
“Mengembalikan Bumi pada Rancangan Agung, menjadi sekolah kehidupan yang indah.” ~ Audio Meditasi Taunus
Saya lagi suka bermeditasi/hening menggunakan audio ‘Panduan Meditasi Taunus’. Sebaris demi sebaris panduan yang sudah saya dengar sejak tahun 2022 itu baru dapat dipahami lebih ringan dan tidak ngawang-ngawang tiga tahun kemudian setelah totalitas menekuni kesadaran murni. Panduan dalam audio itu selalu mengajak saya untuk berefleksi berulang kali tentang sebuah misi besar yang terus bergerak maju. Seperti selalu mengajak saya menghimpun segenap kesadaran untuk melangkah, menapaki jalan setapak yang hanya akan tampak sejauh ruang kesadaran yang dimiliki saat ini.
Saya mengenang kembali ketika dulu dianggap sebagai murid yang paling oneng dan terbodoh di kelas. Perjalanan belajar penuh bully, olok-olok, dan pelecehan, malah menjadi ruang terbesar untuk belajar. Alhasil saya menjadi yang paling banyak belajar dan yang paling konsisten bertumbuh. Karena niat dan tekad yang bulat hanya untuk belajar, maka di balik kisah oh mama oh papa sejarah belajar yang memprihatinkan itu, banyak kemudahan dan momentum yang tidak pernah tersia-siakan, sebagai hasil dari kerendahan hati dan niat yang tulus, sehingga setiap momen belajar menjadi penting dan diperlakukan sebagai prioritas.
Tetapi, ketika mengajak hidup berkesadaran murni dan menerapkan proses belajar yang sama persis, ternyata aplikasinya menjadi dramatis, super rumit dan kompleks. Terutama bagi para pemburu solusi instan, para pemalas, para manja, para pelari dan para penyembunyi , pada defender yang keras kepala, para koruptor proses (kata tokoh Jasmine di acara Sendratari Neng Ning Nung Nang) yang kadung keenakan mendapatkan jatah ‘Energi Boosting’ besar.
Efek samping dari memilih risiko tinggi (high risk) adalah gaya hidup yang malah menjauh dari hidup berkesadaran – semakin minim self-awareness, semakin terjangkiti VMS dan semakin tidak mindful.
Ketika kehilangan fasilitas yang istimewa, maka akan kembali lagi pada hidup penuh caci maki dan keluh kesah, sibuk mencari objek yang bisa disalahkan. Sehingga akhirnya lebih sibuk merajut lingkaran setan dengan membutakan diri terhadap esensi pelajaran ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’. Karena memilih hidup dalam gelembung ‘Ilusi PMS’ ciptaannya sendiri. Berbanding lurus dengan semakin surutnya ketulusan dan semakin hilangnya kerendahan hati, bahkan untuk berupaya ‘mendeteksi perilaku basis sisi gelapnya’ sendiri pun tidak mau dengan berbagai alasannya.
Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari sampai menyediakan fasilitas berupa wadah untuk mempermudah kelulusan ‘Fase Transisi’ atau prep-school untuk melatih ketulusan dan kerendahan hati. Belajar bermeditasi/hening ternyata secara paralel membutuhkan proses dalam ‘Menumbuhkan Karakter’ yang selaras terlebih dahulu. Karena tanpa kerendahan hati (humility) dan ‘Ketulusan’ , proses penjernihan diri dari gembolan ‘Sisi Gelap (shadows/ darkside)’ tidak dapat berjalan. Saya selalu punya persepsi bahwa kerendahan hati merupakan elemen yang pasti dimiliki oleh semua individu, karena menjadi modal ketika ingin mempelajari sebuah ilmu baru.
Tapi, ternyata di ruang belajar berkesadaran ini, humility merupakan PR kolektif yang perlu dibangun dengan cara yang tepat, agar tidak salah server.

Belajar di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’ membutuhkan humility, atau kerendahan hati untuk mengikuti kurikulum ‘Metode Belajar’ yang diberikan:
- Beginner’s Mind
Memulai kurikulum belajar dengan kerendahan hati. Kemampuan kognitif yang tinggi sehingga mampu menghafal teori dasar, dan bisa mengucapkan kembali saja belum cukup. Untuk menjadi praktisi seni hidup berkesadaran. Berlatihlah ‘Active Listening’. Membangun kerendahan hati dengan menahan diri untuk tidak cocoklogi, untuk melampaui keinginan menganalisis tanpa sudut pandang yang utuh. Latihan menyetop dorongan merasa lebih tahu, sadar diri bahwa sedang menjadi murid, tidak memaksakan untuk segera mengerti, dan menghentikan aksi manipulasi demi citra baik, agar dinilai pandai dan satu vibrasi. - Konsisten Memilih Sikap yang Tepat
Proses internalisasi teori perlu dilakukan melalui ‘Laku Meditasi/Hening’ yang membuka dan menjernihkan kesadaran. Menyerap teori harus disertai dengan pilihan sikap yang tepat untuk melakukan serangkaian proses belajar yang akan membuka ruang kesadaran. Memproses pengetahuan kognitif menjadi pemahaman yang ‘lebih mendalam, lebih utuh, dan lebih jernih’. Belajar untuk memahami dengan kesadaran yang lebih jernih.
- Praktik dan Validasi
Validasi yang dimaksud bukan tentang mendapatkan pengakuan publik, melainkan tentang memastikan apakah yang dilakukan sudah berada di koridor yang tepat dan tidak nyasar. Pemahaman dalam bentuk pengertian yang mendalam merupakan hasil dari pengalaman dan kesaksian yang autentik. Apabila teori dilengkapi dengan pengalaman experiential dan praktik yang autentik yang tervalidasi, maka akan terjadi proses ‘penyadaran atau aha!moments’, yang akan tertanam dalam lapisan kesadaran. Sehingga akan lebih mudah menata pola pikir dan tindakan yang terintegrasi dengan pemahaman tersebut. Kalau hanya menghafal, sudah pasti kalah dengan dorongan bawah sadar dan distorsi invisible force sisi gelap sebagai motivasi terselubung dari bawah sadar.
Hidup berkesadaran adalah tentang kerendahan hati untuk membangun pola berpikir dan tindakan yang mindful, karena mengerti apa tujuan yang ingin dicapai (clarity of purpose).
Setiap pikiran dan tindakan dilakukan dengan sadar, sengaja (intensional) dan melalui pertimbangan yang matang, sebagai sikap berendah hati untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru. Berendah hati untuk mempraktikkan apa yang diajarkan dengan sepenuh hati, bukan untuk mencari pembenaran atas apa yang diyakini sebelumnya.
Bagi saya hidup berkesadaran itu seperti memiliki relasi romantik terhadap kehidupan.
Tidak lagi terjebak pada love (and hate) relationship; yaitu menjadi love kalau ego terpenuhi, sebaliknya menjadi hate kalau tidak terpenuhi. Menjadi love kalau sesuai selera dan memenuhi harapan egoistik, dan menjadi hate apabila tidak sesuai selera dan tidak memenuhi harapan egoistik.
Salah kata satu butir aja bisa mendadak jadi hate berlebihan. Intonasi yang tidak sesuai selera pun bisa jadi hate yang berkelanjutan (continuous hatred), diingat dan diungkit sebagai reputasi terburuk dan permanen di jajaran umat manusia, agar punya alasan untuk merasa berhak menghakimi seluruh hidup.
Seharusnya sih tidak sulit dipahami bahwa kerendahan hati (humility)menjadi tombol pembuka gerbang sehingga dapat melangkah dalam menyerap pengetahuan baru. Kerendahan hati pun turut menjaga keseimbangan antara love and hate sebagai bagian dari bertindak dengan sadar (mindful) yang bisa dikelola oleh akal yang sehat, dan tentunya kesadaran yang jernih.
“Own your consciousness, own your precious life.” ~ The Art of Conscious Living
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 November 2025
Reaksi Anda:













