Skip to main content
Refleksi

BIAS KOGNITIF

26 April 2025 Ay Pieta No Comments

Menurut Wikipedia dan beberapa literatur psikologi yang saya baca sepintas lalu, bias kognitif (cognitive bias) atau prasikap kognitif [1] adalah kondisi yang terjadi ketika alam bawah sadar salah dalam berpikir sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan informasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi rasionalitas dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian. [2] Bias merupakan proses yang tidak disadari dan secara otomatis dirancang untuk membuat pengambilan keputusan yang lebih cepat dan efisien, bias kognitif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor heuristik (jalan pintas mental), tekanan sosial, dan emosi.[2]

Menurut keilmuan psikologi, ada perbedaan fundamental antara ‘Disonansi Kognitif dan ‘bias kognitif’, karena bias kognitif memiliki kecenderungan berlangsung tanpa disadari, yaitu dipercaya sebagai pola kerja otak yang dipengaruhi oleh gerak bawah sadar dan mempengaruhi pola berpikir serta perilaku. Secara sistematik terjadi pola yang error akibat persepsi yang terbatas dan subjektif.

Secara empiris sudah terbukti apabila lapisan kesadaran yang penuh dengan ‘Jejak Sisi Gelap (shadows)’, seperti ‘Luka Batin,Inner Child, ‘Trauma Terpendam (Unresolved Trauma)’ dan ‘Konsep yang Ilusif, maka akan mempengaruhi cara berpikir dan mental model yang mempengaruhi cara memandang sesuatu, memutuskan sesuatu dan berperilaku di keseharian. Sudut pandang menjadi sempit walaupun secara intelektual tampak cemerlang. 

Maka dari itulah ‘Spiritual Murni SHD mengajarkan kita semua melalui meditasi/hening pemurnian jiwa, untuk membersihkan mental jiwa raga dari koleksi sisi gelap (shadows) yang disebut dengan ‘Pemurnian/Purifikasi Jiwa

Supaya seluruh ‘Lapisan Kesadaran, baik lapisan sadar (conscious mind), lapisan bawah sadar (subconscious mind), dan lapisan tidak sadar (unconscious mind), bersih jernih dari tumpukan sampah dan kotoran sisi gelap yang dibawa dari kehidupan lampau maupun yang diciptakan di kehidupan saat ini. Sehingga tidak lagi membiaskan pola berpikir dan perilaku dan tidak mendegradasi kesehatan mental jiwa raga, termasuk kecerdasan intelektualitas.

Apabila mental, pikiran, dan kemampuan kognitif jernih bebas dari sampah sisi gelap (shadows), maka cakrawala pandang akan terbuka lebih luas, pola berpikir lebih bijaksana, dan seluruh kategori kecerdasan akan bekerja dengan optimal dalam mengemban peran sesuai Rancangan Agung.

Banyak juga para ahli yang menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak menjamin kepemilikan karakter yang kuat yang disertai dengan kebijaksanaan dan cakrawala pandang yang luas dan holistik. Keseimbangan antara ‘Intelegensi dan Kecerdasan Emosi berperan penting sebagai landasan yang kokoh (cornerstone) dalam ‘Pembentukan Karakter Kuat yang Selaras

Melalui Spiritual Murni SHD, praktik ‘Mindfulness didayaguna dengan optimal dan holistik agar mencapai ‘Kesadaran yang Murni (Pure Consciousness)’, yaitu kesadaran yang bersih jernih bebas dari tumpukan sampah sisi gelap (shadows), bersih jernih bebas dari bias dan disonansi, dan bersih jernih bebas dari konsep ilusif yang memblokade cakrawala berpikir.

Percakapan di suatu pagi bersama teman seperjalanan membuktikan bahwa bentuk Kasih Murni’ pun bisa terbiaskan oleh ilusi sesuai ilustrasi yang selama ini terekam dalam memori sehingga mensabotage proses kepasrahan dalam merasakan kasih Tuhan yang sebenarnya hadir terus-menerus bahkan menyatu dengan diri manusia, baik secara fisik maupun nonfisik.

Kebanyakan para spiritual traveler, kepentok dengan ilusi kolektif bahwa menyaksikan kasih murni adalah berupa melihat cahaya, melihat sosok yang diyakini sebagai makhluk Ilahi, atau merasakan sensasi fisik wow seperti hasil rekaman informasi selama berkelana dalam ilmu spiritual di berbagai jurusan.

Padahal jelas sekali bahwa nafas natural selalu ada, selalu menghidupi, memberi daya hidup, bisa rasakan setiap detik hidup berjalan, organ tubuh sel syaraf bekerja tanpa diminta, sinar matahari, udara, kehidupan pada diri dan sekitar, adalah anugerah manifestasi kasih Tuhan yang selalu dilupakan. Lupa karena kesadarannya tertidur oleh bias dalam kognisinya. 

Spiritual Murni SHD mengajarkan manusia agar membersihkan ilusi dan bias yang merupakan salah satu kategori sisi gelap (shadows). Mengajarkan untuk segera bangun kesadarannya (awakening), supaya sadar dan mampu merasakan akan anugerah Tuhan sepanjang hari. Melalui meditasi/hening pemurnian jiwa, kita dilatih untuk merasakan kasih Tuhan yang meliputi semua yang ada di Planet Bumi.

Punya bias kognisi yang bisa dideteksi seputar pembelajaran spiritual murni SHD? Ceritakan, ya…

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
24 April 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda