dari nol dengan tantangan yang tak mudah – termasuk sakit metafisik yang bisa berujung pada kematian. Tapi terbukti pilihan saya benar. Anda boleh percaya atau tidak, saya bisa menelusuri Level of Consciousness saya di masa lalu: saat memutuskan mandiri di penghujung 2015 LoC saya 50. Setahun sebelumnya LoC 20. Di 2008 sebelum belajar macam-macam malah LoC 100. Sekarang LoC saya salah satu yang tertinggi di dunia, saya telah menemukan hidup surgawi, sementara mantan guru saya stabil di level rendah karena sebenarnya dia tak sungguh-sungguh menjalankan metode hening untuk memurnikan jiwa.
Pelajaran pentingnya: teori sebagus apapun, ngomong sekeren apapun, tiada berguna dalam pemurnian jiwa jika tak dipraktikkan dengan tulus, tekun dan sungguh-sungguh.
Periode 2016-2018 adalah periode yang tak mudah bagi saya karena hanya bergerak meniti jalan spiritual ini mengikuti suara hati yang saya juga tak tahu benar atau salah. Tak ada yang bisa mengevaluasi dan memberi umpan balik yang presisi. Meski saya sempat bertemu beberapa praktisi spiritual yang baik hati, nasihatnya tak benar-benar masuk akal buat saya, tetap saya berspekulasi dengan langkah saya. Tapi hasil tak pernah menghianati proses. Perjuangan yang penuh totalitas membuahkan hasil yang indah di 2019 dan tahun-tahun setelahnya. Secara kognitif, pengetahuan saya tentang spiritualitas bertambah banyak hingga sekitar 3000%. Saya jadi tahu dengan detail berbagai tradisi agung spiritualitas di dunia. Buktinya adalah sejak 2017 saya sudah menghasilkan 13 buku yang sangat serius dan keren tentang beragam tema dan tradisi spiritual. Secara realitas jiwa, jelas saya bisa melebur dengan nyata segala sisi gelap diri, jiwa kembali kepada realitas cahaya yang murni, dan menjadikan tubuh ini kembali sebagai kuil suci.
Saya tak sungkan mengklaim saya telah mencapai pencerahan spiritual. Tak ada basa basi. Tak penting orang mau percaya atau tidak. Toh memang tak ada lembaga negara yang bertanggung jawab soal sertifikasi dan akreditasi soal kualitas hening dan tingkat pencerahan. Ini benar-benar ranah semesta, birokrasi manusia tak berlaku, yang berani membuat pengakuan palsu pasti kualat. Silakan dicoba kalau berani. Yang pasti sejak saya bilang tercerahkan di 2019 saya malah makin tercerahkan, makin melesat dalam perkara pencerahan spiritual, hidupnya makin surgawi, dan terus bertumbuh karena saya tak pernah berhenti mempraktikkan hening yang benar. Lebih dari itu saya telah mengembangkan sistem pembelajaran dan evaluasi spiritual yang paling canggih di dunia, dengan hasil yang bisa diverifikasi oleh para peneliti yang jujur.
Apakah hidup saya beneran surgawi? Sekarang belum seberapa sih. Meski sudah banyak yang iri saat menyaksikan perubahan nasib saya dalam 10 tahun terakhir, 6 bulan – 1 tahun ke depan akan jauh lebih keren lagi. Apalagi 5 tahun lagi. Tapi saya bisa tegaskan, saya sudah puas dengan apa yang saya capai dan jika harus mati sekarang saya pasti menghadapinya dengan sukacita.
Reaksi Anda: