Sangatlah wajar jika ada orang kaget, marah atau mencibir saat saya berani berkata: “Saya manusia tak punya dosa.” Ini adalah pernyataan yang bisa dinilai sombong, gegabah, ngayal ataupun kurang ajar. Padahal saya berkata apa adanya.
Cermati, saya tidak berkata, “Saya tidak pernah berbuat dosa”. Saya juga tidak berkata, “Saya tidak pernah punya dosa.” Kalau saya berkata seperti itu jelas saya salah dan mengada-ada. Karena faktanya sejak saya jadi manusia berakal yang punya kemampuan membedakan benar dan salah, yang bisa bermula sejak kanak-kanak, saya jelas pernah berbuat banyak kesalahan dan pernah punya banyak dosa. Hingga saya mengalami pencerahan spiritual, saya adalah manusia bergelimang dosa.
Tapi jelas, tidak ada orang yang layak dinyatakan telah mencapai pencerahan spiritual jika masih punya dosa. Syarat seseorang layak dinyatakan sebagai manusia tercerahkan salah satunya adalah kejernihan tubuh karma 100% alias memang telah sukses membakar seluruh jejak dosa di dalam diri. Jadi sebagai konsekuensi logis keberanian saya mengakui diri sebagai manusia tercerahkan adalah berani juga mengakui telah tak punya dosa lagi. Soal banyak orang tak bisa memverifikasi dan tak percaya ya itu urusan lain; sama sekali gak penting orang percaya atau tidak. Tak boleh pula ada paksaan untuk mempercayai sesuatu.
Yang pasti, laku hening sebagai poros dari ajaran spiritual yang murni memang bertujuan memurnikan diri manusia; laku hening membuat manusia terhubung dengan sumber kasih murni dan api suci Ilahi di relung hati, yang memungkinkan terjadinya pembakaran jejak dosa di tubuh karma manusia. Saya punya pengalaman otentik membersihkan tubuh karma saya sebersih-bersihnya seiring dengan penyembuhan luka batin, penyirnaan watak angkara, peleburan ilusi dan pelepasan jeratan kuasa kegelapan. Karena saya bisa mengalami momen pencerahan spiritual yang satu paket dengan berdayagunanya Rasa Sejati di dalam diri, maka saya bisa tahu bagaimana kenyataan tubuh karma saya di berbagai fase kehidupan dan hubungannya dengan peningkatan kebahagiaan dan perubahan nasib. Sejak saya memasuki fase pencerahan perdana (shanaya) dengan minimal LoC 500 di penghujung 2018/permulaan 2019, sejak saat itulah saya tak punya dosa (lagi) – segala dosa saya terbakar oleh api suci Ilahi, pengampunan dari Tuhan yang Maha Pengasih benar-benar dirasakan atau dialami secara otentik.
Dosa, adalah akibat dari segala pikiran, kata dan perbuatan yang egoistik, yang bertentangan dengan tuntunan Gusti yang bertahta di relung hati, yang bertolakbelakang dengan kasih murni dan kebenaran sejati.
Jadi nyata sekali selama puluhan tahun saya menumpuk dosa dan kacaunya tetap merasa/mengira diri sebagai orang baik. Repotnya pula ketika saya mendapatkan keadilan berdasarkan hukum kosmik tentang ngunduh wohing pakarti (memetik buah perbuatan) saya lagi protes keras pada Tuhan, merasa diperlakukan tidak adil. Itulah latar saya yang semula sangat religius melakukan pemberontakan pada Tuhan yang berujung pada ditemukannya kebahagiaan dan kebenaran sejati. Saya tak sungkan untuk mengatakan bahwa sejak 2019 hingga sekarang saya telah berhasil membakar habis jejak dosa yang terkumpul selama puluhan tahun dan menjalankan kehati-hatian yang paripurna plus kesetiaan total pada Gusti sehingga tidak berbuat dosa lagi.
Kalau saya nyata-nyata telah bisa membakar jejak dosa hingga tak punya dosa lagi, tapi dengan alasan sopan santun dan kerendahan hati saya bilang saya ini manusia penuh dosa, maka saya justru berdosa karena jelas saya melakukan kebohongan yang menyesatkan. Jadi saya gak mau berbasa basi, saya katakan apa adanya. Toh jelas saya ada dalam naungan hukum kosmik, saya tak bisa membohongi Tuhan meski kalau mau saya bisa bohongi banyak orang bodoh. Lebih baik saya dibilang gila oleh orang-orang bodoh akibat menyatakan kebenaran daripada menjadi manusia yang palsu.
Saat ini, saya bisa mengerti dengan jelas dalam setiap gerak pikir, kata dan perbuatan mana yang berdosa dan mana yang tidak. Saya bisa menguji apakah sebuah perilaku itu berdampak mengeruhkan tubuh karma atau sebaliknya membawa tubuh karma jadi makin terang. Karena hal seperti inilah saya punya kemantapan untuk mengajarkan kepada Anda tentang Misteri Dosa dan Pengampunan. Misi saya adalah memperbanyak jumlah manusia yang bebas dosa di muka Bumi ini.
Setyo Hajar Dewantoro, 8 September 2023
Reaksi Anda: