Skip to main content
Refleksi

INFINITO PARTICULAR

2 February 2025 Ay Pieta No Comments

Private Infinity.

Infinito particular adalah frasa album cantik milik Marisa Monte. Saya sering kepincut lagu genre MPB (Musica Popular Brasileira) karena bagi saya ada daya tarik tersendiri dalam menggambarkan keunikan hidup manusia.

Infinito particular atau private infinity ini menggambarkan bahwa selalu ada kedalaman yang tanpa batas dan kompleks ketika menyelami atau mengenal diri sendiri. 

Persis dengan gambaran perjalanan menemukan Jati Diri (True Self). Masing-masing manusia memiliki kompleksitas profil diri yang terbentuk secara alami, diproses dengan kapasitas dan keunikannya masing-masing, ditempa oleh pilihan dan berbagai pengalaman hidup yang dianggap penting, baik pengalaman materialistik maupun nonmaterialistik. 

Manusia bisa memilih pengalaman hidup mana yang dianggap berharga bagi hidupnya dan hanya berfokus menjaga kelestarian pengalaman tersebut dengan melupakan yang dianggap tidak penting. Orientasi materiel memang mendominasi parameter tertinggi selama dunia masih sesempit daun kelor, sehingga belum punya pengalaman pembanding yang bisa dijadikan ‘pegangan’ dalam menyelami yang nonmateriel. 

Setelah sesi webinar termehek-mehek 2025, yakni Webinar The Alchemist – saya seperti menemukan private infinity yang baru lagi, dalam lagi. Private karena memang pengalaman ini bersifat sangat personal, tidak ada manusia lain yang bisa ‘ngintip’ atau nobar apa yang saya alami dan saksikan. Dan memang rasanya seperti sedang berjalan menapaki kedalamannya yang infinity (tanpa batas). 

“Spiritual murni adalah jalan yang sunyi,” kata Guru SHD.

Ya memang sunyi, tapi bukan sunyi karena tidak ada manusia lain secara fisik di sekitar, tetapi tetap sunyi karena apa yang saya sampaikan tidak ada yang mampu mengerti secara utuh. Saya berikan pengetahuan, malah dilecehkan. Saya berikan arahan, malah ngeyel. Saya berikan umpan balik, malah dibuat drama kekejaman ibu tiri. Saya berhumor, malah dianggap bodoh. Saya membantu dengan tulus, malah dibuat narasi penuh emosi jiwa. Saya serius mendidik, malah direndahkan. Saya meneladani kejujuran, malah ditertawakan.

Sunyi di tengah keramaian hiruk-pikuk sisi gelap yang saling berebut perhatian dan berebut posisi untuk mendapatkan berkat yang melimpah. Sunyi di tengah ramainya roda samsara yang saling bertabrakan adu kuat mencari suaka pembenaran dan dukungan moral supaya bisa menjatuhkan pihak yang dianggap membangkang dan tidak satu suara.

Tanpa kesunyian sisi gelap memang sulit memahami apa yang kami jalani dan tentu lebih sulit lagi memahami apa yang diajarkan melalui Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD). Membawa produk yang dianggap antagonis bagi dunia arus utama bukan hal yang mudah dan beneran seperti ada di tempat yang sunyi. 

Sementara yang lain sibuk meramaikan pesta pora penuh prasangka, ilusi, angkara, dan luka batin, serta mengumpulkan kepuasan dengan kedengkian dan caci maki, dunia spiritual murni memang terasa sunyi karena isinya baru beberapa orang saja.

Tanpa kesunyian dari ‘Sisi Gelap’ memang sulit menyelami infinito particular, sulit menapaki kedalaman jati diri yang tanpa batas. 

Ya, gimana mungkin kalau jembatan penghubungnya saja belum tercipta, proses pembersihan kotoran jiwa belum bergerak maju, kualitas meditasi/heningnya masih berjalan di area ketegangan saking terobsesi dengan khayalan supranatural dan solusi cepat bagi masalah kehidupan.

Padahal masalah kehidupan yang membuat adalah diri sendiri, panen karma dirinya sendiri. Tapi maunya diselesaikan oleh orang lain, dan maunya sesegera mungkin tinggal duduk diam merem komat-kamit lalu maunya semua cling beres. Tentu masih sangat jauh dari infinito particular, karena masih limitado particular alias mentok terbatasi oleh hasrat egoistik, mentok oleh kesombongan dan koleksi sisi gelap lainnya.

Tapi, kesunyian inilah meditasi/hening yang sebenarnya, tempat ‘Kebahagiaan Sejati’ berada. Tempat dimana kedalaman diri yang kokoh tidak bisa diganggu oleh hiruk-pikuk pesta-pora roda samsara yang diagungkan sebagai budaya. Menjadi sunyi, namun tidak perlu melipir ke tempat yang sunyi, atau menghindar interaksi dengan manusia lain. 

Menjadi meditatif adalah menjadi sunyi, karena isi kepala tidak sibuk dengan berisiknya ribuan hasrat yang egoistik, tidak sibuk dengan keramaian prasangka, ilusi, angkara, dan luka jiwa. 

Dengan kesunyian, maka mampu merasakan keberadaan Tuhan setiap saat di mana pun kapan pun. Mampu merasakan anugerah Tuhan setiap saat, dan mampu menangkap ‘pesan’ Tuhan sehingga kemudian melangkah dan menari sesuai alunan gerak Semesta. Tinggal memastikan ‘kesunyian’ ini dapat terus terjaga dengan stabil dan termateriel menyebar ke seluruh penjuru. Dan, agar semakin banyak yang menemukan infinito particular-nya.

Wow, sungguh puitis tulisan saya pagi ini gara-gara Mbak Marisa Monte.

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
1 Februari 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda