
Terpantik dari diskusi ringan bersama generasi muda di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’, sebenarnya tidak sedikit yang menyadari bahwa bermeditasi/hening penjernihan diri bukanlah hal yang rumit. Hanya saja ketika dalam praktiknya harus membongkar habit lama dan mengganti dengan rutinitas baru yang membutuhkan disiplin, di sinilah gejala drama alergi dimulai. Padahal menurut para ahli neurosains, membangun rutinitas dengan sebuah konsistensi berdisiplin, memberikan dampak yang konstruktif bagi kesehatan jaringan saraf otak manusia, yaitu meningkatkan neuroplastisitas.
Langkah membangun rutinitas dengan tujuan membentuk habit baru yang lebih positif dan menyehatkan, pada umumnya diwarnai dengan drama berseri yang malah mencetak semakin banyak ‘Sisi Gelap (shadows/darkside)’ baru apabila tidak disikapi dengan cara yang tepat. Ketika menghadapi situasi yang dianggap memberikan rasa tidak nyaman, susunan syaraf pada otak manusia akan menangkap impuls sebagai bentuk ancaman, dan memantik ‘tanda bahaya’. Akibatnya, secara impulsif timbul reaksi spontan sebagai mekanisme defensif, seperti penolakan, pemberontakan, dan respon negatif lainnya. Seperti mengajarkan disiplin pada anak balita, seringkali menciptakan innerchild yang akan dibawa terus sampai dewasa dan mempengaruhi setiap gerak langkahnya dalam menjalankan kehidupan.
Di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, proses ‘Membangun Habit’ bermeditasi/ hening penjernihan diri pun membutuhkan ‘Disiplin Diri (self-discipline)’.
Keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi praktik mindfulness. Berbeda dengan sekolah akademik yang dimulai sejak umur balita, belajar di sekolah kehidupan baru mulai ketika individu sudah dewasa dan penuh dengan habit kuat yang menjadi zona nyamannya masing-masing. Untuk membongkar habit lama dan keluar dari zona nyaman membutuhkan waktu yang lebih panjang, kompleks, dan dramatis. Ibaratnya merenovasi bangunan tua, membutuhkan effort, waktu, energi, dan biaya yang berkali lipat lebih besar ketimbang membangun yang baru.
Secara umum meditasi/hening dilakukan sebagai praktik mindfulness dengan fokus mencari relaksasi atau untuk mencapai beragam manfaat metafisika. Namun di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari‘, membangun rutinitas bermeditasi/hening yang memberi dampak membangun karakter dan kejernihan kesadaran, malah dianggap sebagai ancaman, karena merenggut paksa kenyamanan yang sudah terbentuk puluhan tahun. Bayangkan saja betapa menderitanya ketika yang terbiasa merasa nyaman dengan melamun harus berhenti melamun. Yang terbiasa membayangkan objek atau situasi yang mendatangkan sensasi nyaman, dipaksa untuk menghentikan kebiasaan menyenangkan itu. Yang terbiasa bermeditasi untuk mencapai keinginan ego secara instan dan cepat, diminta untuk tidak ambisi dan obsesi. Yang terbiasa mendapatkan validasi sangat baik dari pihak lain, malah diberi umpan balik berkebalikan, dan seterusnya.
Membangunkan kesadaran manusia ibaratnya mengajarkan manusia dewasa yang sudah puluhan tahun terbiasa bangun tidur pukul 12 siang, untuk mengubah menjadi rutinitas bangun pagi setiap hari. Drama menuliskan jam meditasi dalam jurnal bisa menjadi kisah kerja paksa zaman penjajahan, dan sering berakhir dengan drama tantrum, penolakan, pemberontakan, dan penyangkalan penuh kemarahan akibat agenda egoistiknya tidak kunjung tercapai.
Menjadi ahli dalam ‘Praktik Mindfulness’ yang berdampak pada kejernihan dan kesehatan yang holistik, memang membutuhkan disiplin dan konsistensi untuk berada di koridor server yang tepat, dalam jangka waktu panjang.
Tinjau kembali niat belajarnya dan berendah hatilah untuk menjalankan proses berlatih sesuai dengan metode yang diberikan. Rutinitas bermeditasi/hening penjernihan diri yang dilakukan dengan disiplin, akan menjadi habit baru yang menyehatkan bagi mental, emosi, raga dan jiwa. Habit sehat yang secara konsisten dilakukan akan menjadi sebuah hobi bahkan gaya hidup dengan dampak holistik, karena sekaligus menjernihkan lapisan kesadaran dari jejak sisi gelap. Apabila rutinitas ini telah kita bangun sejak balita, bayangkan berapa banyak luka batin dan innerchild yang bisa dicegah melukai kehidupan.
Tetapi, berita gembiranya adalah tidak ada kata terlambat dalam proses pengembangan diri dan transformasi. Selama masih punya nafas, kesempatan untuk membangun diri akan terus terbuka, apabila mau berendah hati dan berkomitmen untuk berdisiplin menjalankan prosesnya
“Little consciousness is better than none” ~ Pure Consciousness.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
30 Juli 2025
Reaksi Anda: