Hening berarti sadar penuh. Hening dipraktikkan dengan memperhatikan, merasakan, menikmati dan menyadari nafas yang natural – menyadari keterhubungan dengan Sumber Kasih Murni di relung hati. Kesadaran terhubung dengan keberadaan di relung hati yang disebut juga sebagai Diri Sejati/Dewa Ruci/Hingsun/Roh Kudus, niscaya membawa pada pemurnian jiwa.
Semakin dalam seseorang meresapi hening dan menyadari keterhubungan dengan Sang Diri Sejati, semakin efektif proses pemurnian jiwa yang terjadi. Pemurnian terjadi saat energi kasih murni atau energi Ilahi yang bersumber pada kekosongan absolut yang meliputi segalanya, memancar dari relung hati dan menyebar ke semua bagian diri. Energi kasih murni itu mengejawantah sebagai air suci Ilahi yang menyembuhkan luka jiwa dan menyirnakan watak angkara. Ia mengejawantah sebagai cahaya suci Ilahi yang melebur segala ilusi pikiran, menjadi api suci Ilahi yang membakar segala jejak dosa, dan meluruhkan kuasa kegelapan agar tubuh kembali menjadi kuil suci.
Berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil observasi pada banyak praktisi hening, bisa dimengerti bahwa ketuntasan dalam pemurnian jiwa sungguh-sungguh bergantung pada kualitas hening yang terus meningkat dan semakin lama juga durasi heningnya.
Keadaan ini adalah buah latihan yang tekun, penuh kesungguhan, dan juga penuh ketulusan. Saya telah memberikan panduan yang detail di Channel Youtube Setyo Hajar Dewantoro dan Persaudaraan Matahari. Setiap kebutuhan pemberesan sisi gelap diri ada panduannya, tinggal diikuti.
Mengapa banyak orang terlihat bermeditasi atau bergaya hening tapi tidak mengalami pemurnian jiwa – luka jiwanya tak sembuh, watak angkara terap dominan, ilusi tetap tebal, dosa tetap banyak dan tubuh terjajah kuasa kegelapan? Jawabannya jelas, karena meskipu terlihat meditasi/hening belum tentu meditasi/hening betulan. Banyak yang bersila dan memejamkan mata tapi pikirannya liar, tak sedikit yang sibuk dengan afirmasi egoistiknya, atau hanyut dengan sensasi atau penglihatan dari mata ketiganya, atau malah trance alias kesurupan. Banyak yang memulai dengan rileks, tapi belok jadi hanyut dengan petualangan memasuki banyak portal dimensi lain dengan mata ketiga. Banyak juga yang sejak awal memaksakan konsentrasi pikiran atau mengosongkan pikiran. Dan nyata, tak ada yang mengalami purifikasi jiwa jika praktik meditasinya malah banyak gaya termasuk malah menganalisis nafas dan mengatur-ngatur nafas.
Pemurnian hanya terjadi pada yang memulai semuanya dengan rileks, menikmati momen, menikmati nafas, lalu menyadari penuh pancaran energi kasih murni dari relung hati.
Hening baik secara formal – tidak mengerjakan kegiatan lain kecuali laku hening dengan duduk, berbaring atau dengan gerakan; maupun hening secara informal sembari melakukan kegiatan keseharian, yang dijalankan secara konsisten pastilah berbuah pemberesan segala sisi gelap di dalam diri.
Ngomong-ngomong, mengapa saya sering bicara soal pemurnian jiwa? Mengapa saya menganggap ini penting? Jelas meditasi atau hening bukan pekerjaan iseng, bukan kegiatan mengisi waktu bagi para penganggur. Ini adalah kegiatan super penting bagi setiap manusia karena tujuan utama dan agung kelahiran manusia di Bumi hanya bisa dicapai lewat hening/laku meditasi sepanjang waktu. Hening yang membawa manusia terhubung pada Diri Sejati hingga mengalami pemurnian jiwa, adalah jalan satu-satunya agar manusia mengalami transformasi menuju kesempurnaan diri, meraih hidup surgawi, dan mengalami God Realization (realisasi kualitas ketuhanan /penumbuhan benih ketuhanan di dalam diri).
Maka saya memiliki metode untuk menilai kualitas hening dan mengukur dampaknya pada pemurnian jiwa. Sebagai guru spiritual saya harus bisa mengevaluasi para pembelajar pada aspek proses dan hasil dari upaya hening. Saya juga menjelaskan bahwa tingkat ketuntasan dalam pemurnian jiwalah yang menentukan tingkat kesadaran spiritual setiap manusia. Tingkat kesadaran spiritual manusia mengindikasikan tingkat keberhasilan dalam perjalanan spiritual dan evolusi jiwa. Ini sepenuhnya tergantung pada sejauh mana setiap manusia bisa membereskan luka jiwa, watak angkara, ilusi, jejak dosa dan jeratan kuasa kegelapan, di seluruh lapisan tubuh yang membungkus jiwa, meliputi: tubuh fisik, tubuh prana, tubuh astral, tubuh eterik, tubuh cahaya dan tubuh spirit. Selain itu juga di seluruh lapisan kesadaran: conscious mind, subconscious mind, unconscious mind.
Jadi mengetahui level kesadaran manusia bukan perkara sederhana, ini sesuatu yang kompleks. Manusia yang berkesadaran tinggi tak ditentukan dari perbuatan yang dilihat baik secara permukaan, tidak identik dengan hidup yang terasa baik-baik saja, tidak linier dengan kepandaian bercerita mengenai konsep spiritual, dan tak ada juga kaitannya dengan kemampuan supranatural seperti menerawang warna BH seseorang dan menemukan dompet hilang.
Lewat perjalanan panjang, saya dianugerahi kemampuan mengajarkan metode hening yang efektif bagi pemurnian jiwa sekaligus dianugerahi kemampuan mengevaluasi proses dan hasil laku hening secara presisi dan terperinci. Saya sungguh-sungguh bisa menuntun siapapun pada pencerahan spiritual karena saya telah mengalaminya, mengerti bagaimana cara mencapainya, dan ahli dalam mengajarkan cara itu. Saya persembahkan kemampuan ini bagi Indonesia dan dunia. Saya berikan secara totalitas bagi siapapun yang punya trust pada saya dan mau berendah hati untuk belajar dalam bimbingan saya. Tapi jelas saya menutup pintu bagi manusia yang terlalu tolol sehingga tak bisa melihat kejeniusan pada diri saya malah sibuk berprasangka buruk, membenci dan memfitnah saya.
Reaksi Anda: