Skip to main content
Pijar KesadaranUncategorized

SAYA LARANG PERCAYA SEMBARANG PERCAYA, TAPI SAYA BICARA BAHWA TRUST ITU PENTING. GIMANA SIH MAKSUDNYA?

8 July 2025 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Memang tidak gampang mengerti ajaran saya. Tidak gampang juga mengerti perilaku saya yang zig-zag di luar keumuman. Tapi, memang demikianlah risiko jadi jenius di bidang spiritual. Mereka yang cerdas secara rasional/intelektual, dengan IQ tinggi dan pendidikan tinggi saja tidak gampang mengerti jika tak tekun hening dengan cara yang benar. Apalagi mereka yang pada dasarnya jarang pake otak, jarang berpikir mendalam, hanya suka rame-rame dan ikut-ikutan, dipastikan gagal paham terhadap diri saya dan ajaran saya.

Begini, saya jelas mengajak semua orang mengerti tentang Kasunyatan. Kasunyatan adalah kenyataan tertinggi, kenyataan yang benar-benar sebagaimana adanya mengenai diri, Jagat Raya, dan Tuhan. Saya tegas menyatakan bahwa itulah kebenaran dalam perspektif sains – spiritual. 

Perjalanan spiritual adalah proses bagi kita untuk menyirnakan segala distorsi pada persepsi, membuang semua ilusi, sehingga kita sungguh-sungguh tahu dan mengerti tentang kenyataan diri, Tuhan, dan Jagat Raya.

Maka, sikap dasar dalam berspiritual itu mirip dengan sains: semangat menemukan kebenaran secara jujur, objektif. Bedanya hanya pada cara dan perangkat yang dipergunakan: spiritualitas tidak membatasi pada pendayagunaan otak dan panca indra, tak hanya menggunakan pendekatan rasional empirik, spiritualitas juga menggunakan rasa sejati dengan pendekatan keheningan. 

Jadi tolong dicatat, berspiritual seperti yang saya ajarkan itu BUKAN : (1) Tidak pakai nalar; (2) Tidak mikir. Saya mengajarkan jangan kebanyakan mikir, tapi heninglah, agar terhubung otak dan Rasa Sejati, sehingga tersingkaplah kebenaran sejati.

Sains dengan pendekatan rasional empirik, hingga sekarang belum bisa buktikan eksistensi jiwa, Tuhan, malaikat, iblis, kehidupan setelah kematian. Para saintis yang mengungkap hal-hal itu niscaya akan dilabeli pseudo-saintis. Tapi, dengan jalan keheningan, menjadi gamblang realitas dan eksistensi dari semua hal itu. Namun, untuk sampai pada pengakuan bahwa jiwa itu ada, Tuhan itu ada, malaikat dan iblis itu ada, kehidupan setelah kematian ada, Anda pertama-tama harus berani melepas dan membongkar kepercayaan yang ada di kepala, bahkan di DNA. Anda harus mulai dengan sikap saintis yang merindukan kebenaran, berani bereksperimen, menguji semuanya, dengan seluruh perangkat kecerdasan yang Anda miliki. 

Justru itulah yang saya ajarkan dan teladankan: PERGUNAKAN SELURUH PERANGKAT KECERDASAN YANG ADA PADA DIRI.

Hanya orang bego atau jahat absolut yang bisa bilang saya ngajarin tidak pakai otak, tidak boleh pikir, dan harus percaya saja.

Saya mengajarkan agar semua murid berani mempertanyakan segala belief system-nya, bahkan membongkar itu. Percaya itu umumnya berdasar prasangka. Saya melarang sembarang percaya, termasuk kepada yang saya katakan dan ajarkan. Mulailah dari netral terhadap apa yang saya katakan ajarkan, selami dalam hening, sampai mengerti sendiri. Pertanyakan jika ada yang mengganjal. Jika perlu, berdebatlah secara terbuka dengan saya dalam kajian/workshop. Saya pasti ladeni dengan sukacita. Sejak 2017, saya mengajar lewat wadah Mahadaya Institute yang berubah jadi Persaudaraan Matahari di tahun 2021, saya belum pernah tidak bisa menjawab pertanyaan peserta. Saya juga selalu menang jika ada murid yang mengajak debat terbuka. La wong saya memang jenius di bidang spiritual.

Maka, bedakan soal percaya (pada ajaran) dan trust (pada saya sebagai guru). Percaya berdasar prasangka harus berganti jadi SADAR/MENGERTI berdasar pengalaman otentik. Sementara trust pada saya sebagai satu pribadi, sebagai seorang guru, itu juga harus ada pengujian pada saya pada aspek capability, integrity, dan loyalty.

TRUST pada konteks guru-murid, yang butuh itu murid, bukan guru – karena itu menentukan perkembangan murid, jadi penentu untuk jalur energi yang terbuka bagi murid untuk menerima limpahan energi yang disebar guru.

Jadi, murid demi kepentingannya sendiri harus mengobservasi guru dengan cermat, akurat, dengan otak dan Rasa Sejati. Dari situ dibuat penilaian yang jujur tentang Sang Guru yang jadi dasar ambil keputusan mau lanjut belajar apa tidak. Kalau cuma ikut-ikutan, atau belajar tanpa trust, ya buat apa, nggak bakal ada transformasi. Saya sungguh-sungguh berharap semua murid saya tercerahkan dan bisa merasakan bahagia sejati. Saya sungguh bersukacita mereka yang tidak mau menuju keadaan itu keluar dari Persaudaraan Matahari dan membentuk koloninya sendiri. Lebih baik saya membimbing sepenuh hati orang-orang yang memang siap bertransformasi.

 

Setyo Hajar Dewantoro
Pendiri dan Pengasuh Persaudaraan Matahari
6 Juli 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda