Skip to main content
Refleksi

How Joker Are You?

18 August 2025 Robertus Suprobo Jati No Comments
joker

Saya terpantik oleh sosok tokoh fiksi dalam film drama psikologis ‘Joker’ (2019), yang sempat dijelaskan dan dijadikan contoh oleh Guru Kehidupan SHD dalam sebuah webinar yang bertema “Kecerdasan Emosi: Kunci Sukses di Dunia Modern” pada Kamis, 14 Agustus 2025. Pengertian Joker yang dimaksud di sini bukanlah kartu joker. Tokoh Joker ini merujuk dalam film batman yang mewakili kejahatan. Meskipun tidak diungkapkan secara eksplisit, karakter Joker kerap dikaitkan dengan representasi moral yang menggambarkan rasa putus asa terhadap kehidupan. Salah satu kutipan yang membekas adalah,

“Tidak ada orang yang benar-benar jahat, melainkan orang yang tersakiti.”

Pernyataan ini seolah-olah membenarkan tindakan buruk dengan dalih bahwa dunia telah lebih dulu menyakitinya, sehingga ia merasa berhak untuk menjadi jahat. Ketidakmampuan melihat dan mengambil sikap yang tepat terhadap tantangan hidup inilah yang saya tangkap sebagai bentuk ketidakmampuan dalam menggunakan kecerdasan emosi.

Menariknya, kisah Joker justru memantik permenungan saya, “Seberapa ‘Joker’-kah diri saya?”

Meskipun mungkin dalam kadar yang berbeda, saya mulai bertanya, “Seberapa dominan sifat-sifat Joker itu ada dalam diri saya?”

Berikut ini hasil saya menelisik sifat-sifat joker lengkap dengan ‘Refleksi Diri

  1. Topeng Senyum dan Tawa Palsu

Joker mencitrakan dirinya dengan riasan wajah yang selalu tersenyum lebar. Namun, tawanya bukanlah ekspresi kebahagiaan, melainkan jeritan batin yang ingin disembunyikan dari dunia. Bahkan, karena kerusakan saraf, ia tertawa di saat yang tidak tepat.

Refleksi: Saya pun pernah merasa perlu menampilkan wajah bahagia, padahal hati sedang kacau. Saya bilang “baik-baik saja” saat sebenarnya sedang blangsak. Saya menolak terlihat lemah, enggan mengakui kesalahan, dan sering berkilah saat mendapat umpan balik.

  1. Menyalahkan Faktor Eksternal

Joker selalu melihat dunia luar sebagai penyebab penderitaannya sehingga merasa berhak membalas dengan cara yang sama, bahkan lebih.

Refleksi: Saat saya bekerja setengah hati karena merasa atasan tidak adil, saat saya merasa berhak membalas perlakuan semena-mena dengan sikap yang lebih kejam, atau saat saya berlaku curang karena orang lain juga melakukannya, saat mental korban muncul, saat merasa diri tidak mampu beradaptasi karena carut marutnya keadaan dan kemudian mengambil respons yang keliru dan saat berpikir bahwa kejahatan orang lain harus dibalas dengan perlakuan yang sama — di situlah saya sadari sifat Joker muncul dalam diri saya.

Saya menyadari bahwa saya masih jauh dari cerdas secara emosional. Di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, saya diajarkan untuk mengenali kecenderungan ini, diajak kembali masuk ke dalam diri, menelisik dan menyelesaikan sisi gelap melalui laku meditasi/hening dan perubahan karakter, bukan dengan menyalahkan faktor eksternal yang berada di luar kendali.

Saya diajarkan untuk senantiasa sadar terhadap respons diri saat menghadapi tantangan, melihat ke dalam sebelum menyalahkan orang lain atau faktor eksternal. Memang tidak mudah, tetapi saya tidak ingin berhenti di sini. Saya ingin terus belajar, terus mengasah diri, dan sungguh-sungguh membersihkan sisi gelap agar dapat menjadi pribadi yang lebih bijak dan berdaya.

Bagaimana dengan Anda? Masih adakah sifat sifat “Joker” dalam diri Anda?

 

Robertus Suprobo Jati
Pembelajar Sekolah Kehidupan
18 Agustus 2025 

Sumber foto: froyonion.com

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda