Sisi gelap merupakan bagian dari dualitas yang bertolak belakang di dalam diri kita. Sisi gelap mewakili sisi yang destruktif, keangkaramurkaan, dan kejahatan di dalam diri. Ini menjadi kebalikan dari benih-benih keilahian dan kebajikan di dalam diri kita. Wujud dari sisi gelap dapat berupa watak angkara, seperti tindakan licik, serakah, kompetitif (tidak mau kalah dengan orang lain) dan ngeyelan (suka menyangkal). Itulah tanda bahwa kita punya sisi gelap. Apalagi jika kita punya kemarahan dan kebencian pada orang yang dianggap menyengsarakan kita, hal itu merupakan sisi gelap. Sisi gelap adalah tanggung jawab kita untuk membereskannya.
Apa Saja yang Termasuk dalam Sisi Gelap?
Luka Jiwa
Luka jiwa atau luka batin berasal dari trauma psikologis yang kita alami sepanjang hidup. Kalau di satu momen, baik di kehidupan sekarang, masa kecil, maupun kehidupan lampau, hati kita terluka karena perlakuan orang lain dan tidak dituntaskan dengan pemaafan yang sempurna, maka hal tersebut menjadi luka batin bagi kita. Termasuk, ketika kita masih mempunyai ganjalan kepada siapa pun. Rasa kecewa dan marah dapat menimbulkan luka jiwa, dan menjadi salah satu faktor yang mengeruhkan jiwa.
“Purifikasi akan membuat luka batin muncul ke permukaan untuk kita kenali dan sembuhkan dengan Kasih Murni dari Gusti.”
Saat meditasi dengan benar, luka batin yang muncul ke permukaan akan memunculkan rasa tidak nyaman, karena kita sedang berhadapan dengan luka batin kita sendiri. Saat itu terjadi, pasrah dan terima ketidaknyamanan tersebut. Katakan dalam hati, “Gusti, saya menerima segala ketidaknyamanan ini. Saya menerima rasa marah yang muncul ke permukaan. Biarlah dengan kuasa dan kasihMu, saya dipulihkan, disembuhkan dari luka batin ini”.
Luka jiwa terkait dengan dendam, karena diperlakukan tidak adil oleh orang lain, kita hayati bahwa bagaimana pun peristiwa yang terjadi tetap ada gunanya untuk kematangan jiwa kita. Hal itu tidak perlu disesali. Kita bisa memilih untuk bahagia, menyembuhkan dendam, dan memaafkan orang yang melukai, mengkhianati, atau merugikan kita. Kita maafkan orang lain demi kebahagiaan kita sendiri.
“Memaafkan orang lain bukan untuk kebahagiaan siapa pun, tetapi untuk kebahagiaan diri sendiri.”
Kita menyebut teknik untuk menyembuhkan luka jiwa dengan Meditasi Air Suci. Mengapa? Karena nyatanya saat kita hening, dari dalam ada yang disebut dengan air suci. Air suci Ilahi tersebut bisa membasuh segala luka jiwa kita. Tetapi proses ini tidak bisa instan, melainkan harus dijalani dengan kesabaran. Kita tidak bisa sembuh dengan satu kali sesi hening formal. Kita harus menjalani lagi proses tersebut di momen berikutnya dengan kesabaran.
Watak Angkara
Faktor pengeruh jiwa yang lain adalah watak angkara. Dalam hal sisi gelap berupa luka jiwa, kita yang menjadi korban dari watak angkara murka orang lain, sementara untuk watak angkara, kitalah yang menjadi pelaku (orang lain menjadi korban). Saat kita manipulatif, adakah yang menjadi korban? Tentu saja orang yang kita manipulasi. Kita berpura-pura di hadapan orang tersebut demi ego kita. Ketika kita serakah, adakah yang menjadi korban di tempat lain? Tentu ada orang lain yang jadi korban kita. Watak angkara ini lumrah ada pada manusia yang masih belum memurnikan jiwa raganya, masih belum melampaui dualitas.
Dualitas pada setiap diri maksudnya setiap orang yang terlahir ke bumi ini mempunyai badan fisik yang merekam segala jejak dari kehidupan lampau, termasuk kehidupan leluhurnya, maka selalu ada potensi kebaikan dan kejahatan di dalam dirinya. Ada kasih, tapi ada juga kemarahan, kebencian, keserakahan, dan kejahatan. Itulah dualitas.
“Hening membuat kita melampaui dualitas. Watak angkara disirnakan dan dilebur agar yang ada di dalam diri hanyalah kasih, kesadaran, dan kebijaksanaan.”
Bagaimana caranya? Hanya dengan keheningan dan kekuatan kasih. Dalam meditasi kasih murni, selain bisa menyembuhkan luka jiwa, kita juga menyelaraskan diri dari jeratan watak angkara. Yang bisa membereskan sisi gelap adalah kekuatan kasih yang muncul dari relung hati kita.
Jelas, kalau kita punya watak angkara, cara membereskannya bukan dengan bagi-bagi nasi bungkus, atau menyembelih hewan.
Ilusi
Jika kita percaya pada sesuatu yang salah, tapi kita anggap dan percayai hal tersebut sebagai suatu kebenaran, itulah yang disebut sebagai ilusi. Termasuk, dengan percaya membagi-bagikan nasi bungkus bisa memurnikan jiwa raga, hal itu merupakan tindakan konyol. Banyak sekali ragam ilusi dan ilusi bisa mengatasnamakan apa saja.
Bagaimana cara menyelesaikan ilusi itu? Mulai sadari apa itu kebenaran. Kebenaran adalah kenyataan pikiran kita benar. Kalau pikiran kita sesuai dengan kenyataan, maka kenyataan itu sesuatu yang kita alami, yang kita buktikan sendiri dalam pengalaman hidup kita.
“Agar kita tidak terjebak ilusi, kita harus hati-hati. Kita jangan sembarang percaya, berprasangka, dan meyakini sesuatu yang tidak pernah kita buktikan sebelumnya. Kalau kita belum tahu tentang sebuah realitas, kita bersikap netral dan mengatakan bahwa kita tidak tahu serta tidak mau sembarang percaya.”
Lewat keheningan, ilusi yang sudah kadung tertancap dalam pikiran ini bisa dijernihkan, dimurnikan, dan dilebur. Dengan keheningan kita akan tercegah dari menciptakan ilusi-ilusi baru karena kita tidak gampang percaya. Meditasi untuk memurnikan dari ilusi kita sebut sebagai Meditasi Sinar Suci. Tekniknya tetap menyadari nafas yang natural, biarkan sinar suci Ilahi memancar dari relung hati, menjangkau pikiran kita, meliputi kesadaran kita, menyelaraskan sistem saraf kita, menyelaraskan DNA kita, membuat segala ilusi itu disirnakan, diurai, dan dilebur. Kita harus tahu bahwa watak angkara dan ilusi ini dapat menciptakan dosa.
Dosa
Dosa adalah salah satu faktor pengeruh jiwa. Saat kita memanipulasi orang lain, memfitnah orang lain, berprasangka pada orang lain, maka kita sudah menorehkan dosa.
Bagaimana jika sudah terlanjur berbuat dosa? Kita bereskan dengan Meditasi Api Suci. Biarlah segala jejak dosa kita yang terekam di tubuh karma dibakar dengan api suci.
Bagaimana cara agar api suci bekerja di dalam diri? Kita meminta maaf dan pengampunan. Kita sungguh-sungguh menyadari kesalahan kita. Pembakaran jejak dosa bisa terjadi ketika kita meditasi dengan cara tersebut. Selain itu, kita juga bisa memetik buah karma buruk kita sendiri di kehidupan nyata. Jejak karma buruk kita dibakar oleh proses tersebut dan hal ini akan berjalan dengan benar ketika kita tidak ngersulo (mengeluh), tidak misuh-misuh (mengumpat) ketika buah karma itu kita terima. Kita harus nerimo ing pandum (menerima diri apa adanya).
“Saat kita menorehkan jejak karma buruk, kita akui diri kita salah dan buahnya harus kita petik. Kita bertanggung jawab dan tidak melarikan diri dari kenyataan.”
Watak angkara dan ilusi menciptakan jejak dosa, maka laku pemurnian harus membereskan sisi gelap di semua lapisannya, baik lapisan sadar, bawah sadar, maupun tidak sadar.
Dark Force
Sisi gelap yang lain adalah jeratan kuasa kegelapan (dark force). Saat tubuh kita tersusupi makhluk alam bawah (dark force), artinya kita kesambet. Artinya, kejernihan tubuh energi kita di bawah 100%. Bahkan, kejernihan tubuh energi 99,9% berarti juga kesambet. Angka kejernihan 90% atau 70% pun termasuk kesambet, apalagi 30%, artinya kesambetnya parah. Kejernihan 1% berarti kesurupan, kita sudah kehilangan kesadaran sebagai manusia.
“Dari mana kuasa kegelapan ini bisa datang dan menyusup ke dalam tubuh kita? Ini karena watak angkara kita sendiri.”
Kalau kita punya watak manipulatif, kita akan menarik demon (dark force) yang setara vibrasinya dengan watak tersebut. Bahkan, watak kelicikan. Semua demon pada akhirnya akan semakin menumbuhsuburkan watak angkara. Orang yang kesambet, apalagi sampai kesurupan pasti keterlaluan jahatnya karena dark force dalam dirinya berlipat-lipat. Sudah dirinya sendiri jahat, ditambahi dengan demon yang menyusup. Level kejahatan seseorang bisa bertingkat-tingkat, ada yang jahatnya biasa-biasa saja, dan ada yang sangat jahat. Kalau kita betul-betul tertutupi oleh demon, maka kita tidak jernih secara energi, Anda tidak akan bisa meneruskan proses pemurnian jiwa. Semuanya harus simultan, harus saling terkait.
Bagaimana cara melepaskan semua jeratan kuasa kegelapan dalam diri? Tentu saja dengan kasih yang murni. Kita harus punya tekad yang kuat atau strong intention. Kita harus betul-betul tekadkan agar badan ini kembali menjadi kuil yang suci, agar sanubari kita bebas dari segala ketidakselarasan dan hal-hal yang mengeruhkan. Biarkan tubuh ini menjadi istana bagi Sang Diri Sejati.
Banyak orang yang belajar spiritual tidak peduli dengan isu ini. Mereka mengira tidak bisa tersusupi oleh demon. Bahkan, ada yang punya ilusi kalau manusia berada pada vibrasi yang lebih tinggi dibanding demon sehingga tidak mungkin dark force masuk kepada kita.
“Kenyataannya, kita seringkali membuka celah/gerbang yang sangat lebar agar demon masuk ke tubuh kita dengan cara ketidakheningan kita, melalui prasangka, ilusi, dan kejahatan kita.”
Persaudaraan Matahari
Persaudaraan Matahari, apalagi di grup kepamomongan, program belajar intensif di Persaudaraan Matahari, sangat detail terkait umpan balik yang diberikan, terutama dalam hal kejernihan secara energi karena hal ini fundamental. Kalau Anda masih banyak demitnya, maka akan susah bergerak maju (bertumbuh) karena dark force menutup akses kita pada Sang Diri Sejati. Bahkan, kalau kita tidak jernih, pesan-pesan yang muncul dari relung hati bisa jadi pesan dari iblis/demon/siluman, bukan dari Tuhan yang nyata.
Standar kejernihan tubuh energi di Persaudaraan Matahari adalah 100% supaya bisa membersihkan sisi gelap yang lain. Kalau belum mencapai standar, maka dimaklumi sebagai bagian dari proses belajar. Tetapi, memaklumi bukan berarti membiarkan kita kesambet terus-menerus. Kita harus tetap bergerak menjalankan keheningan yang sungguh-sungguh supaya terjadi purifikasi yang total.
Eksperimen Kewarasan di Bumi
Yang membuat darkforce menjerat kita karena kita tidak hening dan hidup dalam ego, serta keliaran prasangka. Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD) dan tim pernah bereksperimen saat tidak ada darkforce datang ke Bumi. Apakah semuanya langsung mendadak waras?
Walaupun kejernihan tubuh energi bisa mencapai 100%, tapi kejernihan tubuh yang lain, seperti tubuh emosi dan tubuh persepsi tetap rendah. Kita bisa mengkhayal sendiri, berilusi sendiri, jahat-jahat sendiri, dan seterusnya. Kita yang harus membereskan sisi gelap kita sendiri supaya Anda menjadi jiwa yang murni, sehingga tidak menarik darkforce yang bisa melipatgandakan sisi gelap di dalam diri.
Begitu kita sudah betul-betul masuk ke dalam keheningan dan menjalankan teknik hening yang betul, kita lanjutkan dengan berserah diri, manakala segala sisi gelap kita diselaraskan. Keterhubungan dengan Diri Sejati, walaupun belum penuh paripurna, tetap memberi kemungkinan ada kekuatan Ilahi yang muncul untuk mengaduk-ngaduk sisi gelap yang semula mengendap di dalam diri kita.
Sisi gelap itu memang harus dimunculkan untuk dihadapi, diatasi, disirnakan, atau dipulihkan kepada keselarasannya. Kita akan terbebas dari penderitaan manakala kita sudah melampaui sisi gelap kita sendiri, baik berupa luka jiwa maupun watak angkara. Tapi, jangan salah tafsir dengan kata melampaui. Melampaui bukan berarti kita lewati begitu saja, tanpa dibereskan. Maksud dari melampaui adalah kita mempunyai tantangan nyata yang harus kita bereskan dan kita hadapi. Kita akui dulu bahwa kita punya masalah di sisi tertentu.
Watak angkara dan sisi gelap lainnya harus kita kenali. Kita sirnakan pelan-pelan di dalam keterhubungan yang sungguh-sungguh dengan Diri Sejati. Keterhubungan ini jangan dicari-cari karena kita tidak melakukan apa pun sebetulnya sudah terhubung. Saat kita menarik nafas, di ujung tarikan napas itu ada takhta Gusti. Ya sudah, berarti kita sudah terhubung. Kita hanya cukup merasakannya. Katakan pada Tuhan, ”Matur nuwun, Gusti. Sesungguhnya setiap saat saya selalu terhubung denganMu yang mengejawantah sebagai Diri Sejati di relung hati saya. Matur nuwun bahwa sesungguhnya sumber kasih murni itu sudah ada di dalam diri ini. Matur nuwun setiap waktu, setiap saat sebetulnya kasih murni selalu dilimpahkan dan terpancar melalui relung hati ini.”
Laku keheningan ini sederhana. Kita tidak usah cari-cari mana ini Gustinya. Tidak perlu juga kita membayangkan dan mengkhayalkan Gusti/Diri Sejati. Jika dalam meditasi merasakan getaran-getaran atau detak jantung sendiri, itu hal yang lumrah. Namun, fokusnya tetap ada pada nafas, yakni ketika kita menyadari setiap kita menarik napas, kita ada dalam kesatuan dengan sumber kasih murni di dalam diri kita sendiri.
Sumber:
Webinar Seluk beluk Pemurnian Jiwa dan Kebahagiaan Sejati, 16 Oktober 2022
Webinar Jalan Pasti untuk Terbebas dari Penderitaan, 10 Oktober 2021
Webinar Menyingkap Misteri Tuhan vs Setan: Seluk Beluk Supranatural yang Banyak Disalahpahami, 6 November 2022
Reaksi Anda: