Skip to main content
Refleksi

BLANKSPOT

16 September 2024 Ay Pieta No Comments

Tahu dan cocok belum tentu mengerti, mengerti secara kognitif karena kepandaian analitik belum tentu mengerti secara utuh dan mendalam sebagai sebuah kesadaran sehingga sudah bisa dipastikan bahwa mengerti secara kognitif saja bukan jaminan untuk mampu praktik dan aplikasi.

Blankspot-nya ada dimana? 

Blankspot adalah istilah dalam jaringan komunikasi yang dipakai untuk menggambarkan area yang mengalami ketiadaan akses menuju sebuah informasi dan komunikasi, seperti hilangnya sinyal internet.

Mengapa seolah-olah ada semacam konektor yang hilang antara pengetahuan yang masuk dalam memori manusia dengan pola pikir dan perilaku? Siapa yang menggerakkan pola pikir dan perilaku tetap berbeda dengan pengetahuan yang sudah masuk ke memori? Padahal sama-sama organ otak yang dipakai, tapi mengapa Sang Memori tidak sanggup menggerakkan pola pikir dan perilaku menjadi sinkron?

Secara umum fase pemahaman ilmu dan pengetahuan Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) ternyata ilustrasi prosesnya seperti ini, ketika mendengarkan atau membaca penjelasan, maka:

  1. Tahu = aware
  2. Mengerti = understand (batasan kecerdasan analitik sampai di sini)
  3. blankspot-
  4. Mengeri secara utuh dalam sebuah kesadaran hasil mengalami dan meresapi dalam perenungan = conscious as knowledge of something = kesadaran akan sebuah pengetahuan sehingga termateri dalam pola pikir dan perilaku.

Senyatanya blankspot ini kerap terjadi dalam lingkup pembelajaran Spiritual Murni SHD. Area hitam menjadi jarak yang memisahkan sehingga sebuah pengetahuan menjadi sulit terserap ke dalam pemahaman di tingkat kesadaran spiritual. Yaitu pemahaman yang melibatkan tidak hanya fungsi fisikal organ otak, namun juga sebuah fungsi yang bentuknya nonfisikal. Selalu ada pintu gerbang dalam tubuh fisik manusia yang menjembatani dunia fisikal dan nonfisikal. 

Dalam teori dasar ajaran SMSHD, lapisan ‘kesadaran’ dikategorikan sbb:

  1. Pikiran sadar (conscious mind)
  2. Pikiran bawah sadar (subconscious mind)
  3. Pikiran tidak sadar (unconscious mind)
  4. Pikiran supra sadar/kesadaran Ilahi (supraconscious mind)

Hasil pengamatan sementara yang saya dapatkan dari fenomena psikologis anggota komunitas, blankspot yang saya maksud terjadi pada proses penyerapan pengetahuan pada lapisan pikiran sadar (nomor 1) menuju ke lapisan-lapisan selanjutnya. 

Ilmu pengetahuan mentok di pikiran sadar (nomor 1) dan diolah di sana: dihafal, dianalisa, dilogikakan, dan dicocoklogi dengan keyakinan yang belum tentu selaras, pertimbangan akal sehat berjalan sehingga pengetahuan hanya sebatas tahu (aware) saja. Ingat dan mengerti dalam konteks kecerdasan analitik pada tataran kognitif saja sehingga bisa menjawab ketika ditanya, bisa menceritakan kembali dengan detail, namun pola pikir dalam kesadaran dan perilaku tetap tidak sinkron. 

Pengetahuan yang seharusnya meresap dengan baik di lapisan sadar agar masuk ke bawah sadar, prosesnya menjadi ampun deh susah bener.

Hal ini disebabkan oleh banyaknya jejak ilusi beserta teman-temannya yang kuat menancap pada lapisan sadar itu sendiri, dan tentu jejak sisi gelap yang selama hidup terpendam kuat pada lapisan bawahnya dan bawahnya lagi. Bagaimana mau meresap?

Konektor yang menghilang dan menyebabkan blankspot atau missing link ini tenyata apa yang disebut dengan kemampuan meditatif atau bahasa kerennya mindfulness

Mindfulness adalah sebuah kemampuan untuk memberi perhatian penuh pada apa yang terjadi di masa kini dengan kesadaran penuh. Dalam ajaran SMSHD, kemampuan mindfulness adalah kemampuan meditasi/ hening atau laku hening, yaitu laku meditatif hasil melakukan meditasi, baik formal maupun informal, dengan metode yang tepat. Kemampuan meditatif yang baik dan stabil akan melebur ketidakselarasan di lapisan pikiran sadar, bawah sadar, dan tidak sadar (nomor 1–3) sehingga lapisan pikiran supra sadar (nomor 4) terdayaguna dengan optimal. 

Dalam ajaran SMSHD, jelas sekali disediakan parameter sebagai benang merah agar para pelaku keheningan tidak pada keasyikan berkhayal dan mengklaim ilusi diri yang menyesatkan, bahwa kondisi meditatif adalah laku meditasi/hening terukur dalam kualitas minimal 10%. 

Di kala kita mampu berada pada kondisi meditatif ini, maka proses pembersihan/pemurnian/ purifikasi lapisan sadar, bawah sadar, dan tidak sadar (nomor 1–3) akan berjalan, sehingga resapan pengetahuan di lapisan sadar (nomor 1) akan menjadi optimal dan blankspot menuju lapisan pikiran bawah sadar dan tidak sadar (nomor 2–3) akan sirna. Kemudian mencapai lapisan pikiran supra sadar (nomor 4) tanpa hambatan. 

Maka pengetahuan yang tadinya hanya nyangkut di pikiran sadar dan tercampur baur dengan berbagai ilusi di lapisan sadar akan meresap dengan jernih/tanpa bias, baik di lapisan sadar itu sendiri maupun ketika lanjut ke lapisan bawah sadar dan lapisan berikutnya. Inilah yang akan menggerakkan pola pikir dan perilaku menjadi sinkron dengan resapan pengetahuan itu.

Di Persaudaraan Matahari (PM) proses ini merupakan apa yang disebut dengan PEMURNIAN JIWA RAGA atau PURIFIKASI. Di luar PM, proses ini tidak popular karena memang tidak ada. Paling banter ditiru teori-teorinya, namun mentok pada cocologi karena tidak punya alat pembuktian metasains yang teruji keakuratannya. 

Di luar PM tentu banyak metodologi untuk menyabotase bawah sadar dalam jargon pemulihan/ penyembuhan, yaitu dengan memaksakan data masuk ke lapisan bawah sadar dengan berbagai alat bantu. 

Perbedaan signifikan berbagai metodologi tersebut adalah rekam jejak sisi gelap yang terpendam (ter-repress) tidak dibersihkan, namun hanya ditimpa dengan berbagai bentuk data baru yang dianggap mampu menyembunyikan rekam jejak sisi gelap dari permukaan kesadaran.  Menumpuk data rekam jejak lama dengan data baru sehingga yang diharapkan muncul ke permukaan adalah data baru tersebut. Metode ini banyak yang merasakan manfaatnya, karena dianggap sebagai solusi instan dan mudah dicapai. Namun sayangnya, manfaat ini tidak pernah permanen alias hanya bersifat sementara saja.

Beragam cara penumpukan data ini misalnya berupa afirmasi, sugesti, membayangkan objek yang diinginkan, menghafalkan rapalan, sampai dengan merasuki bawah sadar dengan objek metafisika. Di sinilah bedanya antara metode di luar PM vs pemurnian jiwa SMSHD. 

Pemurnian jiwa SMSHD bersifat permanen sebagai jaminan keselamatan yang berdampak langgeng baik di kehidupan saat ini maupun yang akan dibawa sampai kehidupan selanjutnya, yang disebut dengan evolusi jiwa. 

Tentu manfaat yang permanen dari meditasi/hening metode SMSHD akan dinikmati apabila syaratnya dipenuhi, yaitu menjalankan laku hening dengan stabil dan konsisten sepanjang masih hidup dan bernafas.

Inilah mengapa fenomena amnesia atau hilang ingatan merupakan bagian dari hukum Kosmik terhadap fungsi kesadaran dalam tubuh manusia. 

Ketika konektor mindfulness ini padam (tidak meditatif), maka blankspot akan muncul kembali. Makin lebar dan pekat blankspot, maka amnesia akan semakin dasyat dan akut. Jarak antara kecerdasan pikiran dan kesadaran ilmu pengetahuan yang pernah diyakini dan diamalkan menjadi sangat lebar tak terjangkau kembali. 

Bukti nyata terlihat dari kondisi mantan murid di PM yang dulunya sangat mengerti ajaran SMSHD, menghayati dan mengamalkan, bahkan mendapatkan banyak manfaat, namun kemudian amnesia total. Tidak ada ingatan akan pengetahuan yang tersisa.

Berhentinya kemampuan mindfulness pun mengakibatkan daya guna supra sadar terhenti sehingga blankspot kembali hadir menutup jalan menuju lapisan sadar, bawah sadar, dan tidak sadar (nomor 1–3) yang selaras dengan pikiran supra sadar. Tragis, ya.

Saya ceritakan contoh kisah teman seperjalanan yang sudah tahu, merasa mengerti, dan akal sehat menerima teori tentang menikmati momen kekinian, enjoy present moment, power of now

Teori yang tersebar luas di seluruh belahan Bumi, dikenal baik oleh umat spiritualisme di mana saja. Tapi, ternyata tidak paham bentuk konkretnya dalam pola pikir sehingga bingung apa yang harus diperbuat. Maka, pengetahuan hanya sebagai hiasan kebijaksanaan saja di pikiran sadar yang bisa diucap tanpa pengertian yang utuh.

Lalu, tiga tahun kemudian ybs mengalami AHA–Moment atau pencerahan parsial akan pengertian teori tadi. Yaitu, mendadak menemukan konektor antara teori yang sudah dimengerti sekian tahun lalu menjadi sebuah kesadaran, yaitu menjadi mengerti lebih dalam sehingga pengetahuan meresap ke kesadaran, dan mengerti bentuk nyata perilakunya seperti apa. 

Ybs menemukan pencerahan parsial ini dalam sebuah pengalaman otentik dan penyaksian ketika sedang menyapu daun rontok di halaman rumah dengan rileks dan sadar penuh sehingga berada dalam kondisi meditatif. Dalam Bahasa SMSHD bernama meditasi informal atau tapa ing rame.

Maka apabila ingin kecerdasan spiritualmu tercipta, segera atasi blankspot-mu dengan memperbaiki teknik heningmu sesuai teknik meditasi SMSHD. Buang dulu kesombongan ilusif akan prestasi akademikmu apabila memang mau serius belajar ajaran SMSHD, karena inilah salah satu penyebab blankspot yang pekat.

 

Ay Pieta 
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
15 September 2024

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda