Skip to main content
Pijar Kesadaran

Hening: Latihan Bersyukur yang Memurnikan Jiwa

16 August 2023 Persaudaraan Matahari No Comments

Bisakah Anda merasakan kasih murni di dalam setiap tarikan dan embusan nafas? Bisakah Anda sadar atau mengerti bahwa saat ini dan di sini, apa pun yang pernah Anda perbuat, semuanya dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Esa? Sadarkah Anda selalu dilimpahi anugerah yang nyata, yaitu anugerah hidup oleh Tuhan yang Maha Esa. Bisakah Anda merasakan kasih Tuhan di mana pun berada?

Adakah di antara Anda ada yang tidak bisa merasakan kasih murni dari Tuhan untuk kita? Kalau belum bisa, rasakan lagi nafas yang natural, rasakan energi hidup di dalam nafas itu, dan biarlah tumbuh pengertian yang natural juga bahwa Anda sedang dikasihi oleh Tuhan. 

Sadari bahwa nafas adalah anugerah, dan anugerah merupakan wujud kasih Tuhan. 

Setelah Anda mengerti tentang hal ini, lalu sikap apa yang terbaik yang kita lakukan? Jawabannya adalah bersyukur. 

Apa bedanya Anda bersyukur di dalam hening dengan Anda bersyukur dalam kondisi tidak hening? Atau Anda bersyukur dalam kondisi rileks? 

Misalnya, saat Anda memikirkan utang tetapi mengucap “Alhamdulillah”. Bisakah kita pura-pura sedang bersyukur, sementara pikiran kita masih membayangkan sesuatu yang menyusahkan? Tentu saja bisa dan itulah kebanyakan yang terjadi pada diri Anda. Pikiran ke sana kemari, tetapi mulutnya mengucapkan hal-hal yang Agung. Itulah sebabnya sabda Anda tidak pernah terwujud dalam kenyataan. Inilah akibat berbohong, yaitu tidak sinkron antara ucapan dengan realitas. Dalam kacamata spiritual murni, sikap ini diharamkan dan tidak boleh diteruskan karena pangkal dari segala dosa.

Saat Anda menikmati teh manis, Anda bersyukur dan berterima kasih. Saat Anda menikmati pemandangan, atau menikmati musik, Anda juga berterima kasih. 

Manakah yang lebih baik dari contoh sebelumnya? Tentu lebih maju yang terakhir karena ada keotentikannya. Inilah yang dinamakan bersyukur. Berterima kasih dalam kondisi rileks itu sudah lumayan. 

Tetapi, kalau Anda mau lebih maju lagi, mau menjadikan momen bersyukur sekaligus sebagai proses mempurifikasi jiwa, yang harus Anda lakukan adalah betul-betul masuk ke dalam diri, merasakan nafas yang natural, kualitas heningnya ditingkatkan sehingga kata-kata yang diucapkan sungguh -sungguh tumbuh dari hati yang paling murni. Itulah sabda dalam keheningan. Inilah yang menjelaskan mengapa kalau saya mengucapkan sesuatu dalam meditasi, bisa membuat Anda menangis. Kata-kata yang muncul bukan dari pikiran rasional, melainkan kata-kata sabda dalam keagungan jiwa yang sebetulnya bisa dialami oleh Anda semua, bukan hanya oleh saya. 

Berdasarkan hal tersebut, sekarang Anda mestinya bisa menjawab, “Mengapa ada orang yang sudah menikmati pemandangan indah di rumahnya tidak kunjung tercerahkan? Mengapa kualitas heningnya ternyata mentok di 4%?”

Karena Anda hanya sebatas rileks. Untuk bisa naik pada keheningan, jangan hanya sampai di tahap rileks saja. Nikmatilah pemandangan sembari meresapi nafas. Anda masuk ke dalam diri dengan memperhatikan dan betul-betul menikmati nafas. Anda betul-betul bersyukur atas anugerah yang ada, lama-kelamaan pikiran Anda tersambung dengan Rasa Sejati, lalu Anda dibawa mengenali jiwa Anda sendiri dan dibawa mengenali keberadaan Diri Sejati. Saat Anda sungguh-sungguh terhubung dengan Sang Sumber Kasih yang paling murni, pada titik itulah purifikasi terjadi. 

Saya membuat kriteria teknis bahwa sekadar rileks setara dengan kualitas hening 5%. Kalau kita mau betul-betul mengalami pemurnian jiwa, maka kualitas hening kita ada di skor 10%. Tetapi, bukan berarti kalau 9% tidak ada pemurnian, hanya saja proses pemurnian paling efektif terjadi saat Anda bisa mencapai kualitas hening 15%, 20% dan seterusnya. Ini pula yang menjelaskan mengapa orang yang beryoga bisa rileks, tetapi tidak mengalami purifikasi. Fenomena ini terjadi karena mereka tidak menghubungkan antara diri dan pikirannya dengan Rasa Sejati, sehingga kegiatan yoga hanya menyehatkan tapi tidak sampai pada tahap pemurnian.

Bagaimana caranya agar kualitas hening kita bertumbuh? 

Tidak ada cara lain kecuali latihan yang tekun. Misalnya, kita mulai dengan mencari cara untuk membuat diri kita rileks terlebih dahulu. Bagi yang ingin merokok disilakan, atau ingin melihat bintang, mendengarkan musik, dan sebagainya. Apa pun kegiatannya silakan dilakukan, yang penting kita bisa rileks. Jadi, di mana pun Anda berada, silakan rileks.

Setelah bisa rileks, apa pun yang sedang Anda lakukan, jalani sembari merasakan dan menikmati setiap tarikan dan embusan nafas yang natural. Nafas tidak perlu diatur-atur, biarkan sebagaimana adanya. Anda tidak perlu membuat nafas menjadi lembut, biarkan saja sebagaimana adanya. Anda cukup memberi perhatian kepada nafas. Anda resapi gerak nafas yang natural dan Anda rasakan bahwa di dalam nafas ada energi hidup yang mengalir. Anda akan mengerti dan sadar bahwa lewat nafas kita diberi anugerah yang nyata. Anda sadari bahwa Anda dikasihi oleh Tuhan dengan cara yang paling murni dan kita sungguh-sungguh berterima kasih.

Selanjutnya perhatikan ujung tarikan nafas yang natural. Perhatikan di ujung tarikan nafas itu ada pancaran kasih yang paling murni, lalu nikmati momen tersebut. Nikmati bahwa hidup Anda sebetulnya penuh dengan anugerah. Nikmati sungguh-sungguh energi bahagia, energi kasih yang memancar dari relung hati. Selanjutnya, sungguh-sungguh Anda sabdakan atau katakan, “Gusti yang Agung, biarlah dengan kuasa dan kasihMu jiwa ragaku dimurnikan, diselaraskan. Aku menghayati dan meresapi kasihMu. Dengan kasihMu, aku dimurnikan sepenuhnya”. Lakukan latihan seperti ini dengan tekun, lalu bersyukur  dan  berterima kasih apa pun hasilnya. 

 

Setyo Hajar Dewantoro, 30 April 2023

Kursus Spiritual Online Batch 2, Pertemuan 1

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda