Skip to main content
Pijar Kesadaran

TANPA KESUNGGUHAN DAN KETEKUNAN, MANA ADA SUKSES DI BIDANG APA PUN

22 April 2024 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

TANPA KESUNGGUHAN DAN KETEKUNAN, MANA ADA SUKSES DI BIDANG APA PUN

Saat menikmati secangkir kopi susu di satu Warung Kopi di tepian pantai Kota Manado, tiba-tiba ada seorang Bapak berusia sekitar 65 tahun mengajak ngobrol asyik. Dia adalah ayah dari pemilik Warung Kopi ini. Sesuai yang dia ceritakan, dia memiliki satu brand mebel yang cukup terkenal, dengan 9 pabrik di berbagai daerah. 

Ada ungkapan-ungkapan menarik darinya tentang keberhasilan dalam bisnis. Yang pertama, bisnis harus dijalani dengan kesungguhan dengan semangat pantang menyerah, karena menyerah berarti kalah dan gagal. Ia sendiri memulai segalanya dari bawah, mulai dari penjaja makanan dengan gerobak di Makassar hingga menjadi pegawai untuk pamannya yang berbisnis kayu gelondongan di Kalimantan Timur. Untuk pekerjaan ini, dia tinggal di muara sungai berkawan dengan para buaya beneran, bukan buaya darat.

Dia menegaskan, di era ini semua pebisnis harus bisa beradaptasi dengan cepat karena ada faktor teknologi. Tanpa kecepatan beradaptasi bisnis apa pun pasti tumbang. Tapi saat yang sama, sesuai pengalamannya, bisnis itu harus mengikuti pergerakan zaman, harus sejalan dengan laju zaman, harus tepat momentum, tidak boleh mendahului zaman atau sebaliknya ketinggalan zaman. Semisal bisnis kuliner, akan sulit berkembang di tahun 1970an karena saat itu nilai yang berkembang adalah “hemat, jangan banyak jajan, kalau mau kemana-mana harus kenyang dulu dengan makan di rumah.” Ini tentu beda dengan perubahan nilai budaya di zaman sekarang di mana makan di luar rumah sudah jadi kebiasaan yang massif. Soal momentum itu juga dimengerti agar setiap orang tak memaksakan diri untuk terjun ke bisnis apalagi memaksakan harus berhasil jika waktunya belum tiba.

Tentang keahlian dalam bidang tertentu, dia katakan itu mutlak harus ada jika mau berbisnis di bidang itu. Dan keahlian atau kepakaran hanya bisa terbentuk lewat latihan panjang, melalui pengalaman puluhan tahun. Ia juga menegaskan, dalam rangka menguasai keahlian di satu bidang, wajar ada investasi yang gagal: ini adalah biaya sekolah untuk memahami liku-liku di satu bidang dah jadi ahli di bidang itu, yang jadi fondasi sukses bisnis di masa depan. Itu yang dia lakukan dan alami untuk menjadi ahli dalam produksi dan bisnis mebel.

Bapak ini juga bercerita tentang keahlian orang Dayak dalam menyelam guna mencari ikan dan kerang di sungai – dengan teknik pernafasan tertentu mereka bisa tahan puluhan menit di dalam air. Mereka juga sanggup mengambil madu hutan tanpa pakaian pelindung; cukup dengan melumurkan madu ke badan mereka yang telanjang, tawon tak akan menyengat. Sementara tips agar buaya muara tak mendekat adalah memastikan api yang tak padam di sekeliling kemah. (Tapi buat Mbak-mbak dan Mas-mas, saya pastikan cara ini gak mempan buat buaya darat jantan maupun betina – mereka harus diperlakukan berbeda).

Obrolan lalu bergeser ke kekayaan negeri Indonesia. Maluku Utara misalnya, punya ikan berlimpah dan nikel kualitas terbaik. Kopi terbaik juga ada di Indonesia. Kalimantan itu punya kekayaan alam yang bisa dipergunakan untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, gak bakal habis untuk 7 turunan. Belum lagi Papua. Sayang sekali katanya, hutan di Kalimantan sekarang berkurang drastis, banyak tanah berlubang dan jadi kolam berisi merkuri yang beracun, tapi rakyat kebanyakan tidak jadi sejahtera. Indonesia, katanya, harus belajar ke Republik Rakyat China yang cukup berhasil mensejahterakan rakyat yang jumlahnya sangat banyak dan semula sangat miskin. Dia juga bicara tentang petani di negeri Jepang yang martabatnya tinggi dan sejahtera, tidak seperti di Indonesia yang rata-rata miskin dan terkesampingkan.

Soal kekayaan alam Indonesia yang wow tapi belum berhasil mensejahterakan rakyat banyak, tentu kita tahu alasannya: ada pat gulipat antara oknum pejabat dan oknum pengusaha, mereka tenggelam dalam keserakahan, lupa sebenarnya harta kekayaan di tanah air Indonesia ini mestinya untuk apa dan siapa. Ini jelas pendapat saya yang juga banyak berkeliling ke banyak pulau di Indonesia dan mengerti betul bagaimana potensinya: mineral, minyak bumi, rempah dan herbal, ikan, dan lain sebagainya.

Ringkas cerita, pesan penting dari obrolan ini adalah: sukses dalam bisnis maupun dalam mensejahterakan rakyat, syaratnya adalah KESUNGGUHAN, KETEKUNAN, SIKAP PANTANG MENYERAH, NO CEMEN NO LEMBEK!

Bicara tentang kesungguhan dan ketekunan, itu juga kunci keberhasilan dalam laku spiritual. Saya sukses di bidang ini dan menjadi salah satu maestro karena saya SUPER SUNGGUH-SUNGGUH & SUPER TEKUN. Saya menjadi ahli dalam spiritualitas karena konsisten belajar, puluhan tahun tak kenal menyerah. 

Saat saya menengok para pembelajar di Persaudaraan Matahari, jelas saya jadi tahu kenapa kebanyakan stagnan alias tak maju-maju: jelas saja karena mayoritas TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH dan TIDAK TEKUN. Ketidaksungguh-sungguhan akarnya adalah anggapan bahwa belajar spiritual murni itu gak penting; toh tanpa benar-benar murni jiwanya hidup tetap baik-baik saja. Kalaupun hidup tak berjalan seperti yang dimaui, toh ada jalan instan tinggal minta tolong orang yang dianggap sakti. Karena gak dianggap penting, maka laku hening untuk pemurnian jiwa juga tidak dilaksanakan dengan tekun, asal-asalan saja.

 

Setyo Hajar Dewantoro
17 April 2024

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda