Tuhan bagi saya bukanlah obyek khayalan dan persangkaan. Jelas bahwa Tuhan adalah kenyataan: keberadaanNya nyata saya saksikan, perjumpaan denganNya saya alami, dan tentu saja, SabdaNya, TitahNya, senantiasa saya dengar/tangkap/mengerti. Saya jelas punya kematangan dalam berpikir, berlogika, terbentuk lewat pengalaman hidup, latihan intelektual, dan laku hening. Tapi pikiran atau logika saya tidak lagi menjadi dasar pengambilan keputusan utama, semenjak saya konsisten meditatif saya mendasarkan keputusan dan langkah saya kepada Sabda/TitahNya.
Saya selalu ada dalam dua keadaan sekaligus: menikmati momen, sembari selalu waspada untuk menangkap Sabda/TitahNya. Seringkali muncul secara mendadak, Perintah atau TitahNya menyangkut banyak aspek kehidupan mulai dari yang terkesan receh hingga yang serius. Termasuk yang paling sering muncul adalah menyangkut perintah/titah perjalanan ke berbagai tempat beserta missi/tugas yang mengiringinya.
Seperti kali ini, 4 Oktober 2024, saya harus berangkat ke Hanoi, Vietnam, dan membatalkan 2 agenda rapat dengan mitra kerja saya, plus agenda jalan-jalan dengan keluarga. Setelah mengisi Webinar tentang Ajaran Spritual Mesir Kuna hingga 21.30 WIB, jelas dan kuat sekali titah yang muncul dari relung hati: ke Hanoi dan beberapa kota lainnya. Saya setia penuh pada titah Tuhan, jadi saya jalankan tanpa negosiasi titah itu: saya pesan tiket pesawat dan hotel menuju 3 kota: Hanoi, Ho Chi Minh di Vietnam, lalu Phnom Penh, Kamboja. Untuk apa perjalanan ini dilakukan? Biasanya ada tiga alasan: pertama, perjalanan yang dititahkan menjadi mekanisme penggemblengan diri/upgrading, agar saya bisa naik kesadarannya atau terpenuhi rancangan agungnya. Kedua, berkaitan dengan kerja kosmik mengantisipasi “ancaman-ancaman tertentu” yang membahayakan kehidupan bersama. Ketiga, aktivasi mandala atau pusat energi yang selama ini tertutupi, tersembunyi.
Jika dipikirkan sebenarnya menjadi setia penuh dalam hal seperti ini sebenarnya tidak mudah, karena bicara tentang uang, bicara juga tentang fakta bahwa saya punya keluarga kecil maupun keluarga besar yang membutuhkan keberadaan saya, plus saya juga punya pekerjaan, bisnis, dan kehidupan sosial. Tapi karena saya sudah menetapkan pilihan untuk SETIA PENUH PADA TUHAN YANG NYATA, maka hal-hal lainlah yang harus menyesuaikan. Faktanya, dengan sikap ini semua menjadi baik-baik saja baik itu urusan keluarga, pekerjaan dan bisnis, juga kehidupan sosial. Tuhan jelas adalah realitas kecerdasan tertinggi di jagad raya, maka titahNya selalu satu paket dengan kecerdasan itu: saat kita setia, hidup kita diselaraskan.
Yang penting kita mengerti bahwa Setia pada Tuhan tak berarti semua bakal serba mudah dan hidup berjalan seperti yang kita mau. Tidak begitu! Seringkali titah Tuhan itu menantang kita untuk ada pada kepasrahan yang total, ada dalam sikap penerimaan yang total, karena peristiwa yang terjadi tidak sesuai dengan selera, preferensi, harapan, yang lumrah ada pada manusia. Ada kalanya bahkan Titah Tuhan itu terkesan bertentangan dengan nalar sehat: jika dinalar memang penuh resiko, punya potensi membahayakan diri, atau merugikan secara finansial. Tapi di situlah kesetiaan kita diuji: dan selalu lulus dan pasti lulus terus.
Sikap setia penuh pada Tuhan inilah faktor utama saya terus bertumbuh menjangkau lapisan-lapisan kesadaran yang dulunya jelas tak terpikirkan. Inilah kunci datangnya segenap anugerah dalam segala bentuknya: pengetahuan mistik yang langka, badan yang sehat, keluarga yang damai, hingga kecukupan finansial dan kesuksesan dalam karya. Inilah juga kunci datangnya keajaiban dalam hidup saya, yang satu dan lainnya, mengutuhkan kehidupan surgawi.
Inilah cara hidup saya? Jika Anda hendak mengikuti jejak saya, ya mulailah dengan belajar cara hening yang benar, praktikkan dengan tekun, belajar untuk tulus dalam semua langkah, dan penuh penerimaan dalam segala peristiwa – pasrah, bersukacita, tidak mengeluh apalagi memberontak. Beranikah? Siapkah? Ya Anda sendiri yang menentukan. Yang pasti saya sedang menghimpun para Osbourn atau Serdadu Ilahi, yaitu orang-orang yang setia total pada Tuhan yang nyata, yang berani meluruhkan egonya demi ada di jalan kebenaran dan keselamatan.
DISCLAIMER:
Jika yang Anda ikuti titahnya ternyata adalah Tuhan yang palsu, atau siluman ular, maka itu kesalahan Anda, karena tak sungguh-sungguh hening dan melebur segala sisi gelap termasuk ilusi yang mencengkeram pikiran. Kalau Anda cuma modal beriman tanpa penyaksian, bukan hening tapi ngayal/sugesti/maksa konsentrasi, gak mungkin deh dapat tuntunan dari Tuhan yang asli yang ada di relung hati Anda.
Setyo Hajar Dewantoro
5 Oktober 2024
Reaksi Anda: