
Saya menemukan hasil riset neurosains yang menceritakan ciri otak yang sehat. Dalam literatur tersebut menyatakan bahwa secara empirik otak yang sehat dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
- Kemampuan meregulasi emosi dan resiliensi yang tinggi, merupakan tanda circuit atau jaringan stres regulasinya bekerja dengan baik.
- Mudah belajar hal baru dan keterampilan baru, serta mudah beradaptasi dengan habit baru, merupakan tanda dari neuroplastis yang sehat karena dapat membangun jaringan yang baru dengan cepat.
- Tidak kesulitan tidur dan selalu bangun dengan kondisi fisik yang fresh, merupakan tanda dari konsolidasi memori yang lebih baik. Perbaikan konsolidasi memori di waktu tidur akan menurunkan resiko penurunan fungsi kognitif di masa depan.
- Indera penciuman lebih tajam. Menurut hasil riset, penurunan fungsi indera penciuman merupakan gejala awal cognitive problems.
- Mampu menikmati diskusi dan interaksi sosial, merupakan tanda resiliensi kognitif yang lebih baik karena mampu beradaptasi dengan situasi yang sulit dan mampu mengubah respons emosi dengan lebih sehat.
- Perhatian dan fokus stabil, tidak mudah terdistraksi. Mampu mengerjakan sesuatu dengan konsentrasi yang stabil sehingga bisa memindahkan perhatian kepada hal lain apabila dibutuhkan, dan mengembalikan fokus setelah interupsi tanpa terganggu atau kehilangan fokus, pertanda executive attention yang kuat dan sehat.
Ternyata, ada kategori kemampuan kognitif yang dianggap sebagai tingkat tinggi untuk mengontrol, mengatur, dan mengarahkan fokus, terutama dalam situasi yang kompleks atau saat banyak respons yang bekerja. Hal ini berhubungan dengan kualitas kinerja working memory pada otak. Working memory yang bekerja dengan baik ibarat RAM dalam komputer, dianggap sebagai tanda kesehatan jaringan pada otak.
Yang membuat saya tertarik dari hasil riset ini karena semua tanda tersebut merupakan gejala yang sama persis dengan manfaat yang saya rasakan selama enam tahun menjadi praktisi garis keras ‘Meditasi/Hening Penjernihan Diri’. Peningkatan kualitas gejala kognitif, seperti executive attention, attentional control, working memory, jaringan regulator stress, cognitive resiliency, memory consolidation, semua saya dapatkan akibat bersih-bersih sampah ‘Sisi Gelap (shadows/ darkside)’ yang nempel di seluruh lapisan kesadaran.
Memang terbukti bahwa memiliki ‘kesadaran yang jernih‘ akan membuat organ ‘otak menjadi sehat dan happy‘, sehingga pola berpikir dan semua yang terkait dengan fungsi otak dan syarat akan bergerak dengan landasan kejernihan atau clarity.
Untuk menjadi ahli dalam mengelola kestabilan kesadaran nan jernih, memang perlu cara berpikir seperti pemula atau beginner’s mind yang dijaga terus-menerus.
Dalam filosofi Zen disebut shoshin (beginner’s mind), sikap berendah hati dan membuka diri, berlandaskan rasa ingin tahu yang positif – bukan hanya kepo dan mencari pembenaran, tanpa prasangka yang tidak utuh, dan tidak mengasumsikan apa pun, seolah-olah kita baru pertama kali mendengarnya, agar dapat menangkap esensi informasi baru atau perspektif yang berbeda.

Menjadi ahli dalam ‘Bermeditasi/Hening Penjernihan Diri’ yang sifatnya non-egoistik ini, memang membutuhkan cara berpikir seperti pemula atau beginner’s mind. Ilmu pengetahuan yang memberikan segudang manfaat kesehatan yang holistik ini memang berupa lifetime learning, sehingga membutuhkan cara berpikir seperti pemula yang tidak pernah surut. Proses belajar yang panjang tiada henti seumur hidup, sudah pasti membutuhkan konsistensi, ketangguhan, keberanian, dan integritas yang tidak pernah padam.
Menjadi pemilik beginner’s mind tentu sepaket dengan risiko yang tidak akan disukai karena tidak memberikan rasa nyaman dan menginjak ego. Ketika memasuki sebuah ruang belajar dengan mindset seperti pemula, pasti dianggap bodoh, diremehkan, direndahkan, jadi bahan olok-olok, bahkan seringkali dimanipulasi dan kemudian dimanfaatkan.
Tampaknya bagi manusia dewasa, menjadi beginner’s mind memang tidak semudah ketika masih menjadi anak-anak yang belum banyak koleksi sisi gelap. Pola pikir manusia dewasa yang sudah mengalami gado-gado dengan tumpukan jejak sisi gelap, malah menciptakan individu yang gengsian, merasa paling mengerti, penuh kesombongan yang ilusif, dan selalu menjaga topeng pencitraan setebal-tebalnya demi mendapatkan pengakuan sesuai standar sosial. Dengan begitu malah menutup learning zone dengan segala atribut berbasis sisi gelap dan mental bloknya sendiri.
Tapi, setiap karakter buruk bisa kok di-delete permanen apabila mau menjalankan prosesnya. Menata ‘autopilot‘ yang destruktif dan mengganti dengan ‘habit‘ baru yang lebih sehat dan konstruktif agar gejala kesehatan bisa terjadi tanpa menimbulkan bom waktu di masa depan.
Hidup kan pilihan, sesuatu yang super keren memang tidak mungkin didapatkan dengan instan dan tanpa proses panjang yang berkelanjutan. Buktinya tidak sedikit yang berhasil mencicipi gejala-gejala ajaib seperti hasil penelitian para ahli, walaupun belum stabil. Menjadi manusia dewasa dengan beginner’s mind memang tidak mudah dan membuat ego meronta, tetapi merupakan komponen yang sangat krusial bagi revolusi kesadaran dan evolusi jiwa.
“Growth is a conscious commitment to take responsibility for your own life” ~ The Art of Conscious Living.
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
31 Desember 2025
Reaksi Anda:












