Skip to main content
Pijar Kesadaran

PERHITUNGAN PAHALA DAN DOSA

31 March 2025 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Apakah pahala dan dosa itu ada? Jangan-jangan itu sekadar untuk menakut-nakuti agar manusia patuh pada otoritas keagamaan tertentu? Saya katakan sesuai dengan pengalaman otentik: Pahala (Karma Baik) dan Dosa (Karma Buruk) itu nyata adanya, itu manifestasi dari matematika semesta, bentuk nyata dari Law of Universe. Makanya berdasarkan itu, ada orang yang bahagia dan menderita, ada orang yang selamat dan celaka. Cuma memang persepsi atau konsep yang banyak beredar cenderung belum realistik. Saya tulis ini agar Anda merenungkannya dalam hening sebagai panduan dalam jalani kehidupan.

Pertama, mengertilah bahwa pikiran, perkataan, dan perbuatan, kesemuanya sudah pasti menghasilkan karma baik maupun buruk. Makanya Zarathustra mengajarkan, benarlah selalu dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Anda mikir hendak mencelakakan orang tanpa alasan yang bisa diterima, itu sudah dosa. Anda mikir yang tidak sesuai realitas: menganggap orang tercerahkan sebagai penjahat, sebaliknya menganggap penjahat sebagai orang tercerahkan, itu sudah berdosa. Sebaliknya berpikir sesuatu yang konstruktif, berpikir realistik sebagaimana adanya, itu adalah karma baik. Makanya kalau orang penuh ilusi, belum ngomong atau berbuat, sudah dosa duluan. Kalau soal kata dan tindakan memang lebih jelas, yang destruktif, yang tidak tulus, yang manipulatif, pasti memunculkan dosa. Sebaliknya yang tulus, konstruktif, membawa manfaat, ya otomatis mendatangkan karma baik.

Kedua, mengertilah bahwa karma baik itu secara energi laksana cahaya, membuat tubuh karma sebagai bagian dari tubuh halus manusia, menjadi terang, jernih. Sementara karma buruk atau dosa, menerakan noda hitam membuat tubuh karma jadi keruh, kotor. Makanya yang bebas dosa, tubuh halusnya terang benderang, membentuk medan energi yang harmoni, menarik keselarasan hidup. Sementara yang banyak dosa, tubuh halusnya keruh, membentuk medan energi yang kacau, menarik ragam masalah dalam hidup. 

Ketiga, karma baik dan karma buruk itu punya ruang berbeda meski bisa saling terkait. Jadi gak bisa menebus dosa hanya dengan membuat karma baik. Persis mirip tabungan dan kartu kredit. Anda nabung sebanyak apa pun, kalau gak dengan sengaja membayar hutang kartu kredit ya akan terus membesar, bunga berbunga. Untuk membereskan jejak dosa ya harus dengan sadar penuh membakarnya dengan Api Suci, yang kuncinya adalah mengakui kesalahan, meminta pengampunan, dan pasrah menerima umpan balik semesta apa pun bentuknya, sembari menyadari Tuhan selalu adil dan mengasihi. Jadi gak bisa Anda meditasi menenangkan diri, atau ziarah ke tempat suci, sambil terus nyolong duit negara, sambil terus memfitnah orang, sambil terus menghancurkan hidup orang banyak, lalu berkhayal Anda selamat gak harus nanggung buah dosa/karma buruk. Gak bisa juga Anda menghancurkan hutan dengan keserakahan, lalu bisa bebas dari buah karma buruk dengan banyak sedekah atau melepas ikan hasil beli di pasar ke sungai atau danau. Anda harus bereskan dulu dosa Anda dengan berhenti berbuat kejahatan, lalu minta pengampunan, membakarnya dengan Api Suci, dan menanggung semua resiko yang ada dengan jiwa ksatria.

Keempat, karma baik maupun karma buruk ada yang berbuah instant, ada juga yang butuh waktu lama untuk berbuah. Jadi jangan anggap orang yang hidupnya “baik-baik” saja pasti sedikit dosanya atau bebas dosanya. Kita harus meneliti tubuh karmanya dalam keheningan. Saya buat parameter sederhana tentang kejernihan tubuh karma: 0% – 100%. Yang banyak dosa ya kejernihan tubuh karmanya mendekati 0%. Yang bebas dosa tingkat kejernihan tubuh karmanya 100%. Tapi yang sama-sama kejernihan tubuh karma 0%, tingkat dosanya bisa berbeda. Demikian juga yang sama-sama kejernihan tubuh karmanya 100%, tingkatan karma baiknya bisa berbeda. Angka 0-100% ini hanya mengindikasikan seberapa jauh jarak seseorang dari keadaan bebas dari dosa.

Kelima, matematika soal dosa ini berlaku adil dan presisi kepada semua manusia tak peduli apa etnik, ras, agama, dan aliran spiritualnya. Keadaan pahala dan dosa setiap manusia bisa diketahui saat ini, dan hidup adalah kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Jika sudah keburu mati ya tinggal terima nasib dan nunggu siklus kehidupan berikutnya. Jika dosanya terlalu banyak, bisa butuh ribuan tahun hanya untuk dapat kesempatan terlahir kembali. Ribuan tahun dalam derita jelas bukan pilihan yang asyik.

 

Setyo Hajar Dewantoro
3 Agustus 2022

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda