
Sudah membuktikan kekuatan magis meditasi/hening pemurnian jiwa ‘Spiritual Murni SHD’ pada kesehatan fisik? Yuk, ceki-ceki apakah sudah ada perubahan nyata berupa peningkatan kesehatan fisik pada dirimu.
Selama menjadi praktisi ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’, saya paling rajin meneliti diri sendiri di depan cermin, terutama kondisi kulit. Selama hidup menjadi manusia dewasa, kategori kulit kering dan sensitif, pucat (dull), kusam, tidak kenyal. Mudah bereaksi alergi berupa gatal, ruam atau bentol apabila terkena zat, partikel atau microbiome yang tidak disukai kulit. Sangat minim perawatan karena tidak pernah diajari untuk merawat kulit, paling mentok hanya ikut-ikutan tren yang saya anggap pas untuk dompet.
Konsumsi kosmetik terbatas hanya untuk acara khusus. Tidak pernah memakai bedak dan sunscreen, hanya lipstik apabila dibutuhkan. Sejak hobi diving, menjadi penggemar berat kuteks gel dan sempat keranjingan bulu mata extension, tetapi semua diaplikasi dengan jeda panjang. Saya pernah menggunakan skincare berupa krim pagi dan malam brand klinik lokal selama 10 tahun, tetapi kemudian stop karena kulit terasa semakin tidak sehat.
Sejak mengandung anak pertama pada umur 26 tahun, timbul banyak sekali dark spots di leher dan wajah akibat peningkatan hormon. Setiap dokter yang melihat, pasti menganjurkan untuk menghilangkan dark spot dengan laser supaya kulit mulus kembali. Tapi, karena terlalu penakut dengan alat-alat medis, maka saya berdamai dengan banyaknya dark spot yang tidak pernah hilang sampai anak sudah dewasa. Dark spot ini menemani proses penuaan (aging) dan konon seiring menurunnya metabolisme, maka jumlahnya akan semakin banyak.
Semenjak menjadi praktisi ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’, kulit wajah semakin peka dan menolak berbagai bentuk bahan kosmetik, bahkan sabun.
Jadi, saat ini saya tidak memakai kosmetik apa pun, sesekali saja apabila dibutuhkan. Tidak mengaplikasikan skincare apa pun, bahkan sabun khusus muka pun tidak. Berpisah selamanya dengan kuteks gel dan bulu mata extension. Jalan ninja saya hanyalah lipstik dan lipbalm super minimalis, yang sudah sekian tahun nggak habis-habis saking jarang dipakai, melebihi tanggal expired date. Memasuki tahun ke tujuh bermeditasi/hening pemurnian jiwa, saya iseng ceki-ceki apa saja tanda aging di dunia skincare. Tanda fisik penuaan yang menjadi momok menakutkan bagi kaum wanita, terutama menjelang paruh baya.
Tanda fisik yang membuat ketakutan menua, dan berlomba-lomba mencari solusi praktis dan instan untuk menghentikan proses penuaan pada kulit, antara lain sebagai berikut,
- Dark spots (Bintik hitam)
Bukannya bertambah seperti teori para ahli kulit, tapi malah berkurang sekitar 70% - Saggy skin (Kulit kendur)
Walaupun berat badan bertambah, pipi yang tadinya tirus menjadi tembem dan dagu bertambah tebal, tetapi justru kekenyalan kulit meningkat drastis ketimbang dulu. - Wrinkles (Kerutan)
Sampai saat itu belum tampak bertambah, malah seperti berkurang karena kekenyalan dan kelembapan kulit lebih tinggi, tidak kering lagi seperti dulu. - Dry skin (Kulit kering)
Tadinya kering sekali, sekarang menjadi lebih normal hanya sesekali terasa kering tergantung cuaca dan asupan. - Dull skin (Kulit kusam)
Sekarang tidak kusam dan pucat lagi, malah menjadi tampak dan terasa lebih sehat, baik tekstur maupun warna. - Visible pores
Dulu ketika pakai skincare, pori-pori memang seperti menghilang. Tetapi lama kelamaan kulit terasa fatigue dan semakin tidak sehat. Saat ini sudah kembali menjadi kondisi kulit normal Ras Suku Jawa tropis. Tidak mulus rata seperti artis korea atau pantat bayi, tetap ada pori yang natural dan normal, sesekali ada komedo dan jerawat kecil.
Fungsi organ lainnya jelas sekali terasa bedanya. Organ yang dulu bekerja dengan ‘tidak optimal’ dan terasa semakin melemah. Saat ini sudah berbeda dan terasa sekali menjadi lebih prima. Saya cukup peka untuk merasakan bahwa secara bertahap setiap organ otewe mengalami proses perbaikan. Memang betul saya menjadi lebih gemuk, berat badan naik 10 kg. Dari underweight yang disukai oleh tren fashion dan membuat iri pertemanan sosial, saat ini menjadi penuh hiasan di beberapa lokasi yang dianggap sebagai musuh bagi tren kecantikan. Di usia menjelang setengah abad, saya tidak mengalami gejala perimenopause atau menopause yang banyak digembar-gemborkan media. Tren kecantikan ala fashion ternyata tidak bisa menjadi tolok ukur bagi ‘kesehatan’ yang sesungguhnya.
Jadi, bisa dikatakan menjelang separuh abad ini saya seperti mengalami reverse aging.
Proses yang tampak berbalik dari fenomena penuaan ini terjadi tanpa bantuan dan intervensi apa pun, baik kimia maupun herbal. Tanpa diet, tanpa asupan suplemen dan tanpa metode anti-aging apa pun. Dengan tekun ‘Bermeditasi/Hening Pemurnian Jiwa’, saya mampu menjaga kestabilan kesehatan mental dan berdampak nyata pada kesehatan tubuh fisik. Di umur menjelang separuh abad ini, tanda penuaan fisik malah bergerak seperti berbalik dari apa yang dianggap normal oleh standar sosial. Ternyata memang benar, apabila bisa membersihkan lapisan kesadaran dari sampah toxic berupa luka jiwa, emosi dan pikiran, dampaknya dapat dirasakan pada tubuh fisik.
Siapa pun boleh menertawakan pencapaian ini karena dianggap tidak mengikuti standar tren fashion. Tapi kisah ini sengaja saya bagikan sebagai monumen yang bisa dibaca dan ditinjau kembali 10 atau 20 tahun mendatang. Untuk menyaksikan apakah hipotesis reverse aging ini masih berlaku atau tidak. Saya pun masih terus meriset diri, terutama pada bagian tubuh yang paling dimengerti kondisi kesehatannya, seperti kuku, rambut, tulang, dan seterusnya.
Bagi saya hidup tanpa intervensi produk konsumerisme dunia adalah mode hidup impian dan surgawi.
Hidup minimalis, hemat secara ekonomi dan bersahaja yang memerdekakan. Hidup sangat simpel, tidak perlu menghabiskan uang dan waktu hanya untuk membeli produk atau kesana-kemari mencoba berbagai materiel yang bisa membuat kulit wajah tampak mulus seperti pantat bayi. Hidup merdeka dari kebutuhan akan validasi sosial bahwa saya berhasil melawan gejala umum penuaan. Justru saya menikmati proses bertambahnya umur dengan mindset yang lebih muda ketimbang generasi muda yang sudah banyak mengidap penyakit. Dengan menjadi praktisi meditasi/hening pemurnian jiwa, saya menua dengan anggun, sukacita dan elegan, embrace aging gracefully.
Dirimu gimana? Bagi yang sudah rajin bermeditasi/hening pemurnian jiwa, bisa cek ricek juga kondisi kesehatan fisikmu, untuk sekadar menyaksikan apakah dampak transformasi ajaib yang transendental di luar nalar sudah terasa dan tampak secara fisik.
“All things come to those who meditate” ~ Pure Spirituality.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
21 Juni 2025
Reaksi Anda: