Skip to main content
Pijar Kesadaran

UMPAN BALIK

4 July 2025 Ay Pieta No Comments

Terpantik (lagi) dari diskusi bersama teman belajar, saya mempelajari bagaimana gerak pola pikir dalam menyikapi sebuah objek. Bahan sampling kali ini adalah objek berupa umpan balik dengan bermacam-macam bentuk. Kalau masa sekolah berupa nilai ulangan dan rapor, sementara masa kerja berupa evaluasi, komentar rekan kerja, performance review, bonus tahunan, hasil temuan audit, pujian ringan sampai dapat hadiah, kritik ringan sampai dengan teguran keras penuh kebun binatang.

Umpan balik yang sama persis dilontarkan ke banyak pihak, akan dimengerti dan disikapi dengan cara berbeda. Misalnya, yang satu bisa merasa dimarahi, yang satu bisa merasa ditegur keras, yang satu bisa merasa hanya diingatkan, yang satu bisa merasa diberi pemahaman, yang satu bisa merasa terpantik untuk berefleksi, yang satu bisa merasa tidak percaya dan tidak peduli, yang satu merasa senang mendapatkan pembelajaran, dan seterusnya. Masing-masing menyerap objek informasi berupa umpan balik, sesuai dengan kemampuan berpikirnya. 

Kemampuan berpikir dan mindset tentu dipengaruhi oleh seberapa jernih kesadarannya, yang membuat sudut pandang bisa jadi melebar atau jadi sesempit daun kelor.

Dari sampling yang saya pelajari, maka sepadan dengan kejernihan kesadaran, masing-masing merespons sebagai proyeksi ‘Sisi Gelap (shadows)’ yang dominan saat itu. Ada yang dilatari trauma, luka batin, watak angkara, inner child, dan ilusi, yang berkontribusi atas respon secara natural. Jelas sekali terlihat bagaimana sebuah sudut pandang yang masih sesak dengan jejak luka batin akan mempengaruhi cara manusia mencipta persepsi dan cara pandang atas sebuah objek informasi atau sebuah situasi. 

Tidak hanya di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari saja, umpan balik merupakan hal yang lumrah didapatkan. Dalam konteks ‘Praktik Mindfulness, sebuah umpan balik idealnya menjadi sumber pemantik pola berpikir yang sehat dan bertumbuh atau ‘Growth Mindset’, sehingga menjadi pintu gerbang menuju langkah perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement). Memilih sikap yang tepat dan ‘Menata Respons dengan cara yang tepat,  menjadi bagian dari proses mencerna umpan balik. Proses mentransformasi sebuah pengalaman yang dianggap sebagai kegagalan dan tidak memenuhi ekspektasi maupun kisah keberhasilan, menjadi daya dorong bagi perbaikan dan peningkatan kualitas.

Adegan dramatis yang kekal masih terus terjadi sampai saat ini ketika mendapatkan evaluasi kinerja, baik kinerja dalam berlatih Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’, dalam memahami teori Ajaran Spiritual Murni SHD, maupun dalam mengemban peran. Drama baper, ngeyel, dan ngambek menjadi peringkat teratas drama kolosal rapor kinerja atau perkembangan belajar. Padahal menyikapi hasil evaluasi adalah sesimpel seperti ketika membaca resep dokter, yaitu mengetahui apa yang perlu diobati dan bagaimana cara mengobati. Angka evaluasi seharusnya menjadi bahan untuk berefleksi diri dengan kontemplatif dan penuh kejujuran, untuk menemukan apa saja yang bisa diperbaiki segera. 

Cara berpikir dengan basis sisi gelap memang selalu membuat proses sederhana menjadi super rumit, kusut dan penuh drama, demi memenuhi kenyamanan ego. 

Dulu saya pun pernah mengalami fase baper terhadap umpan balik ini, maka saya mengerti proses meletusnya gejolak, ngeyel, baper, merasa tidak dihargai, merasa sudah maksimal dan merasa-merasa lainnya alias terjangkiti ‘Virus Merasa Sudah. Saya berlatih melampaui habit jelek ini dengan lebih banyak meminta umpan balik, dan bersiap menghadapi umpan balik seburuk apa pun dengan meditasi/hening pemurnian jiwa. Gejolak respons apa saja – baik yang senang maupun yang baper – saya redakan dengan meditasi/hening pemurnian jiwa. Saya selalu mempersiapkan diri untuk tidak reaktif dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa sebelum dan setelah membaca. Memberi jeda untuk memperhatikan reaksi spontan yang terjadi sambil bermeditasi/hening, sebelum menjadi reaktif dengan spektrum emosi.

Saya memang hobi berefleksi baik dengan bermeditasi/ hening formal maupun informal – misalnya sambil cuci piring, sambil mandi, dan menuliskan hasil refleksi untuk divalidasi dan didiskusikan dengan pihak yang tepat. Akal sehat selalu digunakan semaksimal mungkin dan berendah hati untuk meminta konfirmasi dengan pihak yang tepat, yaitu pihak yang telah jernih kesadarannya. Manfaat positif dari sebuah umpan balik, menjadi sulit untuk dirasakan apabila malah berambisi untuk mengejar angka seperti mengejar ‘Layangan Putus, atau obsesi untuk mendapatkan manfaat berupa solusi instan.

Obat yang manjur bagi gejala berbasis sisi gelap (shadows) terhadap umpan balik adalah dengan diberikan umpan balik sesering mungkin. Agar terus melatih diri dalam menghadapi umpan balik dengan cara yang tepat, yaitu dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa, sampai suatu hari pola pikir menjadi lebih jernih dan mampu memahami secara utuh apa manfaat umpan balik. Jangan terlalu lama menepis dengan teori bijak karena hanya akan bertahan di permukaan atau tataran kognitif saja.

Silakan mencoba.

“Life is 10% what happens to us and 90% of how our consciousness responds to it.” ~ Pure Spiriruality

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 Juli 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda