
Belajar spiritual murni semakin hari dianggap semakin sulit, karena yang dipelajari bukan hanya bagaimana cara duduk sila memejamkan mata saja, tetapi secara menyeluruh diajarkan untuk mengembangkan diri secara utuh (self development). Mode belajarnya makin hari semakin serius, tidak mentoleransi lagi hura-hura metafisika dan agenda egoistik. Semakin tidak menarik bagi para pemburu kesenangan dan solusi instan karena dianggap solusinya tidak kunjung datang dan tidak ada ruang untuk seru-seru kumpul hura-hura seperti dahulu.
‘Rileks’ memang menjadi pintu gerbang menuju keheningan, tetapi ‘Bermeditasi/Hening Pemurnian Jiwa’ tidak mungkin untuk mencari zona nyaman saja.
Mendapatkan rileks bukan berarti mendapatkan zona nyaman sesuai keinginan egoistik. Menjadi rileks dan meditatif adalah menjadi selalu rileks dan sukacita dalam menjalankan kehidupan yang penuh dinamika dan tantangan. Menikmati nafas dan penuh rasa syukur dalam berpikir, berkata, dan bertindak, sehingga mampu membangun diri menjadi manusia yang berkarakter kuat dan sehat, dilandasi oleh kesadaran yang jernih dari koleksi ‘Sisi Gelap (shadows)’.
Belajar ‘Spiritual Murni SHD’ adalah belajar ilmu pengetahuan kehidupan. Dari belajar spiritual murni ini saya baru melek maksimal tentang banyaknya variabel yang membentuk tatanan kehidupan manusia. Selama mengemban peran menjadi pendidik di ‘Persaudaraan Matahari’, saya baru mengerti bahwa karakter baik bisa dibawa dalam DNA, bisa dibangun selama hidup, dan bisa terdegradasi oleh tumpukan sisi gelap (shadows). Saya sendiri termasuk dari umat manusia yang mendegradasi karakter baik pada diri sendiri.
Kalau tidak segera diselamatkan oleh pelajaran kehidupan Spiritual Murni SHD, pasti karakter baik terus terdegradasi dan berkontribusi aktif mewarisi dampak destruktif bagi kualitas kehidupan.
Terlepas dari proses pengembangan karakter yang saya jalani selama belajar Spiritual Murni SHD, saya baru menyadari bahwa salah satu faktor yang membuat prestasi belajar cukup baik adalah, ketika memutuskan untuk belajar meditasi/hening pemurnian jiwa, langkah ini merupakan pilihan yang ambil sebagai pertanggungjawaban atas kehidupan yang saya miliki. Sebagai pemilik hidup bagi jiwa dan raga Ay Pieta, saya sepenuhnya mengambil alih kepemilikan (taking ownership) atas pilihan hidup, sepaket komplit dengan konsekuensi yang harus dijalani. Saya memutuskan untuk berendah hati belajar ilmu kehidupan, sehingga dapat memahami dan bersedia menjalankan paketan konsekuensi dari apa yang saya pilih untuk jalani, seperti kewajiban, tanggung jawab, dan risikonya. Memutuskan belajar meditasi/hening pemurnian jiwa, demi mencapai sebuah tujuan berupa menyambut kematian tanpa sakit berat, sudah tentu disertai kewajiban dan tanggung jawab moral, mental, dan fisikal. Contohnya bersedia menjalankan kewajiban menjaga kestabilan (kesadaran) sampai akhir khayat, sekaligus menghadapi risiko dianggap sesat.
Sementara yang saya temukan pada hampir semua teman seperjalanan memang terbalik, yaitu mencari jalan spiritual untuk melepaskan tanggung jawab atas beban dalam hidupnya. Melepaskan tanggung jawab atas dosa dan dampak dari perilakunya sendiri, mengharapkan segera dibereskan oleh orang lain. Mencari tukang sulap yang diharapkan dapat mengubah hidup dengan cepat instan simsalabim menjadi sesuai keinginan. Atau mencari suaka zona nyaman dari kondisi kehidupan yang tidak sesuai harapan dan pembenaran atas teori kehidupan yang diyakini, serta membutuhkan pengakuan akan kebijaksanaan dengan ‘mencari jawaban’ atas kehidupan.
Apabila ditelusuri dengan cermat, mencari jawaban ini ujung-ujungnya adalah mencari apa yang disukai saja. Mencari jawaban berupa pembenaran atas informasi yang tidak disukai. Mencari jawaban berupa solusi instan atas kesulitan dan ketakutan dalam hidup agar menjadi sesuai dengan harapan ego masing-masing, sehingga ketika diberikan jawaban berupa jalur pengembangan diri yang logis dan tepat guna, yang tentu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, maka kalibrasi tujuan belajar menjadi drama kolosal nan pelik yang makin hari semakin menjauh dari value ajaran.
Sebenarnya tidak ada yang salah apabila menginginkan hidup menjadi lebih baik dan meningkat kualitasnya. Spiritual Murni SHD memang menuntut pembelajarannya untuk bertransformasi menjadi individu yang lebih baik. Hanya saja di Spiritual Murni SHD mengajarkan jalur yang membutuhkan kerja keras dan tidak mentoleransi kemalasan, dengan manfaat yang holistik berlaku sampai akhir hayat, sehingga tidak memberikan jasa instan.
Untuk mengubah kualitas diri dan kualitas hidup menjadi lebih baik, perlu proses belajar dan praktik yang berkelanjutan. Bahkan, perlu dijaga kestabilannya sepanjang masa (lifetime learning).
Harapan menjadi lebih baik bukanlah kesalahan, tetapi keinginan untuk skip proses, keinginan untuk instan dan cepat tanpa mau menjalankan prosesnya yang kurang syedep inilah yang akhirnya menjadi dinding hambatan sekeras batu karang. Melalui praktik Ajaran Spiritual Murni SHD, maka pola berpikir (mindset) yang tidak sehat dan tidak konstruktif harusnya bisa dijernihkan. Bias kognitif yang mengikis karakter baik dan mematikan rasa tanggung jawab terhadap kehidupan dapat dibersihkan, sehingga hasil yang sepadan seharusnya adalah semakin besar rasa tanggung jawab atas kehidupan dan paketan konsekuensi kewajiban yang harus dijalankan, bukannya sebaliknya – menambah tebal hobi ngeles, hobi lari dari tanggung jawab, dan malas.
Saya sudah memberikan tip sederhana untuk membangun akuntabilitas dan rasa tanggung jawab melalui website kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership. Apabila berminat memperbaiki dan mengembangkan diri bisa cek ke warung sebelah, ‘Be Accountable’. Berendah hati dan membuka diri adalah jembatan menuju sebuah pengembangan diri. Tidak perlu dibantah lagi bahwa di mana pun kita belajar membutuhkan kerendahan hati untuk mengikuti proses belajar yang tepat, sesuai koridor value kurikulum pelajaran.
Dan, melalui Spiritual Murni SHD, kita memang tidak belajar untuk menjadi sakti dan bisa praktik ilmu perdukunan, tetapi kita belajar untuk membangun karakter baik, memperbaiki dan meningkatkan sampai dengan kualitas tertingginya, berapa pun usia dan apa pun latar belakang pendidikan.
Spiritual Murni SHD memang memberikan terang dan membuka jalan paling luas bagi prospek pengembangan manusia yang holistik, karena bisa diaplikasi oleh siapa pun tanpa syarat materialistik. Hanya membutuhkan kemauan dan motivasi yang tepat supaya tidak nyasar terus ke server kiri. Tapi, sudahkah dirimu menjadi bertanggung jawab atas hidupmu dan keberlangsungan kesehatan mental jiwa dan ragamu? Atau masih sibuk cari orang pintar untuk dimintakan pertanggungjawaban atas hidupmu?
“Life is an issue of consciousness over matter. If you don’t conscious, it doesn’t matter.” ~ Pure Spirituality
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
27 Juni 2025
Reaksi Anda: